32-Trying to control the power

1.7K 201 0
                                    

Seiring waktu berlalu tetua-tetua terus mengawasi raja Garvin sambil terbang meninggalkan tempat. Salah satu tangan memegang dada, tidak tahu rasa sakit apa yang sudah dirasakan mereka setelah menyerap inti kehidupan.

"Maksudmu. Kesepakatan?" tanya Rusy sembari membuka jubah tadi menutupinya untuk berlindung.

"Aku akan memberitahumu sebuah kebenaran. Disaat peperangan dahulu raja Paul Maurin tidak benar-benar mati, kehidupannya berada dalam genggaman Kerajaan Hydra begitu pula dengan ratu Leyna. Ratu dibawah kendali kerajaan Maurin yang diambil alih raja Espen sekarang. Kedua kerajaan melakukan perjanjian memegang masing-masing kartu as mereka, tetapi raja Espen menginginkn kekuasaan sesungguhnya. Ia berniat mengambil inti kehidupan ratu Leyna, melalu ritual."

"Ritual itu? "lirih Rusy, kondisi kedua mata  berkaca-kaca.

"Tapi yang ku tahu ritual masih belum dilakukan," tambah raja Garvin berbalik membelakangi dengan menatap bebas kedepan.

"Lalu bagaimana dengan ayahku? Apakah kau tahu dimana ia sekarang?" tanyanya penuh rasa penasaran yang bergejolak didada.

"Diseluruh sudut kerajaan Hydra tidak ditemukan tanda-tanda kehidupannya, tapi ada satu ruangan yang tidak pernahku datangi. Itu  tempat dimana tetua-tetua berada, kemungkinan besar ayahmu ada disana, entah jasad atau bertahan hidup dengan siksaan mereka. "

Kata perkata yang diucapkan oleh sosok pria dihadapannya saat ini membuat batin Rusy Amelie semakin tertekan, tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaan kedua orang tuanya selama berpuluh tahun. Harapan terbesarnya untuk kembali berkumpul meski sebagai rakyat biasa tanpa gelar ataupun jabatan yang hanya bisa menjerumuskan mereka. Sebuah pondok kecil dipinggiran kota sudah cukup baginya. Namun sekarang semua kepingan harapan tersebut hancur seketika.

"Kesepakatan kita: membantuku untuk membunuh para tetua memgambil alih kekuasaan serta kekuatanku yang ditekan, tentu saja pihak memiliki keuntungan terbesar dirimu. Cara untuk membunuh tetua yaitu jiwa elfmu, mereka bertentangan dengan kekuatan ras elf.   Aku akan membantumu mengendalikan kekuatan sekaligus menemukan raja Paul," jelas raja Garvin memutar seluruh tubuhnya menghadap kearah gadis tadi berdiri diam tatapannya seolah-olah menerawang jauh, berusaha berpikir keras tampak disana.

"Ku rasa keuntunganku terlalu ke--"

"Apa kau benar-benar akan membantuku mencapai rencana?."

Sorot tajam Rusy Amelie tidak berkutik dari lawan bicaranya. Detak jantung tidak berirama lagi, menunggu sebuah kata yang sangat diharapkan.

"Tentu saja, " ucap raja Garvin sembari tersenyum tipis. Ia mengerti atas kebimbangan gadis didepannya itu karena harus bertaruh hal besar dalam hidup.

"Aku akan memberikan kerajaan Maurin kepadamu, jika semua berhasil, "timpal gadis tersebut tampak tidak bermain-main dengan kata-katanya.

"Tawaran yang bagus,"ucap raja Garvin berjalan lebih dahulu meninggalkan sosok gadis itu disana bersama dengan lamunan tidak berujung yang sejak tadi ia simpan rapat. "Aku akan menunjukkan sesuatu. "tambah raja Garvin.

Jalan istana disayap kiri, memiliki lorong gelap-gulita tanpa penerangan disisi manapun, bangunan cukup kokoh tetapi sedikit tidak diperhatikan dengan adanya hewan-hewan berkeliaran bebas disegala arah. Raja Garvin memunculkan kembali bola cahaya yang dulu pernah disaksikan langsung Rusy Amelie sebelum keduanya terlibat pertarungan sengit.

Jubah panjang menjuntai menyapu lantai, bisa dipastikan penuh debu menempel. Namun aneh tidak sedikitpun tampak kotor seperti yang diduga, kain jubah seperti sedia kala tidak ada satu kerikil ataupun debu yang hinggap. Hal kecil tersebut tidak sengaja Rusy perhatikan sejak ia berjalan menundukkan pandangan, semua informasi yang didapatkan dari raja Garvin suatu pukulan keras untuknya hingga butuh waktu untuk kembali tenang.

Perasaan berkecamuk menjadi-jadi alasan yang cukup kuat bagi kekuatannya bangkit. Mata biru safir berkali-kali mencoba muncul, tapi ditahan kuat oleh sosok Rusy mengenggam tangan sampai tidak sengaja membuat luka di telapak tangan, setetes darah berhasil keluar dari goresan terbuka. Akan tetapi lagi dan lagi Rusy Amelie tidak dapat merasakan rasa sakit yang bisa mengalihkan perasaannya sekarang.

Disisi lain, raja Garvin menatap kearah telapak tangan berwarna putih-pucat tidak ada luka terdapat, tapi terasa begitu perih. Jelas ia mengetahui alasan dibaliknya, dengan sigap pria itu menghentikan tindakan Rusy yang berusaha menekan kepalan tangan sampai mengakibatkan luka cukup parah. "Berhenti, " perintahnya sejenak berhenti selangkah didepan gadis taklain dari Rusy Amelie tadi. Kini turut menatap kearah raja Garvin dengan raut wajah datar.

"Kenapa? "tanya Rusy dengan singkat.

"Kita sudah sampai, " balas raja Garvin memutar wajah kesamping tepat dimana sebuah pintu besar terpampang.

Pintu menjulang tinggi kelangit-langit istana. Membentang luas dengan terkunci, tidak pernah terjamah oleh siapapun. Rusy Amelie mendekatkan dirinya kehadapan, ingin memegang permukaan pintu tersebut tapi belum sempat kulit bercampur darahnya menyentuh, tangan raja Garvin lebih dulu menepis.

"Yang mulia, " ucap lantang oleh seorang wanita berjalan mendekat bersama  pria dengan pedang dibalik punggung.

Keduanya menunduk hormat saat mendapati sosok raja Garvin dalam hadapan. Olivia wanita yang tadi memanggil tampak menatap kearah Rusy dari atas kepala sampai ujung kaki, tatapan kewaspadaan sebagai seorang pengawal setia raja, akan tetapi diperhatikan lebih jelas  Olivia seakan-akan mengisyaratkan sesuatu 'jangan dekati pria ku' . Kesinisan tersebut tergambar jelas dari raut wajah ketidak sukaannya terhadap Rusy Amelie.

"Yang mulia, para tetua...keluar dari ruangan mereka. Pasti karena kekuatan elf milik nona Smith, "tutur Gary lebih dahulu mencoba menyampaikan pendapat.

Sedangkan raja Garvin hanya menghela napas kasarnya memperhatikan setiap inci pintu tempat-para-tetua-tinggal.

'Siapa sebenarnya gadis ini? Bagaimana bisa menarik perhatian, tapi tunggu dulu raja Garvin tidak menyukai orang membuat masalah untuknya ,aku akan memberikan sebuah hadiah untukmu,nona' batin Olivia menyeringai tipis ketika ide gila muncul dikepala. Mendorong gadis itu sampai menyentuh pintu terlarang. Pintu yang dimaksud dibuat khusus mengunakan pelindung empat tetua sekaligus tidak ada kekuatan yang bisa menyentuhnya dan jika ada orang berusaha memaksa menyentuh maka dapat dipastikan orang tersebut akan hancur menjadi butiran abu akibat terbakar kekuatan mengerikan.

Salah satu lengan Olivia membuat ancang-ancang dan....

Bug

Rusy memukul wajah wanita bernama Olivia itu lebih dahulu. Mengenai batang hidungnya yang saat ini keluar darah-pekat, mengunakan kepalan tangan yang sudah disiapkannya sejak pertama kali bertatap muka  bersama dengan dua bawahan raja Garvin tadi. Dirinya sebagai anak angkat bangsawan tentu saja sudah mengerti arti tatapan yang dilontarkan oleh para wanita untuknya.

Sontak kedua orang pria yang ada disana tertegun sesaat. Gary segera menghampiri rekannnya berniat menolong tetapi dicegah oleh Olivia yang terlanjur murka.

"Lepaskan!" seru Olivia terhadap sikap Gary yang mencoba membantu memapahnya.

Sementara itu raja Garvin mengeryitkan dahi, menatap kearah gadis berada disamping yang ternyata juga menatap dirinya sembari mengangkat salah satu alis.















~~•~~

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang