Raja Garvin menatap dingin permukaan pintu ruangan terbesar yang ada di Istana Hydra. Sejenak memikirkan rasa sakit yang terdapat dibahu, tidak berlangsung begitu lama. Namun, jelas sebagai penanda bahwa gadis yang ditinggalkan olehnya sedang melakukan sesuatu diluar dugaan.
'Kenapa kau sangat keras kepala, Rusy Amelie. Keterikatan ini... aku sendiri tidak tahu jelas apa yang terjadi' gumam batin raja Garvin. Salah satu tangan memegang bahu terasa ditusuk oleh ujung senjata tajam. Mencoba memikirkan keterikatan antar mereka, raja Garvin bahkan tidak tahu pasti apa penyebab hal tersebut. Akan tetapi, seiring waktu berlalu dirinya mulai terbiasa akan ikatan itu. Alih-alih memikirkan penyebab dan cara menghilangkannya, raja Garvin justru sedikit bersyukur karena dengan rasa sakit inilah ia bisa mengetahui keadaan gadis tersebut, meskipun dipisahkan oleh jarak sangat jauh.
Kembali menatap pintu ruangan para tetua. Raja Garvin menghela napas kasar, sempat terbesit keraguan sebelum melangkah, membuka pintu terbuat dari besi-berkarat dihadapan, mendorong sekuat tenaga sampai bunyi besi berdecit jelas ditangkap sepasang telinga.
Hal pertama kali didapatkan sorot matanya, yaitu kegelapan tanpa cahaya setitikpun, pekat bagaikan ruangan diselubungi oleh sesuatu yang melarang cahaya luar masuk kewilayahnya. Asap hitam menjalar keluar dari dalam ruangan menuju raja Garvin yang sudah berdiri diambang pintu masuk.
Selangkah memasuki ruangan, sosok pria tersebut terdiam tidak dapat menggerakkan tubuhnya lagi. Ruangan yang sejak awal hanya berisi kegelapan berubah dalam sekejap menjadi kamar Raja dan Ratu terdahulu, taklain dari orangtua dari raja Garvin Maanlicht. Cahaya lilin-putih terletak diatas meja samping tempat tidur, tampak jelas dalam kegelapan yang menjadi sangat dingin dikala seorang anak kecil mengambil pedang, menusuk tubuh dua orang dewasa dalam balutan selimut. Teriakan rasa sakit terasa begitu nyata bagi raja Garvin yang bergetar seluruh tubuh, tertunduk lemas dengan napas terputus-putus.
Cairan merah-kental mengalir secara perlahan menuju raja Garvin yang masih menundukkan pandangan. Seluruh tempat berpijak menjadi genangan darah dengan masih ditutupi kegelapan. Sedangkan, saat ini raja Garvin mencoba bangkit berdiri menatap takut kearah telapak tangannya yang berwarna merah darah. Masih bertumpu mengunakan tangan dan kakinya yang bertekuk, raja Garvin sayup-sayup menangkap suara lirih dari berbagai arah.
Suara tersebut berisikan permintaan tolong, semakin mendekat. Sampai tanpa disadari memenuhi seluruh bagian kepala raja Garvin yang tidak dapat mengangkat wajahnya kearah depan. Dilantai yang tergenang darah berhamburan, raja Garvin mendapati bayangan seorang gadis tengah diikat dua rantai yang membuatnya tidak berdaya. Tusukan pedang menembus kepala, begitu jelas hampir terasa akan membuat raja Garvin berada diposisi gadis itu.
"Garvin kenapa kau membunuh ibu! "
"Garvin kau menghancurkan keluarga kita! "
"Kau Hydra yang gagal! Pergilah! "
"Jangan pernah datang lagi ke Istana!"
"Garvin! "
Deru napas tidak beraturan, hembusannya ditarik dalam lalu dibuang secara kasar, detak jantung bekerja lebih cepat sangat cepat sampai dapat dipastikan akan segera melompat dari tempatnya. Tangan gemetar karena dibayangi oleh masalalu. Tetesan demi tetesan keringat dingin berjatuhan dari wajah putih-pucat raja Garvin. Hatinya seakan-akan membeku, seluruh tubuh mati rasa akan rasa penyesalan serta kebersalahannya terhadap keluarganya yang hancur akibat dirinya sendiri.
Sekelebat bayangan dianggap sebagai sisa bentuk dari empat tetua yang lenyap akibat jiwa Elf milik Rusy Amelie dahulu. Mengitari sosok raja Garvin. Mereka menyelimuti pria itu sampai sekujur tubuhnya menghitam karena telah terbalut oleh kegelapan yang seperti menariknya masuk, tanpa ada celah untuk keluar.
Sementara, kedua manik mata raja Garvin menghitam sepenuhnya tanpa ada warna putih lagi. Seperti akan hidup tanpa jiwa, raja Garvin meringkuk dalam lubang penyesalan yang akan menutupi dirinya dari setitik cahaya harapan.
***
Berlari dibawah sinar bulan. Rusy Amelie harus mencari tempat untuk berlindung secepat mungkin, membelah rerumputan sembari mengerahkan kekuatan mata biru safirnya yang bertugas menghadang para prajurit serta tuan Darby yang sekarang mengikuti diarah belakang. Tembok berasal dari akar-akar pohon rupanya masih tidak mampu menghadang tuan Darby yang mengendalikan barang-barang seperti sebilah pedang dan bebatuan berukuran besar, mengunakan sihir miliknya menghancurkan setiap halangan didepan sana.
Pria paruh baya itu terbang melesat menyeimbangi kecepatan seorang gadis yang kini sudah berdampingan dengan dirinya. Merapalkan mantra kemudian mengarahkan pada Rusy Amelie, tuan Darby tampak mempunyai rencana lain. Dirinya berhenti sejenak menatap tajam kearah lain. Sesosok gadis berhenti rupanya sudah memutuskan untuk menghadapinya secara langsung.
Keduanya berhenti dihalaman Istana Kiri. Dibawah cahaya obor yang berada diatas puncak tiang-besi-hitam berlapis kaca berwarna oranye. Suasana menjadi mencekam seketika, semilir angin berlalu menyapu jubah Rusy Amelie sampai menerbangkan gerai rambutnya yang terurai akibat pertarungan tadi.
"Berhentilah melarikan diri, " ucap datar tuan Darby. Melepas sarung tangan yang dikenakan, kemudian melempar kesembarang arah. Merenggangkan otot-otot lehernya sembari berjalan mendekat.
Rusy Amelie terdiam sesaat, memutuskan untuk terus bertarung adalah pilihan terakhir bagi dirinya. Melepaskan jubah panjang yang menutup seluruh tubuh, gaun berwarna biru dilengkapi beberapa armor pelindung dibagian tertentu, menjadikan gadis tersebut seperti seorang prajurit terlatih.
Memejamkan kedua kelopak mata secara pelan. Terbuka kembali dengan cahaya biru safir lebih terang dari sebelumnya. Sehingga menimbulkan hembusan angin yang menyerupai sapuan ombak. Kedua tangan merentang keudara lepas, membiarkan butiran-butiran cahaya biru safir mengitari seluruh tempat, menghinggapi dedaunan pohon.
Akar-akar pohon semula terkubur didalam tanah merambat keluar dari tempatnya. Ranting-ranting pohon bergerak layaknya sedang dikendalikan. Pepohonan tersebut berjalan mengunakan akar-akar mereka sebagai pengganti kaki. Semakin lama diperhatikan, sebagian besar tumbuhan yang terdapat dihalaman Istana mengeluarkan cahaya biru safir yang akan terbang berkumpul, menghampiri sesosok gadis dengan mata yang menyala.
Gadis tersebut melangkah kedepan tanpa keraguan mengumpulkan butiran cahaya kekuatan ditelapak tangan, membentuk sebuah busur panah lengkap dengan anak panahnya yang mengarah langsung menuju musuh.
Tuan Darby menyeringai sinis. Tampilan wajahnya dipenuhi oleh amarah. Gumpalan awan hitam dilangit malam menjadi satu-kesatuan menutupi sinar rembulan. Gemuruh membentak seranya seruan amarah terkunci dibibir tuan Darby. Melepaskan seluruh kekuatan penyihir hitam yang dimiliki, merenggut kehidupan dua manusia serigala yang berada tidak terlalu jauh dari tempat bertarung, serta melahap sebagian darah para prajurit Kerajaan untuk memperkuat tubuhnya yang semakin membesar dengan ukuran tidak seperti manusia biasa.
"Ini sangat menarik!" teriak tuan Darby sambil mengarahkan telunjuknya pada gadis didepan sana, dengan memusatkan kekuatan penyihir hitam. "Maximumestro" .
Tidak lama setelah merapalkan mantra sihir, melesat cahaya hitam dengan kecepatan tidak terlihat.
~~•~~
Next part yoo! Tidak terasa sebentar lagi, cerita ini bakal tamat, tinggal beberapa bagian lagi huhu :(
Terimakasih membaca sejauh ini :p

KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasíaTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...