Kedua kelopak mata Rusy Amelie terbuka tipis memperhatikan bayang-bayang yang mengelilinginya. Semilir angin menerpa tubuh dari kehangatan yang menyelimuti dirasakan jelas. Tampak salah satu bayangan mengeluarkan kekuatan yang baru pertama kali disaksikan oleh Rusy selama ini, berwarna hitam gelap dengan memunculkan benda runcing siap menembus tubuhnya.
Berselang beberapa detik sebelum benda runcing berhasil menembus sosok gadis bernama Rusy Amelie tersebut berhasil menepisnya mengunakan selimut tebal lalu beranjak dari tempat tidur menuju sudut ruangan, memasang raut wajah dingin sembari tatapan tajam mata biru safir yang menyala-nyala akibat kobaran kemarahan yang disalurkan menjadi sebuah kekuatan.
Kini enam orang bayangan tadi beralih menatap serius. Terdapat dua orang bayangan dengan rambut panjang keluar dari tudung kepala tampak bahwa mereka adalah seorang wanita. Sementara sisanya adalah pria dengan perawakan tinggi gagah mencoba bersiap untuk menyerang gadis dihadapan.
"Siapa kalian? Kenapa kalian ingin membunuhku? "tanya Rusy Amelie nada perkataan yang sedikit terkesan dingin sekaligus murka.
Salah seorang pria bayangan tersebut menyerang Rusy dari arah belakang, memukul kuat mengunakan tinju besarnya dan beruntung bisa dihindari dengan cepat walaupun sedikit kewalahan menyeimbangi kecepatan yang hanya berkisar hitungan detik saja.
Pertarungan tidak dapat dihindari, lawannya menyerang bersamaan berkali-kali melayangkan pukulan serta tendangan yang hanya sebagian bisa ditahan. Kemampuan Rusy tentunya tidak dapat mereka remehkan begitu saja, karena sejak kecil ia sudah dilatih secara khusus oleh seorang Count terlebih lagi Rusy adalah keturunan dari seorang ratu Leyna. Dua orang wanita tadi merasa geram keduanya mengeluarkan kuku-kuku tajam dan terbang kearah Rusy yang kini tengah menopang tubuhnya mengunakan tangan kanan bersandar pada dinding ruangan.
'Terbang? Tunggu mereka memiliki sihir? Penyihir! Bagaimana bisa' batin Rusy sembari mengusap kasar sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
Sebagian lain mengunakan benda sekitar seperti serpihan meja dan dinding yang terkena dampak pertarungan tadi porak-poranda tanpa arah. Mengendalikan barang-barang tersebut menuju satu titik yaitu Rusy Amelie yang tidak tahu harus berbuat apa agar bisa menghindari seluruh serangan.
Potongan bangunan terbang tepat diatas kepala Rusy dan siap untuk jatuh menimpa gadis itu. Sedangkan didepannya berada, kuku-kuku tajam dua wanita penyihir siap merobek seluruh tubuh korbannya.
'Sial, apa yang harus ku lakukan! 'decak batin Rusy Amelie mengepalkan tangan kuat.
Brrghh
Srrghh...
Rusy hanya mampu menghindari bongkahan bangunan yang akan menimpanya sementara goresan dari wanita penyihir mendarat dipunggung. Tetesan darah memenuhi lantai yang penuh dengan barang hancur.
Hembusan napas tidak beraturan dari Rusy Amelie terdengar jelas diantara pertarungan sengit, detak jantung memompa semakin cepat cepat dan cepat sampai terasa ingin keluar dari tempatnya.
Seorang pria membuka tudung kepala berjalan mendekat kedepan dimana Rusy tadi berdiri.
Tampilan wajah layak seorang manusia biasa hanya bola mata dari pria tersebut hitam tanpa warna lain yang bercampur, senyuman sinis tergambar jelas. "Kau akan mati,nona," bisiknya. Benda runcing yang tadi sempat dihindari Rusy pertama kali saat ini muncul dari telapak tangan pria itu dengan lumuran darah menghiasi, berwarna keputih-putihan dan jika diperhatikan secara dekat lebih mirip seperti tulang manusia.
"Benarkah? "balas Rusy dengan datar kemudian tersenyum miring.
Cahaya biru safir dari manik matanya memenuhi seluruh ruangan dengan tubuh melayang diantara udara yang berhembus disana. Kedua tangan membentang memunculkan akar-akar pohon yang menjalar dari jendela kamar. Akar-akar tersebut membentuk sebuah benda tajam yang sangat lancip, tergores sedikit saja maka akan menimbulkan luka dalam membelah kulit lawan.
"Apakah ini adalah jiwa bangsa elf nya? " tanya salah seorang penyihir pria kepada rekan-rekannya yang turut merasakan kekuatan besar berangsur-angsur menekan keberadaan mereka.
"Bukan,ini lebih terasa seperti aura Hydra mematikan, "jawab penyihir lain.
"Kekuatannya pantas untuk diaku'i,"balas oleh sosok pria yang tadi berjalan mendekat berniat membunuh sosok Rusy.
"Matilah untukku,"ucap dingin Rusy dengan mengarahkan jari telunjuk kanan menuju para penyihir yang sontak dituruti oleh akar-akar itu.
Jumlah akar mematikan milik gadis taklain dari Rusy Amelie semakin bertambah banyak jika terpotong ataupun dihancurkan mereka akan menggandakan diri dengan sangat cepat,mirip kekuatan sejati milik bangsa Hydra.
Srrghhh..
Kepala dari penyihir pria terpental jauh dari tubuhnya. Mengeluarkan darah dimana-mana tetapi ada yang berbeda dari darah mereka! Darah berwarna hitam yang berarti keenam orang tersebut adalah golongan penyihir hitam yang terkenal lebih ganas dari penyihir lain.
Kepala penyihir tampaknya berhenti tepat dihadapan sosok Rusy dengan raut wajah dingin menatap kedalam manik mata penyihir yang rupanya masih terbuka meski sudah terpisah dari tubuh. "Apa kau takut, nona kecil? " tanya kepala penyihir masih bisa berbicara dan melihat dengan kondisi terpisah dari tubuh sekalipun.
Kepala itu bergulir menuju tubuh miliknya setelah mendapatkan kembali kini kedua tangan meletakkan kepala pada tempatnya dengan menimbulkan bunyi tulang-tulang patah dibenarkan lagi.
'Mereka tidak akan bisa mati, bagaimana membunuhnya? '
Sebuah senyum tipis dari Rusy Amelie menandakan bahwa dirinya sudah mendapati jalan keluar. Selanjutnya kekuatan mata biru safir berubah menjadi hitam dan membentuk sebuah lingkaran besar dengan nyala api menyambar. Deg.... Keenam penyihir tadi mematung ditempat karna kelemahan para penyihir hitam adalah api yang akan membakar habis seluruh tubuh mereka tanpa sisa.
"Kurasa kau cukup beruntung,nona,"ucap samar-samar seorang pria penyihir dibalik kobaran api menyala membakar habis seluruh barang didalam kamar. Secara bergantian para penyihir berusaha menembus api walau bertaruh nyawa mereka, tidak sedikit yang terbakar disebagian tubuh sampai terbang mengunakan sapu keluar batas tembok kediaman.
"Ini aneh kenapa aku tidak merasakan rasa sakit dari setiap serangan,"gumam gadis itu sembari duduk menyandarkan tubuh ketepian dinding.
***
"Kurasa aku akan segera mati,Gerson,"lirih raja Garvin duduk terkulai diujung tempat tidurnya.
'Apa yang dilakukan gadis itu hingga semua rasa sakit ini muncul! Apa dia tidak ada hal yang dilakukan selain menyakiti diri sendiri! ' geram raja Garvin.
"Apa masih terasa sakit, Yang Mulia? "tanya Gerson penuh kebingungan dalam pikiran. Ketika menyaksikan tuannya yang sesekali berteriak menahan rasa sakit, tetapi tidak terlihat sedikitpun luka ditubuhnya.
"Aku harus mengambil keputusan penting,"gumam raja Garvin memejamkan kedua matanya memikirkan cara agar ia tidak merasakan rasa sakit dari gadis bernama Rusy Amelie yang hampir menyiksa setiap saat.
Seekor burung merpati tanpa diduga hinggap di sisi jendela. Sehingga menarik perhatian Gerson yang berjaga disana, ia lantas menghampiri merpati yang membawa secarik kertas dipatuknya.
"Yang mulia,ada surat. "
Surat tersebut berada dalam genggaman raja Garvin. Sorot mata tajamnya membaca setiap kata yang tertulis disana.
"Raja Espen aku bisa menginjakmu kapan saja!. Surat dari orang misterius ini menandakan rencana raja Espen akan segera ia lakukan. " Raja Garvin bangkit berjalan mendekat kearah lilin terletak.Memutuskan melenyapkan bukti untuk menutupi jejak.
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...