"Rusy Amelie Maurin, selamat datang," bisik tuan Darby yang entah datang darimana. Akan tetapi, sekarang ia sudah berdiri tepat disamping sosok gadis itu. Aura penyihir penuh kekejaman mengitari tubuh Rusy Amelie, ia terpaku dalam keadaan yang tidak menguntungkan.
Sekali hempasan tangan, Rusy Amelie terpental kearah lain menghantam sebuah meja-diam-membuatnya hancur. Berusaha bangkit berdiri sembari mengusap darah segar yang mengalir disudut bibir.
Sosok gadis itu berdiri tegak menghadap tuan Darby yang sudah siap untuk bertarung, kuku-kuku tajamnya begitu runcing mirip seperti pisau-pisau kecil. Cahaya biru safir seolah-olah tampak memperluas wilayah kekuasaannya dengan menghapus kegelapan, menghinggapi setiap benda yang ada dalam ruangan, sehingga warna biru begitu mendominasi disana.
Melesat kearah tuan Darby berada. Keduanya saling melempar serangan, sihir pengendali tuan Darby bersusah payah mencoba menyentuh tubuh Rusy Amelie yang kini menghindar dengan sangat gesit. Setiap pukulan ia layangkan tanpa keraguan menghantam dada pria paruh baya yang sudah kewalahan menyeimbangi.
Kepalan tangan kuat mengarah langsung pada pelipis tuan Darby, beruntung dengan cepat dapat ditahan oleh kepalan tangannya yang lain. Jarak antar keduanya sangat tipis sehingga dapat terdengar deru napas tidak beraturan akibat pertarungan sengit tersebut. Tersenyum sinis, tuan Darby memutar seluruh tubuh bersiap melayangkan tendangan diperut anak angkatnya itu, langkah terakhir tendangan tidak berhasil dilakukan, karena sebagian tubuh tuan Darby dijerat oleh akar-akar pohon yang menembus jendela kaca, hingga serpihan kaca berhamburan menjadi bagian terkecil, hampir melukai dua orang ada dalam ruangan.
Kembali tuan Darby tertawa keras, raut wajahnya penuh kekesalan serta meremehkan kemampuan dari sang lawan. Dengan sihir penghancur diiringi kilatan cahaya putih terang, membuat seluruh akar hancur dalam sekejap. Beberapa detik berlalu tuan Darby sudah berada dihadapannya, mengarahkan kuku-kuku tajam tepat pada wajah gadis tersebut. Kedua bola mata Rusy Amelie membulat sempurna karena tidak dapat menggerakkan tubuhnya lagi, terpaku dalam ketegangan beserta membayangkan wajahnya dilukai oleh kuku tuan Darby yang bagaikan pedang siap membelah sebagian tubuh.
Deg..
Rusy Amelie membuka kedua mata. Pikiran yang semula membayangkan darah berhamburan dari luka diwajah menjadi sirna seketika, mendapati tuan Darby menghentikan niatnya untuk melukai gadis didepan sekarang.
Pria paruh baya itu terdiam sesaat memperhatikan sangat detail wajah puteri angkatnya, tatapan sendu dengan alis semakin turun.
'Apa yang terjadi?' gumam batin Rusy Amelie, mengeryitkan dahi menatap sosok pria berjarak selangkah dari dirinya berdiri.
"Apa kau menyesalinya? "tanya tuan Darby secara tiba-tiba. Perlahan menurunkan kuku-kuku tajam yang mulai kembali seperti kuku pada umumnya.
"Maksudmu? "
"Menjadi puteri dari orang yang sudah menghancurkan dan membunuh kedua orangtuamu? " Tuan Darby mempertajam tatapan. Suasana menjadi hening setelahnya.
"Tidak. "
"Kenapa? "
Sejenak tidak ada suara yang didengar dari dua orang tersebut. Mereka hanya saling bertukar tatapan tanpa membuka mulut. Rusy Amelie sendiri tidak tahu apa yang membuatnya mengatakan hal demikian, alasan pun tidak tahu pasti.
"Kurasa kau cukup bodoh," ujar tuan Darby menyerang kembali Rusy Amelie yang masih terdiam. Ia melakukan mantra terlarang untuk menjerat lawan.
Tubuh Rusy Amelie ditutupi oleh asap hitam-pekat dengan petir yang menggelegar seiring waktu. Mengambil pedang yang muncul dari balik telapak tangan, sungguh sihir yang memukau. Sekali tebasan saja hampir membuat Rusy Amelie kehilangan sebelah tangan kanannya. Tanpa keraguan dirinya memukul tuan Darby mengunakan kekuatan mata biru safir yang menelan seluruh kegelapan. Keduanya bertarung dengan waktu cukup lama melancarkan serangan demi serangan, sampai pedang terbang yang dikendalikan tuan Darby menusuk bahu gadis tersebut. Darah segar membasahi jubah panjangnya.
Melompat kejendela yang sudah hancur, Rusy Amelie terguling direrumputan basah akibat embun yang menempel, membelah kegelapan menuju tempat tidak terjangkau. Ditengah perjalanan, dua manusia serigala menghadangnya dari arah depan dan belakang, tubuh mereka begitu besar nantinggi dengan bola mata semerah darah.
Rusy Amelie secara bergantian menatap dua manusia serigala tersebut. Rencana pelarian diri untuk sementara terlintas dari dalam benaknya. Namun, saat ini situasi begitu rumit untuk dihindari sebuah terobosan besar harus diambil.
Srgghh..
Manusia serigala ketiga,tidak tahu datang dari mana menyerang dua serigala yang tadi berusaha menghalangi Rusy Amelie. Sontak gadis itu terdiam mematung disaat pertarungan antar sesama manusia serigala terjadi. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Rusy Amelie merasa keanehan, entah mengapa dirinya dipenuhi keakraban yang menjalar dan memenuhi perasaan.
Pelan melangkah mendekat, Rusy Amelie mengulurkan tangannya sembari memasang kewaspadaan. "Pangeran Arlie?"
Tidak ada jawaban yang didapatkan. Melainkan manusia serigala-ketiga- tersebut melempar kuat dua manusia serigala lain. Terpaku seranya membelakangi seorang gadis. Manusia serigala-ketiga- perlahan memutar seluruh tubuh, hingga memaparkan tampilannya yang cukup mengerikan dibawah naungan rembulan.
Tidak ada yang dapat dimengerti oleh Rusy Amelie, selain tatapan sangat lirih dengan cairan bening menetes secara bergantian, jatuh bebas diantara rerumputan Istana. Tubuhnya yang gagah dan besar bergetar karena tangis yang diiringi dengan meneriaki rasa sakit, entah terletak dimana?. Meski diselimuti oleh keraguan, Rusy Amelie tetap mencoba mendekat, mengusap pelan permukaan tubuh sosok didepannya yang dipenuhi bulu serigala.
Tidak dapat ditutupi, Rusy Amelie merasakan rasa sakit didalam hatinya. Walaupun tidak terlihat oleh siapapun, tapi ia cukup merasakan penyesalan.
Manusia seriga-ketiga- mengangkat tangan kanannya untuk mendorong tubuh Rusy Amelie menjauh darisana. Karena dua serigala lain sudah bangun dan berniat menyerang lagi. Meski tidak dapat berbicara mengutarakan niatnya, manusia serigala-ketiga- jelas melindungi Rusy Amelie dengan segenap kemampuan.
Keraguan sempat menyelimuti Rusy Amelie, untuk pergi meninggalkan tempat tersebut, sebelum manusia serigala-ketiga- mulai mendorongnya lebih keras.
Perlahan tapi pasti, langkah Rusy Amelie mulai menjauh darisana. Dari balik kejauhan manik matanya menatap pertarungan yang membuat manusia serigala-ketiga- hampir mati karena dua manusia serigala lain begitu kuat, memotong kedua tangannya dan melempar tanpa pengampunan.
Pov Pangeran Arlie
Tubuhku, kenapa tidak dapat dirasakan lagi. Apakah semuanya akan berakhir? Ini cukup melelahkan. Tanah dilapisi rumput basah ini, membuatku kedinginan sangat dingin dan membeku. Namun, lebih baik dari jeruji-berkarat yang diberikan tuan Darby untukku tidur, beberapa hari terakhir.
Semuanya sudah selesai, Arlie. Tidak ada yang tersisa, penyesalanmu sudah berakhir. Untuk diriku, terimakasih karena sudah berusaha sangat keras sampai saat ini, beristirahatlah untuk hari yang panjang. Selamat tinggal ayah, Peter dan kau...gadis yang kuanggap cahaya terang dalam gelapnya hidupku. Terimakasih menjadi setitik harapan meski hanya sesaat. Ibu... aku akan segera menemu'imu.
Pov end
***
Dua lapisan penghalang kaca-tranparan-mengurung tiga orang yang terdapat didalamnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Gerson? " tanya salah seorang pria sembari berdiri memperhatikan permukaan pelindung.
Sementara itu, Gerson semula duduk bersila dengan tenang seketika membuka kedua kelopak mata secara kasar, bangkit berdiri. Mengambil dua bilah pedang dari balik punggung. Menghunuskan pedang kearah penghalang tersebut. Berharap penghalang akan hancur, tapi naas harapan mereka seketika sirna ketika penyihir putih merapalkan mantra kembali mengunci mereka yang terjebak atas siasat jitu. Menjebak ketiga bawahan raja Garvin disaat mereka tengah tertidur lelap, dalam panghalang kaca yang dibuat sedemikian rupa.
"Penyihir putih, apa yang kau lakukan! Tuan puteri sedang dalam bahaya! Lepaskan kami! " seru Gary dengan kesal memukul kuat penghalang, tanpa menghiraukan dampaknya pada kepalan tangan yang terluka.
~~•~~
Next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasíaTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...