19-Murder letter

1.9K 208 1
                                    

Labirin pohon tersebut menjalar kesemua arah, tanpa celah tidak memberikan jalan sedikit bagi seorang gadis yang terjebak didalamnya. Rusy berdecak kesal, sejak pertama kali melihat manik mata biru safirnya saat masih kecil dirinya tidak tahu bagaimana cara mengendalikan sampai sekarang terjebak, kesulitan tentunya.

Rasa kesal bersama dengan kemarahan meluap menjadikan sosok Rusy melepaskan kekuatan jiwa setengah Hydra nya memukul kuat pohon yang menjadi inti dari seluruh bagian labirin. Tampaklah kini dahan-dahan itu berserakan menjadi potongan terkecil bagaikan terpukul oleh sesuatu yang besar nankuat sontak burung-burung hinggap berterbangan. Melepaskan kekuatan begitu besar berhasil membuat seluruh tenaga gadis itu terkuras, kurangnya kemampuan mengendalikan adalah satu hal yang cukup menguras semua energi tubuh.

Lingkungan sekitar terkena dampak pukulan, sebagian tumbuhan terutama pohon alami disana tumbang dan yang lain mematahkan beberapa dahan,
dedaunan berjatuhan diatas tanah hingga menghabisi semua yang terdapat dipohon pada awalnya tampak indah dengan warna hijau segar.

"Aku membuat kekacauan lagi, huh." Kedua telapak tangan Rusy Amelie menyentuh tanah disana lalu muncul lah butiran-butiran kecil cahaya biru terang memasuki setiap lapisan memperbaiki semua kerusakan dengan cepat seperti tidak terjadi apapun. Secara bergantian pohon-pohon yang tumbang tadi berdiri tegak lagi,tanaman yang rusak mulai subur dengan sedia kala dan demikian pula daun berserakan mereka kembali kedahan masing-masing seperti para prajurit yang diberikan perintah oleh tuan nya.








***



Jendela berukuran besar dengan tinggi dua kali lipat terbuka lebar menampilkan sebuah pemandangan tanah lapang dibaliknya. Seorang pria mengetuk tongkat secara beraturan dan berirama, entah apa yang sedang ia lakukan sembari memperhatikan dari arah kejauhan.

Setitik benda berwarna hitam terbang melesat kearah sosok pria separuh baya itu. Semakin dekat jarak antar mereka maka akan semakin jelas bahwa benda hitam tersebut adalah seekor burung gagak yang terbang dengan kecepatan tinggi kearah tuannya.

Pria separuh baya tadi mengangkat salah satu lengan sebagai tempat hinggapnya burung gagak.

"Gadis itu mengeluarkan kekuatan lagi? Kurasa kekuatannya tidak dapat dikendalikan,"ucap pria itu.

Entah bagaimana dirinya tampak bisa memahami setiap perkataan burung gagak yang menurut orang biasa sebuah keanehan belaka. Sorot mata tajam pria tersebut beradu dengan manik hitam gagak yang seakan-akan mengerti maksud dari tuannya.

"Tuan Darby apa yang anda lakukan?Apakah ada sesuatu yang penting sampai memanggil gagak ajaib itu?" tanya seorang wanita dengan memegang sapu tangan dan berjalan anggun menghampiri pria yang ternyata adalah tuan Darby Smith.

"Aku hanya mengkhawatirkan seseorang, "jawab tuan Darby. Berjalan meninggalkan kepala pelayan Marie dengan raut wajah kebingungan.

Selangkah demi selangkah tuan Darby melewati deretan lorong kediamannya yang hanya segelintir cahaya bisa masuk kesana, jejeran lilin turut andil serta gantungan kristal murni saling bertabrakan satu antarlain menimbulkan bunyi khas tersendiri. Sampai diruang utama kediaman para pelayan menunduk hormat menyapa sang tuan dengan keramahan mereka. Namun tidak dihiraukan oleh tuan Darby yang saat ini menuju pintu luar sontak dua orang pria sebagai pelayan disana membukakan pintu dan tepat selangkah ingin meninggalkan kediaman tuan Darby bertemu dengan sosok yang ia cari. Rusy Amelie berdiri mematung menatap kearahnya.

"Ada apa dengan raut wajahmu, tuan Darby?"tanya gadis itu lebih dahulu membuka suara memecahkan keheningan sesaat.

"Apa kau mengeluarkan kekuatan mata biru safirmu,Rusy Amelie? "tekan tuan Darby.

"Bagaimana kau bisa tahu,tuan Darby?"balas Rusy menyipitkan mata menatap lurus tanpa berkedip kearah lawan bicara.

"Apakah itu penting? Identitasmu bisa saja diketahui orang lain,jika terus melepaskan kekuatan. "

"Tidak akan, "tukas Rusy.Mengarahkan kaki menuju kamar tempat beristirahat dari segala hal melelahkan.






~



Waktu berlalu begitu singkat langit gelap gulita dengan taburan bintang memenuhi hamparannya luas. Sesosok gadis dengan rambut ikal panjang menenggelamkan wajah kedalam balutan selimut hangat, sangat nyaman sampai sulit rasanya untuk bangkit sekedar berdiri merenggangkan tubuh.

'Pembunuhan itu? Apa aku harus memberitahu nya? Tapii... Baiklah anggap saja sebagai balas budi karna dia sudah menolongku ketika pengejaran di istana' gumam batin Rusy Amelie sembari melepas kasar balutan selimut membalur tubuhnya tadi kesisi samping tempat tidur.

Manik mata Rusy tampak mencari-cari sesuatu disudut meja yang sengaja diletakkan samping jendela besar karena ketika dirinya masih kecil ia sangat suka pemandangan luas sesekali melukisnya dalam bentuk acak, sekedar menghibur hatinya ketika mendapatkan hukuman dari nyonya Marie.

"Ini dia, "kata Rusy penuh semangat mengangkat secarik kertas. Salah satu tangan kanan menarik kasar kursi yang sejak tadi dibiarkan bersandar disudut ruangan. Mengikat rambut ikal berwarna hitam legamnya dengan mengunakan pita merah muda.

Tangannya bergerak mengikuti irama dari setiap kata yang terbentuk dari tinta hitam,digoreskannya secara hati-hati dalam kertas kecil tersebut.

Mereka berencana membunuhmu,berhati-hati lah.

Demikian pesan yang ditulis oleh sosok Rusy. Bersiul pelan dibalik jendela kamar dengan alunan khusus untuk memanggil merpati pengantar surat milik kediaman Smith.

Merpati putih berhasik terbang bebas menuju orang yang akan diberikannya surat itu. Helaan napas kasar dari Rusy Amelie tanda ia akan segera memutuskan untuk kembali dalam selimut tebal miliknya. Memejamkan mata berharap akan menjelajah dunia mimpi yang menyenangkan.

Hembusan angin malam menerpa lilin yang digunakan sebagai penerangan didalam kamar Rusy Amelie. Tembok penghalang antara dunia luar dan kediaman dilalui oleh sekelompok bayangan yang tampak berencana masuk kedalam ruangan itu.Bayangan-bayangan berlalu-lalang berjumlah sekitar enam orang dengan aura membunuh-mengerikan sangat kuat dengan kecepatan tidak terbayang sekarang mereka berdiri mengelilingi tempat tidur Rusy Amelie!










~~•~~

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang