"Salam Yang mulia Garvin, " ucap Rusy dengan membungkukan tubuh sebuah tanda penghormatan yang biasa dilakukan.
Keduanya saling beradu tatapan. Sebuah arti tatapan berlawanan, tersembunyi rapat tanpa ada yang tahu.
Perkumpulan dari berbagai kalangan didalam sebuah tempat menjadi kesempatan bagi mereka untuk saling bertukar pikiran berbincang berbagai hal, sehingga tanpa sadar memakan banyak waktu
cahaya mentari mulai berubah oranye dengan kesejukannya memasuki celah-celah istana memancarkan kehangatan.Satu persatu kereta para bangsawan mulai beranjak pergi melalui gerbang kerajaan. Hanya tersisa sedikit orang yang ada didalam aula istana, termasuk pula Rusy Amelie bersama ayah angkatnya Count Darby Smith. Rupanya mereka juga berniat kembali kekediaman sebelum hari berganti.
Keduanya melewati pintu aula yang terlampau tinggi dari apa yang dibayangkan oleh akal manusia dengan bantuan dua prajurit istana untuk menarik tuas disalah satu sisi pintu itu.Rusy Amelie menghembus napas panjang dan berat. Tampak dahi yang berkerut semakin dalam, rasa lelah seolah-olah bertumpu pada punggungnya dengan susah payah ia berjalan menggiring tuan Count. Taklain dari ayah angkatnya tadi.
Dalam perjalanan keluar dari istana utama. Rusy dan tuan Darby harus melewati lorong yang dijaga ketat oleh prajurit berbaju besi perak lengkap dengan tombak di tangan sebelah kanan. Para prajurit berjejer disepanjang jalan lorong membuat suasana sangat terasa menegangkan hanya suara langkah kaki yang saling bersahutan mengisi keheningan disana. Para prajurit tersebut seakan-akan sebuah patung tanpa ada tanda-tanda kehidupan layaknya manusia. Belum berjalan terlalu jauh Rusy sayup-sayup mendengar sebuah perbincangan tepat diarah belakang.
"Yang mulia sedang melakukan pertemuan rahasia. Berjagalah dengan lebih ketat lagi, " gumam orang yang berada tidak terlalu jauh dari tempat Rusy dan Count Darby berada. Perkataan yang cukup pelan terbang mengikuti semilir angin, hingga bersinggah ditelinga orang-orang didekatnya.
'Pertemuan rahasia? Bukankah terlalu mencolok, apakah hanya jebakan? 'batin gadis itu. Tanpa sadar ia telah tertinggal sangat jauh dari tuan Darby didepannya.
"Apa yang kau pikirkan, nona?" Tuan Darby Smith memecahkan lamunan Rusy yang terhanyut dalam pikirannya sendiri. Sesosok pria paruh baya tersebut berjalan mendekat sembari memasang raut wajah penuh tanya, seperti biasa.
"Apa kau mendengarnya?"
"Tentu saja, tapi ini terlalu bahaya nona."
"Tuan Darby apa kau mengingat bagaimana kau menemukanku, mungkin ada rahasia besar dibaliknya. "
Mendengar penuturan anak angkatnya tuan Darby tampak mengingat kembali sebuah malam dimana ia turut menyaksikan kekacauan istana kiri,menyusuri jalan samping istana kiri untuk membantu para prajurit memadamkan api. Namun, dirinya tidak sengaja bertemu dengan sesosok Ratu Leyna Genever Maurin yang tergopoh-gopoh menggendong seorang bayi dalam dekapan, seluruh gaun dikenakan hampir terbakar kulitnya jelas terluka sangat parah. Hanya satu kata yang masih membekas didalam ingatan,"Rusy Amelie Maurin. Jagalah, kumohon." Tuan Darby mengusap pelan kulit bayi yang diserahkan kepadanya dengan tangan gemetar, sejenak menatap dalam kearah manik mata bayi yang bersinar terang layaknya sebuah kristal. Tuan Darby kembali mengarahkan pandangan kearah depan berniat mencari sesosok Ratu Leyna,tetapi semua sudah terlambat sang Ratu menghilang tanpa jejak tidak ada tanda-tanda keberadaanya sedikitpun setelah kejadian malam itu.
Tatapan tuan Darby terarah lurus tepat kearah seorang gadis dihadapan. Cukup lama ia memperhatikan setiap jengkal tubuh gadis itu dimana bayang-bayang seorang bayi tumbuh sangat besar secepat ini, tutur batinnya.
"Kau sudah dewasa, Yang mulia, " gumam tuan Darby sebuah senyuman tergambar diwajah yang semakin berkeriput."Jangan memanggilku Yang mulia, itu terdengar sangat asing bagiku."
"Tunggu aku dikereta. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan cepat."
Rusy berbalik berjalan perlahan menjauh dari tuan Darby yang masih berdiri,mematung disana.
***
Suara percikan air disalah satu sudut ruangan tidak ada penerangan yang cukup, hanya terdapat dua buah lilin tampak sengaja diletakkan ditengah meja kayu berukuran sedang,kontras dengan warna coklat tua yang mendominasi. Seorang pria berjalan memasuki ruangan dengan jubahnya yang menyapu lantai membuat debu yang bertumpuk sela-sela jalan dilaluinya berterbangan memenuhi rongga hidung, sampai membuat salah seorang pria lain batuk tanpa henti,seorang bawahan menunduk memberikan hormat kemudian menyerahkan segelas air. "Yang mulia,minumlah."
"Ruangan rahasiamu cukup menarik, Raja Espen,"sindir pria dengan jubahnya tadi. Sesosok pria memiliki rahang tegap tengah menatap lawan bicara tanpa ekspresi wajah yang jelas diantara kegelapan.
"Bukankah jubahmu sangat berlebihan,"balas Raja Espen.
Tidak ada suara lagi yang keluar dari mulut keduanya, suasana menghening seketika hanya terasa sangat canggung dan ketajaman tatapan para pemimpin tersebut yang terasa. Sungguh, aura kepemimpinan mereka tidak dapat ditutupi begitu saja.
***
Setiap langkah Rusy lalui penuh dengan kehati-hatian kedua manik matanya mencari-cari sebuah tempat, dimana pertemuan rahasia dilakukan. Tentu saja bukan hal yang mudah, tapi tidak terlalu sulit bagi Rusy. Selama dalam perjalanan dirinya bergerak sangat lincah layaknya seorang pembunuh mengejar sang korban,menghindari setiap penjagaan,silih berganti memasuki pintu istana yang berjumlah cukup banyak untuk ukuran dirinya seorang. Sesampainya dihadapan sebuah ruangan ujung karidor. Rusy berhenti sejenak menghela napas pelan kemudian melihat kearah belakang, memastikan tidak ada yang mengetahui dirinya terbesit keraguan karena pintu kali ini adalah kesempatan terakhir untuknya menemukan sebuah harapan,sampai tangan kanannya mencoba meraih gagang pintu dan...
"Cepat pergi dari sini!" seru pria didalam ruangan tersebut. Rusy tersentak sesaat, 'Apakah dia tahu aku akan datang?'
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...