Sebuah jalan dengan luas tidak terlalu besar membentang didepan dengan kegelapan menjalar diseluruh sudutnya. Tempat berpijak dihiasi kerikil tajam membuat telapak kaki tanpa pelindung akan terluka diseluruh bagian. Dinding yang ditumbuhi lumut semakin lembab dengan genangan air disisinya.
Cahaya sangat akrab oleh mata semua orang, oranye yang menyala dengan kehangatan disekitar. Obor satu persatu menyala secara serentak kala pria taklain dari raja Garvin itu melangkahkan kaki disana diikuti pula oleh seorang gadis yang kini memasang raut wajah serius, menajamkan kewaspadaan ketika mulai memasuki tempat.
Tidak lama setelah menyusuri jalan, mereka disuguhkan dengan pemandangan jeruji besi-berkarat yang kini menjadi penghalang bagi sosok dibaliknya.
"Tempat tahanan? Apa maksudmu membawaku kesini?" tanya gadis itu. Memperhatikan langkah takut jika ada salah satu jebakan yang akan langsung menjerat seluruh tubuh.
"Anak kecil? Kalian mengurung seorang anak kecil didalam tahanan gelap ini?."
Raja Garvin berhenti melangkah, ia menatap kearah tahanan yang dimaksud. Seorang anak perempuan memiliki kondisi lusuh, baju compang-camping membuat terlihat sangat prihatin. Saat Rusy Amelie berteriak tampak mencoba memaparkan kondisinya anak kecil tersebut sontak membalas tatapan dari balik gelapnya sudut ruangan. Tangan mungil pelan merintih meminta sebuah genggaman.
"Apa kalian tidak mempunyai hati, memberikan hukuman yang sangat berat pada seorang anak tidak berdaya? " tanya Rusy kembali, rasa simpatiknya semakin melonjak saat mengetahui ruangan tahanan tidak diberikan cahaya sedikitpun, bahkan tubuh mengerikan akibat siksaan jelas disalah satu pergelangan tangan anak itu.
"Tidak berdaya? " ucap raja Garvin. Salah satu lengannya masuk kedalam sela-sela jeruji besi dan dengan sekejap mata sosok anak kecil tadi berusaha menerkamnya. "Lihatlah, dia seorang pembunuh bayaran yang hampir menjadikan sebagian rakyat kerajaan sebagai korban, tidak hanya disitu dia juga seorang wanita penyihir yang menyamar. "
Salah satu alis raja Garvin terangkat secara bersamaan, sedikit ledekan tergambar.
Sementara kini Rusy terdiam, mematung ditempat berdiri dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, menyusul sesosok pria didepannya.
"Coba kau lihat, pria ini. Dia seperti orang biasa pada umum, tapi sebenarnya ia terjebak dalam ilusi takberakhir. Menganggap semua wanita yang ditemui adalah calon pengantinnya yang dibunuh oleh anak kecil pertama kali kau temu'i dan mencoba menolongnya tadi, "jelas raja Garvin memperlihatkan seorang pria dengan tatapan kosong tersenyum kearah Rusy Amelie yang mengerutkan dahi. Raja Garvin kembali menekankan kata 'menolong' kepada gadis tersebut sehingga menimbulkan rasa kesal yang dilontarkan melalui tatapan sinis. "Kau coba tolong tadi. "
Beberapa tahanana lain yang berjumlah puluhan tanpa disadari telah dilalui mereka. Hingga saat ini sampailah keduanya diruangan paling ujung yang mana memiliki jeruji penghalang duakali lebih besar dari yang lain. Dengusan napas dari balik penghalang jelas menggema diantara dinding-dinding-dingin, membuat tahanan lain terdiam seketika ketika mendengarnya. Aura pembunuh yang kejam hampir mampu memadamkan semangat para pejuang sekalipun ksatria gagah. Raja Garvin lebih dlu berdiri dihadapan sosok itu sambil menyeringai sinis.
"Masuklah, " perintah raja Garvin kepada gadis yang masih takpercaya atas hal sudah dilihatnya sekarang. Sosok mengerikan tersebut tampak tertidur lelap dibawah balutan gelap selaras dengan manik mata hitam-pekat.
"Apa kau berniat membunuhku!" seru Rusy, mundur beberapa langkah kebelakang bersiap jika saja ada penyergapan tidak terduga.
"Aku tidak akan membiarkanmu mati."
'Setidaknya sebelum rencanaku berhasil' batinnya.
Raja Garvin berkata dengan tatapan tajam. Kesungguhan dalam setiap kata tidak terbantahkan melalui binar mata yang mengharapkan kepercayaan dari Rusy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...