KALIAN YAKIN MAU BACA?
KALAU KALIAN MASIH KURANG PUAS SAMA PART YANG INI, KOMEN DI AKHIR YA. AKU BAKAL TINGKATIN DI PART SELANJUTNYA, INSYAALLAH.Happy reading!
Rafabian. Laki-laki tinggi dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu berjalan masuk ke dalam rumah sederhana milik almarhum mertuanya. Khusus malam ini ia bertukar shif sementara dengan salah satu rekan kerjanya. Membuat laki-laki itu bisa bersama istri tercintanya.
Pemandangan pertama yang Rafabian dapati saat pintu kamar Rindi terbuka adalah si pemilik kamar yang tidur dengan posisi miring ke kanan dengan pakaian yang masih lengkap dengan kerudung besarnya. Apakah sehancur itu perempuannya sampai tidur pun ia tidak memperdulikan kenyamanan?
Rafabian tersenyum sedih. Tepat pukul sebelas malam ini, laki-laki itu akan meminta maaf karena sudah membuat malam-malam Rindi sejak beberapa hari silam terasa menyedihkan.
Ia duduk di sisi kasur, menatap dalam-dalam wajah cantik itu di bawah lampu temaran. Wajah yang tetap cantik sekalipun tidak dipolesi oleh riasan apapun. Tangannya terangkat, membelai lembut pipi Rindi, mengecupnya berkali-kali. Ia rindu kegiatan seperti ini.
Karena tidak ingin mengganggu tidur sang pasangan, Rafabian ikut berbaring di belakang Rindi.
"Sayang ..., aku minta maaf," bisik Rafabian tepat di telinga Rindi lalu memeluknya.
Dalam keadaan sadar atau tidak, Rindi berbalik. Masih dengan mata tertutup ibu hamil itu membalas pelukan Rafabian.
Bahkan Rafabian dengan berani mengecup pucuk kepala Rindi lalu membalas pelukan itu dengan tidak kalah erat.
Hingga keduanya larut dalam mimpi indah yang kapan saja bisa berakhir.
.....
Rindi mengambil napas dalam-dalam saat merasakan pasokan udara di sekitarnya berkurang. Tubuhnya seakan diapik oleh dua tembok besar yang tidak mengizinkannya bergerak barang sedikit pun.
Tepat tengah malam, Rindi terbangun dari tidurnya. Suasana gelap adalah hal pertama yang dilihat. Tapi tunggu, tangannya hangat. Rindi menarik salah satu tangannya. Sedangkan satu tangannya yang lain masih memeluk sesuatu. Saat diraba, perempuan itu sadar ia sedang memeluk pinggang seseorang.
"Bi-Bian?"
Tidak ada jawaban. Rindi ingat, ia sendirian di rumah ini. Apa jangan-jangan orang yang tidur di sampingnya ini adalah orang jahat? Sungguh, Rindi takut memikirkan kemungkinan itu. Apalagi hubungannya dengan Rafabian sedang tidak baik-baik saja.
"Bi? Jangan bilang ini bukan kamu?" Rindi hampir terisak.
"Hm?"
Ia bernapas lega. Suara deheman itu, suara yang selalu ia dengar saat sedang bersama Rafabian. Rindi sejenak terdiam. Seakan kaset, ia perlahan bisa mengingat beberapa potongan cuplikan kejadian di mana ia tahu penghianatan yang dilakukan laki-laki itu.
Ia segera duduk, lalu beranjak dari kasur.
"Rindi. Aku mau jujur. Tolong kamu dengar penjelasan aku dulu," ujar Rafabian panik dengan suara yang masih serak.
"Mau jelasin apa lagi, Bi? Apa bukti kemarin belum cukup untuk buat aku kembali trauma?"
Rafabian beranjak dari kasur. Sekali lagi mencoba meraih lengan Rindi yang terlihat gemetar.
"Aku sama sekali tidak selingkuh. Hanya saja aku menyembunyikan sesuatu dari kamu karena aku tahu, kalau kamu tahu tentang hal itu, kamu akan marah. Wallahi, Rin. Aku tidak berani selingkuh dari kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Muda Rafabian (SELESAI)
Любовные романыMenyukai perempuan yang trauma dengan laki-laki adalah sebuah kesalahan bagi Rafabian. Tapi mau bagaimana? Ini bukan salahnya kan? Ini ia anggap sebagai tantangan. Dengan jalur langit dan dukungan semesta. "Mencintainya adalah anugrah terbesar. Da...