17-Morning sun

1.8K 209 1
                                    

Tatapan tajam saring beradu satu antarlain, tidak berkedip memasuki bagian terdalam dari keduanya. Salah satu tangan Rusy mendorong kuat dada bidang pria itu dengan sisa tenaganya yang tersisa berhasil memberikan ruang disana.

"Apa yang kau maksud? Bukankah kau yang memberikan darah itu kepadaku tanpa diminta, lagipula semua darahnya sudah tercampur kedalam darahku."

Raja Garvin tersenyum miring melangkah mendekat. "Jika begitu aku harus meminum darahmu,"bisiknya dengan sorot mata licik tampilkan.

Tidak ada respon dari gadis yang kini bahkan sudah berani mendekat, kemudian sedikit meninggikan tubuhnya."Apa kau sudah kehilangan akal sehat?" bisik Rusy. Seketika sorot mata raja Garvin terbelalak lalu tertawa puas karena baru pertama kali ada orang yang menghinanya secara terang-terangan tanpa rasa gemetar diseluruh tubuh oleh intimidasi dari seorang penguasa Hydra.

"Saat kau terluka aku bisa merasakan rasa sakitnya,"ucap malas raja Garvin. Ia tidak mengira akan mengatakan hal seperti itu dihadapan seorang gadis. Sedangkan kini Rusy Amelie tersentak diam mengangkat salah satu alisnya,kebingungan? Itulah yang dialaminya sekarang.

"Aku tidak menyangka seorang penguasa kerajaan Hydra akan menggoda gadis dengan cara seperti ini,"tutur gadis itu sedikit menahan tawa,mengigit bibir bawahnya sekuat mungkin jika tidak rasa malu akan semakin menghantui sosok raja Garvin tersebut.

"Aku tidak bercanda,"tegas raja Garvin dengan tatapan sendu. Tampilan wajah datar dan tersimpan kesal disana.

"Aku tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong denganmu,Yang mulia."

Setelah mengatakan hal tersebut Rusy berjalan kearah samping istana mencari jalan keluar sebelum mentari pagi datang.

'Sudah kuduga ini tidak akan berjalan lancar' batin raja Garvin.Sorot mata tajam menatap balik punggung gadis yang sedang terluka itu.Luka disebabkan oleh tusukan panah jika dipikir-pikir akan sangat memakan banyak waktu untuk menyembuhkan diri, tetapi Rusy Amelie sudah bisa berjalan dengan baik dan punggungnya mulai berhenti mengeluarkan darah,sedikit tersisa bekas luka yang mungkin saja tidak dapat ia rasakan sakitnya. Ya itu karena sosok raja Garvin lah yang akan menanggung semua rasa sakit untuk Rusy.Sungguh aneh! Tapi itulah yang terjadi pada keduanya.

Menghela napas kasar. Raja Garvin mengikuti langkah diarah belakang mencoba menghampiri gadis didepannya.

"Apa yang kau lakukan!" seru Rusy memukul punggung raja Garvin saat mengetahui sosok pria tersebut mengangkatnya dengan kedua tangan,mirip seperti sebuah penculikan terhadap anak kecil pada umumnya.

"Aku akan mengantarmu pulang,"ucap datar raja Garvin itu tanpa menampilkan mimik wajahnya sebagai tanda ia sedang membantu ataupun ingin melakukan hal jahat.

"Turunkan aku! "tambah Rusy kali ini dirinya menaikan nada perkataannya berharap raja Garvin akan mendengarkan.Namun,semua itu tidak mempan! Percuma.Jika raja Garvin sudah memutuskan melakukan sesuatu maka ia tidak akan mengubahnya sampai kapanpun,keegoisan mungkin tapi begitulah pria itu.

'Cih menurunkanmu, kau mungkin akan membunuhku ketika dalam perjalanan pulang' gumam batin raja Garvin rupanya ia membayangkan rasa sakit seperti beberapa waktu lalu dirasakan lagi atas kecerobohan gadis yang taklain dari Rusy Amelie.menahan semua rasa kekesalannya untuk mengantarkan seorang gadis.

Rusy Amelie tampaknya tidak menyerah untuk berusaha melepaskan diri. Beberapa saat berlalu sebelum gadis itu ingin mengumpat kembali,dua buah sayap dengan bulu-bulu indah berwarna hitam legam terpampang jelas didepan matanya.Kekaguman sekaligus terkejut secara bersamaan.

"S-sayap k-kau... mempunyai sayap?! "
ucapnya dengan penuh semangat.Hal  pertama kali dalam hidupnya menyaksikan sayap milik bangsa Hydra yang legendaris.Konon Hydra yang sudah berevolusi menjadi manusia tidak akan pernah bisa memiliki sayap dan tidak akan bisa kembali menjadi Hydra lagi. Terkecuali,orang tersebut adalah keturunan terkhususkan,meski ada tapi sangat sangat jarang terjadi diibaratkan dalam seribu tahun hanya ada satu keturunan.

Terpaan angin melintas bagaikan menembus bagian tertebal dari segumpal awan mengambang dilangit malam.Pemandangan ketinggian dari sudut tertentu akan memapangkan bagian-bagian terkecil.Lilin dan lentera dijalan kota tampak hanya seperti setitik cahaya terang dibawah sana.Pepohonan yang rimbun semakin menyatu dengan gelapnya malam, rumah-rumah rakyat berjejer rapi dengan kesunyian dari lelapnya tidur mereka.Hamparan perkebunan rakyat kerajaan Maurin menampilkan keseluruhan, bahkan dapat mencakup semuanya yang ada dikerajaan.

Dinginnya rerumputan tanpa disengaja diinjak oleh dua orang tadi.Rusy Amelie telah sampai diatas tanah,dirinya tidak menyadari sudah berada tepat dihadapan gerbang kediaman keluarga Smith. Menabjubkan! Satu-satunya kata yang dapat diutarakannya.

"Masuklah,"perintah raja Garvin sebelum memutuskan untuk segera pergi.

"Tanpa kau perintahkan pun aku akan masuk, Yang mulia," gumam Rusy sembari mengencangkan pakaiannya semakin dalam melindungi setiap inci tubuh yang tidak sengaja terkena dingin malam.

Raja Garvin memutuskan untuk menghindari perbincangan yang akan memicu orang-orang dalam kediaman Smith, menyembunyikan diri lebih tepatnya.Terbang dilangit-langit tampak sedang bermain-main,menerobos paksa ketinggian yang akan memacu keberanian.Setelah dirasa sosok raja Garvin sudah benar-benar meninggalkannya Rusy mendorong pelan gerbang kediaman berharap tidak ada yang menyadari kedatangannya ketika mentari dipelupuk sudah memancarkan sinar kelembutan.

"Nona,apa yang kau lakukan? "

Suara pria tepat berada dibalik pintu masuk gerbang sontak membuat Rusy diam ditempat ia berdiri.

"Edgar? "ucap Rusy dengan perasaan was-was.Takut jika saja ia telah ketahuan menyelinap keluar pada malam hari.

"Kenapa bangun pagi-pagi sekali, nona. Ini tidak seperti biasanya? "

"Nona apa kau juga mengetahui pembunuhan pandai besi itu?"

Kedua manik mata Rusy menatap lawan bicara semakin dalam."Apakah kau tahu siapa pemilik toko pengrajin besi itu?"

"Tentu saja, "jawab Edgar.Keningnya berkerut semakin dalam memperhatikan perubahan sikap gadis didepannya itu menampilkan kesan menyeramkan pada dirinya.

"Dia adalah.... "









~~•~~


Hehe nanggung ya... See you next part readers ! 😂

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang