44-The greatest killer

1.5K 195 0
                                    

Kilau ujung pedang tertajam diantara gelapnya tempat tersebut. Menusuk mata bagi setiap orang yang ada disana. Masih dengan raut wajah penuh ketenangan, gadis bernama Rusy Amelie itu melempar sekantong koin emas sembari membuka seluruh tudung kepala. Sontak dua orang pria saling bertukar tatap, tampak sedang berbicara satu antarlain.

Senyum licik tergambar diraut wajah kedua orang pria, mereka menghunuskan pedang kearah Rusy Amelie berniat untuk membunuh gadis kecil yang dianggap lemah.

Namun, sangat disayangkan harapan mereka seketika sirna. Tendangan beruntun dari kaki jenjang gadis itu tidak dapat ditangkis dengan sangat mudah menghantam bagian dada mereka. Sampai terbentur pintu kayu diarah belakang membuatnya hancur, menerobos paksa, sampai menghantam meja bagian dalam ruangan.  Orang-orang tengah berkumpul segera bangkit berdiri sembari mencari-cari seseorang yang sangat berani mengacau ditempat pembunuh, sungguh keberanian yang patut dipuji, gumam batin setiap orang.

Rusy Amelie berjalan masuk, bergantian menatap satu persatu orang yang ternyata juga balas menatap dirinya. Sebuah tatapan aneh serta kebingungan yang ditampilkan oleh sebagian orang, terkecuali sosok gadis kini melangkah tanpa ragu melewati segerombolan pria memiliki perawakan tinggi-besar lengkap senjata andalan digenggam tangan, bersiap jika saja ada pertarungan yang akan terjadi.

"Aku ingin sekelompok pembunuh terhebat, " ucap Rusy lantang, mengambil kursi yang sudah tersedia kemudian duduk tenang, menikmati pemandangan mengerikan dihadapannya.

Para pembunuh yang semula sudah menatap dirinya sejak tadi. Sontak tertawa keras, tidak sedikit diantara mereka meremehkan gadis yang kini menjadi pusat perhatian.

"Apa kau bercanda nona? " ujar salah seorang pembunuh, terdapat taring harimau yang digunakan sebagai hiasan dilehernya.

Sekilas sorot tajam Rusy Amelie melirik kearah pembunuh yang menanyakan hal demikian kepada dirinya, salah satu tangan mengambil sesuatu dipinggang kanan secara hati-hati dan...


Ssrrghh

Melempar belati tepat mengenai jantung pria pembunuh tadi. Sontak semua orang yang menertawakannya bungkam dengan menelan susah ludah saliva, mulut sedikit terbuka atas keterkejutan. Sangat cepat! Kata yang  tepat sebagai penggambaran saat menyaksikan tubuh salah satu rekan mereka terbujur kaku dilumuri darah menggenang dilantai tempat mereka berpijak.





***


Seorang pria berlari dalam lorong. Langkahnya yang berat, menggema diseluruh sudut, disisi samping jalan terdapat sederet obor yang menyala. Terburu-buru memasuki ruangan bernuansa gelap, tetapi masih terasa hidup dengan berhiaskan koin emas berhamburan disetiap jengkal kaki. Seorang pria berumur menikmati segelas anggur ditemani oleh dua orang gadis yang duduk dipangkuannya.

"M-maafkan saya tuan, " tutur pria itu sambil melangkah mundur dengan arah pandangan menunduk.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi diperkumpulan pembunuh? " tanya sosok pria yang dipanggil dengan sebutan tuan. Ia lantas melepaskan rangkulan pinggang para gadis-gadis jelita yang mengusap pelan dada bidang miliknya.

"Seorang gadis menginginkan pembunuh terhebat tuan. "

"Terhebat? Seorang gadis? Ini sangat menarik, bawa gadis itu keruanganku," pintanya. Meminum habis segelas anggur diiringi tawa lepas.

Bawahan yang diperintahkan sontak segera kembali ketempat yang dituju, dimana sosok gadis duduk tenang menunggu hal yang diinginkannya tercapai, mencari pembunuh terhebat sebagai poin dalam rencana yang sudah disusun sedemikian rupa.

Menerobos paksa segerombolan pembunuh bawahan pria itu mengatur napas dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Sesekali menunduk dan beralih menatap gadis yang tampak keheranan atas sikap darinya.

"Nona, tuanku ingin bertemu denganmu, " jelasnya.

Tanpa berpikir panjang dan bertanya hal yang tidak penting, Rusy bangkit berdiri mengikuti arah pria yang mengatakan padanya perihal pemilik tempat perkumpulan pembunuh. Lorong berukuran tidak terlalu besar dan terbuat dari kayu-kokoh menjadi pemandangan yang dapat dinikmati sepanjang perjalanan. Sesampainya di depan sebuah pintu, lebih dahulu Rusy Amelie menghela napas berat, menyipitkan mata kearah balik pintu, menyiapkan diri jika saja ada sebuah jebakan tidak terduga yang mengharuskan untuk bertarung!.

Pintu perlahan terbuka, koin emas bertumpuk di tengah ruangan dimana terdapat sosok pria sedang bermain-main bersama dua gadis yang bisa dikatakan sebagai penggoda. Sementara disisi samping, sekelompok pria berjejer rapi, menatap kearahnya sambil melipat tangan didada. Pria-pria tersebut tampak seperti patung tanpa bergerak sedikitpun, memakai penutup wajah yang hampir tidak bisa dikenali, hanya memaparkan sorot tajam diantara keheningan. Berjumlah tujuh orang dengan ketrampilan berbeda, dapat dipastikan dari senjata yang mereka gunakan berbagai macam jenis.

Suasana seketika berubah mencekam dengan adanya kehadiran gadis memakai jubah berwarna hitam, taklain dari sosok Rusy Amelie. Saat ini menampilkan raut wajah dingin dengan tatapan lekat, tanda kewaspadaan terhadap sekitar.

"Nona kau menginginkan pembunuh terhebat. Ketujuh orang ini adalah terbaik diantara yang terbaik, mereka berada dibawah perintahku secara langsung. Tingkat keberhasilan menjalankan misi tidak dapat diragukan, bahkan setetes darah korban tidak akan tertinggal ditempat," jelas pria bersama dua gadis tadi. Berdiri tegak menghadap langsung kearah lawan bicara, kedua tangan berkacak pinggang dan tanpa sengaja memaparkan bekas luka didadanya. Sangat mencolok sehingga perhatian Rusy Amelie hanya tertuju pada bekas luka tersebut.

"Tapi sesuatu yang terbaik akan dikembalikan dengan hal yang lebih baik, " sindir pria itu. Tersenyum miring semakin mendekatkan langkah.

"Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, emas, kekuasaan, wanita, budak, wilayah, senjata," jawab Rusy Amelie. Berhasil menambah senyum mekar dibalik wajah pria yang sekarang sudah berada dihadapannya berdiri.

"Tawaran yang sangat bagus, siapa yang ingin kau bunuh? "

Gadis itu menerbitkan sebuah senyum sinis dengan satu alis terangkat. "Raja Espen Hartmut."

Raut wajah sosok pria tadi seketika berubah. Kedua mata terbelalak takpercaya atas hal yang sudah didengar. Dengan terkekeh pelan, ia mendekatkan wajah memasuki relung terdalam dari manik mata Rusy.

"Apa kau bercanda, nona? "

"Tentu saja tidak. "

"Membunuh raja? Ini permintaan tergila pertama yang pernah kudapat dari seseorang! Sudahlah, aku tidak ingin bermain-main denganmu, " bisiknya dalam kesunyian.

Kedua kelopak mata Rusy Amelie tampak terpejam secara bersamaan. Dan beberapa saat berlalu muncul kembali, menampakkan manik mata biru safir. "Aku akan merebut kekuasaan kerajaan Maurin," balasnya menajamkan pandangan.

"Manik mata itu! " seru salah seorang pembunuh yang ada dalam ruangan, membuat pemimpin mereka terdiam sesaat, memperhatikan cahaya biru safir yang mengelilingi tubuh gadis dihadapannya. Manik mata yang sudah menjadi legenda sekian lama, terkubur dalam sejarah mengerikan dimasalalu.

"Kau? "

"Rusy Amelie Maurin," ucapnya dengan nada dingin tersirat. Sedikit ancaman dirasakan jelas oleh beberapa orang yang ada.















~~•~~

See you next part!

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang