DUAPULUHTIGA

5.6K 552 11
                                    

Maaf ya, gaaiis, tadi sempat di publish lalu di unpublish kembali. Ceritanya belum kelar, HP aku, aku tinggal malah dimainin sama kucing, jadinya ke publish🙂🙏

Tapi ini aku ngebut bikinnya supaya kalian gak ngerasa di PHP'in😭🙌

Bismillah kalian pada suka🖤

23. MENCOBA MENERIMA.

Tepat pukul 10 pagi ini. Keluarga Rafabian sampai tepat didepan rumah sederhana milik Ilham. Acara pertemuan antara dua keluarga sengaja diselenggarakan bukan dirumah pribadi milik Pak Razak, karena sarana menujunya tidak bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Selain itu, rumah utama juga tidak memiliki ruang lebih untuk menerima tamu.

"Hynan, Abim, kalian tolong bawakan buah tangannya, ya." Dengan serempak sang pemilik nama mengangguki permintaan Alhara.

Begitu melihat Arkana dan Rafabian sudah berdiri diluar mobil, Hynan dan Abimanyu juga ikut keluar dari mobil. Tanpa perintah, Hynan dan Abimanyu menuju bagian belakang mobil, Hynan mengambilkan adik perempuannya kursi roda, sedangkan Abimanyu mengambil beberapa seserahan.

"Sini Rafa bantu, dek." Ucap Rafabian yang entah sejak kapan sudah berdiri dipintu mobil tepat Alenia berada.

Alenia tersenyum lalu mengangguk. Dengan perlahan, laki-laki dengan baju kokoh putih bersih itu menggendong tubuh sang adik ala bridal style. Lalu mendudukkannya diatas kursi roda yang sudah disediakan oleh Hynan.

"Kita masuk?" Tanya Arkana yang ikut bergabung.

"Semuanya sudah siap, Bang?" Tanya Alhara pada Hynan dan diangguki.

"Sudah, Bunda."

Setelah dirasa semuanya sudah siap, Arkana memimpin keluarganya untuk bertamu kedalam rumah tujuan.

Tepat didepan rumah kontrakan dengan luas yang tidak seberapa, Arkana mengucapkan salam dan dijawab oleh beberapa orang didalam sana.

....

"Waalaikumussalam." Jawab Pak Razak, Ilham, dan Ira bersamaan.

"Keluarga Pak Arkana sudah didepan, Om. Mari kita sambut." Kata Ilham.

Ketiganya yang semula berkumpul diruang keluarga kompak beranjak menuju pintu utama.

"MasyaAllah, silahkan masuk, Pak." Ucap Pak Razak sembari berjabat tangan dengan Arkana.

Melihat Rafabian, Ilham tersenyum, ia menepuk pundak laki-laki yang lebih tinggi darinya itu, "Silahkan masuk, Pak dokter." Rafabian hanya tersenyum menanggapi.

"Bang, ini simpan dimana?" Bisik Abimanyu.

Hynan menunjuk meja menggunakan dagunya, "disana." Dua seserahan ditangan Hynan dan tiga seserahan berupa kado ditangan Abimanyu, mereka letakkan diatas meja.

Alhara yang sudah lebih dulu duduk disamping Arkana mengedarkan pandangannya menuju ruangan bagian dalam rumah sederhana itu, "hm, kalau boleh tahu, Rindinya dimana, ya, Pak?"

"Rindi ada didalam, sebentar, saya panggilkan." Baru saja ingin berdiri, Ira menghentikan,

"Om, biar aku yang panggil Rindi." Ira segera melangkah menuju kamar dimana Rindi berada. Didalam sana, Rindi yang masih berada di kursi rodanya terlihat termenung.

Ira mendekat, menepuk pundak perempuan dengan abaya putih disana, "Rin, kamu kenapa?"

Rindi yang memang tidak mendengar apa-apa terperanjat kecil, begitu merasakan pundaknya ditepuk. "Kamu kenapa, Rin? Ada yang sakit?" Tanya Ira berulang.

"Gak ada. Kenapa Mbak kesini?"

"Aku mau bawa kamu keluar, keluarga dokter Rafa sudah datang."

"Kalau Rindi batalin semuanya, gimana, Mbak?"

Dokter Muda Rafabian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang