30-Unstoppable rage

1.6K 199 0
                                    

Tatapan tajam dari Rusy Amelie mengarah langsung pada sebuah lukisan yang terpajang disudut kiri dinding. Seorang pria tua memiliki kumis putih memakai setelan rapi tersenyum kearah gadis itu.

"Kau bisa berbicara?"tanyanya.

"Tentu saja, "balas pria dalam lukisan.

"Aku dipanggil dengan sebutan tuan Snake. "

"Snake? Ta---" Tampak Rusy sengaja menggantungkan perkataannya memperhatikan secara perlahan dari ujung kepala sampai kaki lukisan tersebut. Entah apa yang sedang ia pastikan?

"Aku tidak mirip seekor ular tentu saja, pria gagah seperti bagaimana bisa mengambil bentuk ular. Snake karena suaraku yang bisa meniru seekor ular. Ya, itu digunakan untuk mengelabui para penjahat yang masuk keruangan ini, tentu saja. Dan kau adalah gadis pertama yang masuk kesini, nona. "

Tuan Snake, seorang pria didalam lukisan itu lantas tersenyum simpul. Mengusap lembut permukaan lukisan yang tampak dibatasi oleh dinding takterlihat. Ruang antara dunia luar dan juga miliknya dalam lukisan. Seperti sihir menabjukan tapi tentu saja hanya orang-orang kerjaan Hydra yang mengetahui pasti asal-usul tuan Snake diciptakan.

"Jadi, tuan Snake kau sudah berada disini selama berabad-abad?," tanya gadis tadi dengan penuh rasa penasaran.

"Yap, benar sekali. Kau tahu setiap hari aku---"

Suara langkah kaki mendekat kesana membuat tuan Snake terdiam seketika. Raut wajahnya berubah menjadi sebuah ketakutan diantara kening yang berkerut dan tangan gemetar. "Dia datang, "tambahnya.

Pintu terbuka lebar, sesosok pria lengkap dengan jubah hitam memasuki ruangan menampilkan sorot tajam matanya didalam kegelapan. Satu hempasan tangan membelah udara lepas sebuah cahaya putih muncul dilangit-langit mirip seperti matahari berukuran kecil. Raja Garvin berdiri tepat dibawah pencahayaan sehingga membuatnya tampak bersinar. Tidak ada yang tahu bagaimana pria tersebut melakukannya, sihir ringan untuk sehari-hari tentunya.

"Apa itu menyenangkan tuan Snake, kau sudah lama tidak kedatangan tamu, "ucap dingin raja Garvin, masih dengan senyuman sinisnya kearah gadis kini turut menatap tajam dirinya sejak memasuki ruangan.

"Berhentilah mengeluarkan aura menyeramkan itu, Garvin! Itu berbahaya, lagi pula gadis ini terlihat baik. Kau----"

"Berisik, " timpal raja Garvin menjentikkan jarinya untuk memutar posisi lukisan menghadap kedinding. Sehingga membuat tuan Snake tidak bisa memerhatikan mereka lagi.

Hanya tersisa dua orang tersebut dalam ruangan tidak terlalu besar, tidak ada jendela yang terdapat sekedar untuk udara masuk, suasana mencekam begitu jelas diantara keheningan terjadi.

'Aura ini, apa ini yang dimaksud oleh tuan Snake. Aura penguasa Hydra yang mematikan membuat lawannya tertunduk patuh' gumam batin Rusy Amelie merasakan detak jantungnya memompa cepat karena rasa takut yang menyelimuti, bagaikan bayangan hitam membalur tubuh tanpa celah bernapas sedikitpun. Disisi lain jiwa Hydra miliknya terbangun dari dalam tubuh, menyapu kesadaran alami jiwa elf dan manusianya.

"Bagaimana bisa kau mengetahui identitas asliku?," tanyanya, pertanyaan yang selalu bersemayam semenjak kedatangan kedalam kerajaan.

Raja Garvin tidak menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya teryawa lepas kemudian berjalan mendekati gadis dihadapanya dengan sorot tajam menandai lawan bicaranya.

"Nona Smith, tidak maksudku puteri Maurin. Sebenarnya aku tidak tahu bahwa kau adalah garis keturunan terakhir yang dilenyapkan oleh raja Espen beberapa puluh tahun lalu. Aku hanya memancingmu mengatakan yang sebenarnya, aku pikir semua terjadi karena darahku tercampur dengamu tapi disudut pandang lain hanya ada satu kemungkinan lagi, keturunan bangsa Hydra. Dan itu adalah ibumu, ratu Leyna Genever Maurin."

Licik! Satu-satunya gambaran pria bernama Garvin Maanlicht didalam pikiran Rusy. Pria yang tidak hanya memiliki kekuatan kuat tapi juga pikiran licik. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh raja Garvin kedepannya.

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?, " tanya gadis itu kembali.

"Tidak ada, semua itu bukan urusanku. Kerajaan kalian hancur bukankah menjadi keuntunganku? Tapi ada satu hal yang harus kulakukan padamu, " ucap raja Garvin dengan nada sinis sebuah maksud tersembunyi.

"Kau harus mengembalikan darahku! Balas dendam tidak ada hubungannya denganku, jadi jangan menyeretku mati bersama rencana konyol. "

"Rencana konyol?."

Manik mata biru safir dari seorang Rusy Amelie menyala-nyala membuat cahaya penerangan milik raja Garvin tertelan oleh terangnya biru safir. Genggaman tangan gadis tersebut bertambah kuat seiring kemarahan memasuki jiwanya.

Beberapa barang didalam ruangan terlempar akibat serangan kedua orang. Rusy Amelie menyerang pria dihadapan tanpa keraguan, memukul mengunakan kaki jenjangnya tapi naas pukulan itu mampu ditahan oleh raja Garvin dengan kedua tangan memegang kaki lalu melemparnya kearah sembarang, sementara itu tangan Rusy mengunci bagian kepala lawan tapi lagi lagi raja Garvin jauh lebih unggul darinya. Semua serangan jarak dekat dapat dipatahkan dengan mudah layaknya permainan anak kecil. Raja Garvin menyipitkan kedua matanya kali ini merasa sedikit bersalah karena membuat amarah gadis didepannya meledak begitu saja.

"Kekuatanmu cukup kuat nona, tapi tidak cukup untuk mengalahkanku, " ucapnya. Alih-alih menenangkan gadis tersebut tapi pemilihan kata dalam setiap ucapan menambah kemarahan dari Rusy Amelie yang mengeluarkan semua kekuatannya secara acak, tidak ada pengendalian yang bagus disana hanya kekacauan dari setiap serangan. Dinding-dinding ruangan hancur menjadi serpihan debu termasuk pula atap dari istana terombang-ambing.

Raja Garvin mulai kewalahan, pada akhirnya memutuskan untuk mengurung gadis tadi didalam sebuah cahaya hitam yang mirip kaca transparan.

"Yang mulia? " tanya Gerson sebagai ajudan terpecaya. Diikuti dua orang lainnya. Satu orang pria memakai pedang dipunggung dan wanita dengan cambuknya.

"Kalian kembali, Olivia, Gary. "

Raja Garvin berjalan mendekat kearah tiga bawahannya itu. Meninggalkan gadis yang bersusah payah memukul lapisan pelindung mengunakan kepalan tangan tanpa henti hingga menimbulkan suara dentuman cukup keras. Ketenangan dari sosok raja Garvin tampak tidak terusik sedikitpun tergambar dari raut wajah datarnya.

Lapisan pelindung yang diciptakan oleh raja Garvin hancur setelah beberapa hantaman terjadi berkali-kali, kepingan kaca berserakan, suaranya yang khas membuat semua orang tercengang terkecuali Garvin Maanlicht masih membelakangi gadis itu dengan berdiri tegak tidak berniat menghindar dari serangan selanjutnya.

"Aku akan membunuhmu, Garvin!" bisik Rusy Amelie sembari meletakkan sebuah belati kecil didekat leher lawannya. Sehingga manik mata keduanya saling beradu dalam api kemarahan bercampur tatapan dingin.

"Yang mulia!."

Seru mereka bersamaan. Ketiga bawahan milik penguasa Hydra.












~~•~~

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang