"Ada yang ingin aku katakan padamu!" seru Rusy Amelie yang ternyata benar-benar berlari kearahnya tadi! Bukan hanya ilusi semata gadis itu mengatur pernapasan berkali-kali menarik napas kemudian membuangnya secara perlahan.
"Ada apa?"
"Kekuatanku mungkin cukup untuk mengembalikan darahmu, bagaimana jika-----"
"Tidak perlu terburu-buru, " sela raja Garvin. Memotong perkataan dari gadis dihadapan, saat ini mengerutkan dahi dalam, atas keterkejutannya.
"Kekuatanmu masih terlalu awal untuk mengembalikan darahku. Berpeluang besar akan menimbulkan masalah didua orang, "jelas raja Garvin, tampak rahang yang menegang secara bersamaan kedua manik matanya menatap kearah lain. Seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Baiklah, tapi bagaimana jika aku terluka. Kau pasti akan merasakannya, cukup merepotkan."
"Maka berjanjilah untuk bisa melindungi dirimu sendiri, puteri Maurin," ucap raja Garvin sembari mendekatkan wajah mereka hingga jarak antar keduanya sangat tipis.
Detak jantung gadis bernama Rusy Amelie Maurin itu seketika bekerja lebih cepat memompa dari biasanya, kedua pipi kembali terasa hangat. Tatapan manik mata seakan tak bisa lepas dari sosok di depan sekarang. Sesekali menggeleng-gelengkan kepala pelan membuyarkan lamunan serta perasaan bergejolak didalam hati. Sesaat menghirup udara segar untuk membebaskan sesuatu dari balik dalam tubuh yang seakan-akan ingin terbang lepas menuju ketinggian tidak terbatas.
Memutar seluruh tubuh secara tiba-tiba, menutup kedua pipi mengunakan telapak tangan, sesekali menepuk pelan permukaan kulitnya terasa panas tanpa sebuah alasan yang ia ketahui jelas.
Melangkahkan kaki tanpa meninggalkan sepatah kata lagi, kembali membelah terik matahari tepat diatas berdiri kearah hutan di depan sana.
'Ada apa dengan diriku!? ' batinnya bertanya-tanya seiring langkah semakin menjauh dari sosok pria yang ternyata tersenyum tipis dengan kepergiannya.
"Sudahlah, mungkin pengaruh dari kekuatanku yang belum sepenuhnya dikendalikan secara baik, " jelas Rusy Amelie kepada dirinya sendiri. Sejenak menutup kedua kelopak mata secara singkat untuk menenggelamkan manik mata biru safir berganti mata hitam legam yang selaras dengan rambut panjang ikal, diikat mengunakan sebuah pita.
Hutan kerajaan Hydra masih dipenuhi oleh duri-duri tajam memenuhi seluruh tanah tempat berpijak, bunyi dercik air disepanjang aliran sungai terdapat samping jalan setapak menemani perjalanan gadis tersebut. Kicau burung kembali kedalam sarang didapati salah satu pohon-hijau-subur.
Rusy Amelie mengusap lembut permukaan tanah berisikan rumput terdapat butiran-butiran embun diatasnya, sehingga ketika terkena telapak tangan akan meninggalkan cairan bening yang akan membasahi.
Berdiri tegak memusatkan pikiran menuju kerajaan Maurin. Berlari di tengah hutan tanpa keraguan menyelimuti. Memasuki setiap sudut hutan dikelilingi oleh pohon menjulang kokoh tidak terusik. Dedaunan berjatuhan saat seorang gadis berayun bebas dibeberapa akar pohon menjuntai, desir angin melambai-lambai menerbangkan gaun longgar yang dikenakan Rusy Amelie. Segelintir cahaya terang menusuk mata berhasil membuat ia mematung kemudian selangkah mendekat....
Hutan hijau yang sangat akrab dengan Rusy Amelie, tersenyum simpul kembali berlarian diantara pohon-pohon besar serta bersenandung ria. Hutan kerajaan Maurin sudah ditemukan sekarang sebentar lagi akan menemukan jalan setapak dimana pembatas antara hutan dan juga pusat kota kerajaan. Tanpa diduga-duga diarah depan seorang pria berlari menghampirinya. Sontak Rusy Amelie tersentak diam ditempat berdiri.
"Pangeran Arlie, apa yang kau lakukan di sini? "tanyanya saat pria tadi sudah berada dihadapan dengan tetesan keringat berjatuh dari rambut warna keemasanya.
"Nona Smith, aku menemukanmu. Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu?"
"Aku? Aku mengikuti Edgar ke kerajaan Etern. Menjalankan bisnis keluarga Smith,"ungkap gadis tersebut sambil berjalan terlebih dahulu.
"Lalu kenapa kau muncul dihutan?"
"Itu karena kuda yang ku bawa berlari saat dihadang oleh dua ekor serigala."
"Serigala? Beruntung kau masih selamat, nona. "
Hanya anggukan kecil yang bisa ditampilkan oleh sosok Rusy Amelie mencoba mempertegas alasan pada pangeran Arlie yang sedikit kebingungan, mengaruk tekuk nya yang tidak gatal. Dua orang itu berjalan melalui jalanan setapak, menyusuri pinggiran kota tanpa berbincang sekalipun.
Aroma roti panggang yang baru saja diangkat dari tungku api khusus masuk langsung ke rongga penciuman membuat kedua kelopak mata terbuka-tertutup secara bergantian mencoba meresapinya secara pelan.
Desiran angin di kerajaan Maurin sudah begitu lama tidak ia rasakan. Kesejukan setiap inci menjadikan kerajaan tersebut sebagai tempat terindah dari semua yang ada.
Gerbang kediaman bangsawan Smith sudah berada lurus dihadapan. Rusy Amelie terpaku diam memperhatikan setiap bangunan, sampai berhenti tepat mengarah pada satu jendela besar dilapisi kaca berkilauan akibat sinar terang. Sosok di dalam mungkin sudah menunggu dirinya sejak lama.
"Masuklah, apa yang kau tunggu? " ujar pangeran Arlie bertanya saat menangkap sosok gadis menghentikan langkahnya. Seperti ada sebuah keraguan.
"Aku tidak bisa menemanimu masuk karena ada urusan lain yang harus kulakukan, sampai jumpa lagi nanti nona Smith! " seru pangeran Arlie bergegas kearah kereta kuda milik keluarga kerajaan tampak sudah menunggunya dilengkapi dua pengawal memakai kuda putih beserta senjata mereka untuk mengawal sang pangeran untuk segera kembali ke istana.
Disisi lain Rusy Amelie tidak menghiraukan perkataan pangeran Arlie lontarkan untuknya. Kaki melangkah memasuki kediaman dengan pikiran penuh oleh satu pertanyaan yang meminta untuk segera mendapatkan jawaban.
Kepala pelayan, Marie. Melambaikan sapu tangan pada gadis yang sudah ditunggu-tunggu. "Nona, akhirnya kau kembali. " tuturnya, berjalan mengangkat ujung gaun berniat menghampiri gadis yang tidak terlalu jauh.
Raut wajah datar terpasang jelas disetiap langkah menuju ruangan perpustakaan dimana sosok tuan Darby selalu berada. Sikap dinginnya sontak membuat niat para pelayan yang tadi ingin menyapa nona mereka berubah diam, tidak berani mengeluarkan sepatah katapun karena sudah merasakan aura yang tidak mengenakan.
Pintu terbuka. Menunjukkan seorang pria tengah menghisap cerutu sembari mengelus lembut bulu seekor burung gagak-hitam hinggap di lengan sebelah kirinya.
"Sudah kembali, puteri ku? "tanya tuan Darby teruntuk gadis kini masih diam diambang pintu masuk.
"Liontin. Apakah milikmu ayah?." Rusy balas bertanya. Mengeluarkan sebuah liontin yang selalu disimpan selama ini. Pengucapan kata ayah pada perkataan terkesan ditekankan lebih jelas.
Berjalan perlahan mendekat sambil mengusap sisi-sisi kursi dibalik sarung tangan transparan miliknya.
~~•~~
Fyi: Cerita ini memiliki tiga kerajaan besar. Kerajaan Maurin, Hydra dan yang terakhir Etern. Hanya saja penjelasan pada kerajaan Etern sangat sedikit dalam cerita bahkan tidak muncul dibanyak bab. Keberadaan kerajaan Etern jauh dari jangkauan dua kerajaan lain, berada dipenghujung hutan dan dipinggir laut lepas. Kerajaan dengan pengembang bisnis terbesar atau bisa disebut kerajaannya para pedagang, pelaut. Dipenuhi perbukitan hijau dengan kepimpinan raja William.
Oke, mungkin ada sebuah pertanyaan kenapa raja William tidak ikut andil dalam kerajaan Maurin? Faktor utama adalah jarak antar kerajaan yang sangat jauh, memakan waktu beberapa hari untuk sampai, tapi di bab tertentu raja William akan andil.
Ras dalam kerajaan Etern adalah ras campuran, manusia, orc, putri duyung, peri dan beberapa ras lain yang bersembunyi. Sebagai bocoran kerajaan Etern akan muncul diseri lain cerita, dimana penjelasan akan lebih detail lagi!
Terimakasih banyak, buat pembaca setia yang benar-benar membaca cerita saya. See you next part :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasíaTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...