Jamuan yang mencapai puncak pada saat malam hari begitu meriah dengan diiringi musik mengalun-alun ditengah lantai dansa. Seorang pria paroh baya memegang segelas anggur ditangannya tampak sibuk tersenyum menyambut para tamu, apakah pipinya tidak penat. Batin Rusy menyaksikan kepalsuan diantara sekelompok bangsawan memamerkan kekayaan dan jabatan mereka masing-masing satu antarlain.
Keberadaan Ratu Diana dan juga puteri Daisy tentu saja menjadi sangat tidak terduga sekaligus keuntungan bagi keluarga Swart, dimana nama bangsawan mereka mungkin saja akan segera naik ke jabatan tertinggi seperti yang sudah di impikannya selama ini, posisi Duke. Jadi tidak heran kecurigaan banyak diletakkan pada bangsawan Swart.
"Nona,disana nyonya Swart dan nyonya-nyonya lainnnya berkumpul,"terang Edgar yang ternyata berdiri tepat disamping gadis bernama Rusy itu berada.
"Edgar, apakah menurutmu jamuan ini terlalu berlebihan."
"Putri Daisy begitu mempesona diantara cahaya lilin terletak dibelakang punggungnya berdiri. Dia juga sangat ramah, rambutnya perak berkilau menjadi keunggulan diantara semua gadis! " Tanpa disadari gumaman Edgar tersengar jelas ditelinga Rusy yang secara langsung mengernyitkan dahi, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada sosok pria dikenalnya selama ini tidak pernah memuji gadis manapun, sekalipun dirinya sebagai teman masa kecil!.
"Apaa kau tidak sedikit berlebihan memujinya, Edgar. "
Puteri Daisy memiliki paras ideal bagi para gadis, berwajah kecil dengan hidung mancung layaknya boneka hidup, rambut peraknya persis sama seperti milik ratu Diana. Begitu pula sikap puteri yang terkesan penuh keanggunan, berbicara lemah lembut terkadang ia hanya menghabiskan waktu untuk membaca buku seharian diperpustakaan istana atau hanya sekedar menyirami bunga-bunga bermekaran, memasang tiara dan mengikat korset baju seketat aturan istana. Terkadang wajahnya tampak lesu-penuh tekanan-saat berpura-pura didepan banyak orang, putri Daisy lebih memilih untuk hidup dipekarangan sederhana dengan halaman penuh ditumbuhi bunga dan secangkir teh menemani, berjalan sore hari sambil membawa sekeranjang roti gandum menyapa para petani yang pulang dari pekerjaan mereka. Sungguh keterbalikan dari sikap ibunya ratu Diana yang hanya mendambakan kemewahan setiap hari.
"Aku mengenalnya, dia putri yang baik nona. "
"Kau pasti sudah meninggalkan akal sehatmu saat pergi beberapa bulan yang lalu, " ucap Rusy berlalu pergi meninggalkan Edgar yang masih menatap dalam kearah puteri Daisy dari kejauhan. Gadis itu berjalan sembari memasang kembali sarung tangannya.
"Salam Nyonya Swart, "ucap Rusy Amelie saat tiba ditempat perkumpulan para nyonya bangsawan tersebut.
"Kau.... "
"Rusy Amelie Smith,"balas gadis itu lagi.
"Anak angkat tuan Count, "Seorang wanita berkata dengan nada menyindir saat Rusy menyapa ramah nyonya Swart disana.
Sosok Rusy memperhatikan wanita tersebut mulai dari gaun mewah dikenakan sampai perhiasan begitu menyilaukan mata, kipas ditangan kanan terus digerakkan walaupun disana tidak terasa panas. Tersimpan begitu banyak perselisihan antar keduanya tampak dari suasana seketika berubah menjadi mencekam.
"Nona Smith,ini nyonya Zabrina pemilik rumah lelang yang terkenal dikerajaan Maurin,"
'Rumah para jalang lebih tepatnya' batin Rusy dengan memaksakan senyumannya kepada para nyonya-nyonya itu.
"Kau gadis yang cantik nona, " ucap pelan nyonya lainnya sembari memegang lembut tangan gadis taklain dari Rusy Amelie tadi.
"Dan ini adalah nyonya Winnie,"tambah nyonya Smith, mencoba memperkenalkan para bangsawan disana kepada Rusy yang bahkan tidak perduli keberadaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...