Gadis yang kini tidak bisa menggerakkan seluruh tubuh mulai kehilangan kesadaran. Dari bayang-bayang ia melihat seseorang mendekat sambil mengenggam sebuah pedang yang sengaja ia tarik sehingga ujung pedang menyentuh lantai menimbulkan bunyi batu saling bergesekan jelas dipendengarannya kala itu.
Satu tebasan membuat kepala akan terpisah dari tubuh. Beruntung kecepatan Rusy sudah sepenuhnya dilatih dengan sangat baik dan kini mampu berdiri meski harus menopang tubuh dengan bersandar didinding-kasar tanpa dibersihkan baik. Keringat membasahi seluruh pakaian, tetapi takmenjadi penghalang bagi gadis itu untuk tetap bertahan, mempertahankan hidupnya adalah hal terpenting saat ini!.
"Olivia? " tanyanya, suara pelan tersebut mampu membuat seorang wanita dihadapan menyeringai sinis. Tanda akan segera mengakhiri hidup musuh kapan saja.
"Sebuah pedang tidak cukup untuk menyiksamu. Bagaimana dengan cambukku? Tapi kau tidak cukup layak untuk menjadi sainganku, nona."
Cabuk berduri sengaja digenggam kuat oleh seorang wanita bernama Olivia. Kini semakin mendekatkan dirinya kearah gadis masih mencoba menyadarkan diri, sesekali mengerjap mata untuk memperjelas penglihatan.
"Benarkah, " bisik Rusy. Melesat kearah lawannya dengan memukul kuat tepat dipelipis. Namun, seorang bawahan langsung dari raja Garvin tentu bukan lawannya. Hanya dengan sekali menghindar lalu menghempaskan cambuk ditangan tadi. Punggung lawan sudah bercucuran darah segar dengan pakaian rusak dan memperlihatkan beberapa bilah pisau kecil-sangat-kecil hampir menyerupai jarum, masih menembus kulit Rusy, membelah setiap lapisan terdalam sampai mampu melumpuhkan dengan sekejap mata.
*
Arrghh
Raja Garvin sontak berteriak saat merasakan luka terbuka memenuhi seluruh punggung belakang. Pisau kecil yang sangat akrab bagi dirinya, jelas ia mengetahui apa yang terjadi kepada seorang gadis, kerap kali membuat masalah untuk tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan, Olivia," gumam raja Garvin membentangkan sayap, terbang menuju istana bagian lain tempat dimana seorang puteri Maurin beristirahat dalam ruangan.
Jendela yang semula dilapisi oleh kaca transparan berhasil dihancurkan oleh raja Garvin hanya dengan mengunakan kepakan sayap yang mengakibatkan hembusan angin terpengaruh,terfokus hanya pada satu titik.
Dua orang yang ada disana seketika terdiam ditempat. Olivia mematung mengetahui sosok raja Garvin lah yang datang menyelamatkan. Masih dengan keterpakuan, Olivia menatap langsung kearah manik mata raja Garvin yang terlampau tajam bagaikan akan segera memangsanya pada saat itu juga.
"Yang mul-----"
Brrghhh
"Bagaimana rasanya, aku tidak akan membiarkanmu menang dariku, nona Olivia. " Kepuasan jelas diwajah Rusy Amelie saat berhasil memukul lawan mengunakan kepalan tangan. Membuat Olivia terpental kesisi tempat tidur, kesempatan yang tidak akan dilewatkannya untuk membalas perbuatan tadi. Luka yang semula terdapat dipunggung Rusy Amelie perlahan pulih dengan sendiri, racun yang dimakanpun larut menjadi satu didalam tubuh. Ketahanannya sudah mulai meningkat seiring waktu hanya saja membutuhkan waktu untuk menyelesaikan proses penyembuhan.
Raja Garvin yang tadi berniat ingin menyelamatkan, menjadi diam sembari mengangkat salah satu alis. Ia tidak menyangka bawahan terbaiknya bisa dikalahkan begitu saja oleh seorang gadis yang pada awalnya tampak lemah tidak berdaya.
Kondisi pintu terbuka membuat suara dari arah lorong istana dapat jelas diketahui dari balik dalam ruangan. Dua orang pria berlari terpongoh-pongoh menyandarkan tubuh sesaat, sambil mengeryitkan dahi ketika mendapati salah seorang rekan mereka terbujur pingsan dengan dahi mengeluarkan darah setetes demi setetes, Olivia!.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...