Suara langkah kaki semakin mendekat Rusy masih mematung didepan pintu,pikirannya kacau sejenak berusaha menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Pada akhirnya Rusy bertindak, tanpa berpikir panjang ia berlindung dibalik sebuah patung yang terdapat tepat disamping pintu masuk tadi. Detak jantung semakin cepat, takut jika rencana akan gagal bukan hanya dirinya yang akan terlibat tapi nama keluarga Smith akan turut terseret masuk kedalam pengadilan istana. Dari celah-celah Rusy berusaha memperhatikan orang yang akan keluar dari pintu besar itu.
"Flory? Bukankah dia puteri Duke Daron, "gumam Rusy.
Belum sempat menebak-nebak apa yang terjadi dibalik pintu itu disusul dua orang pengawal istana keluar memapah seorang pria. Rusy memicingkan mata menatap takpercaya apa yang sudah dilihatnya. " Pangeran Peter Hartmut?!"
Baju yang dikenakan Pangeran saat keluar dari ruangan itu terbilang sangat tidak mencerminkan dirinya sebagai putera mahkota kerajaan Maurin,sangat berantakan beberapa kancing baju bahkan belum sempat dirapikan.dengan kedua mata masih tertutup, rambut acak-acakan dan kedua pipinya merah semu.
"Peter Hartmut. Kurasa ini tidak mungkin tapi didepan wanita jalang itu....cukup masuk akal. "
Rusy mengingat kembali penampilan wibawa seorang Pangeran Peter yang selalu dibanggakan Raja Espen. Rumor dimana ia adalah anak jenius berhembus kencang bagaikan angin dimusim semi, gambaran dirinya terlalu dilebihkan oleh para penghuni istana Maurin. Ya, untuk apalagi kalau bukan untuk menanamkan kekaguman atas Putera mahkota tersebut. Rusy sendiri pernah bertemu secara langsung dengan sosok Pangeran Peter seorang pria yang memiliki wibawa dan memikul tanggung jawab yang besar, menghabiskan waktu-waktunya diantara tumpukan kertas kerja seharian, tapi saat ini Rusy tersadar bahwa semua pria sama saja, tertarik pada hal menarik dan menikmatinya jika ada kesempatan.
Sementara Flory seorang puteri bangsawan kelas atas. Namun, sikapnya yang angkuh menjadikan ia seorang gadis yang dianggap hanya bisa mengandalkan gelar ayahnya semata. Tidak hanya itu saja kebiasaan menggoda pria sangat tidak layak sebagai bangsawan terhormat terlebih lagi kepada Putera mahkota kerajaan. Jalang, adalah kata yang pantas untuk mengingatnya dengan mudah. Bukan tanpa alasan Rusy sendiri sempat berdebat dengan Flory ketika gadis itu menendang seorang wanita tua dengan susah payah meminta sepenggal roti kepada Flory yang tidak sengaja melalui jalan pusat kota. Kejadian dimana sosok Rusy langsung bisa menebak karakter gadis tersebut.
Setelah beberapa waktu berlalu, Rusy memilih untuk keluar dari persembunyian sepasang manik mata hitam legamnya tampak memastikan keadaan sekitar. Selangkah kedepan Rusy tersandung kaki patung tempat ia bersembunyi tadi. Namun, dengan penuh perhitungan dirinya mendarat tanpa terjatuh sedikitpun. 'Huh,untunglah'batinnya.
"Apa kau baik-baik saja, nona Smith?"
Suara diarah belakang membuat Rusy terkejut bukan main. Dirinya baru saja selamat tapi kembali tertangkap basah. Sungguh hari yang sial, ucapnya dalam hati. Perlahan, membalikkan seluruh tubuh kearah lawan bicara Rusy mencoba memaksakan senyuman palsu disudut bibir, sedikit aneh tapi cukup untuk membodohi lawan bicaranya itu.
"Pangeran Arlie Hartmut?"
'Apakah pria yang berteriak didalam ruangan tadi adalah dia? '
"M-maafkan saya Yang mulia,"tambah Rusy sembari menunduk, memberikan salam penghormatan.
"Nona Smith tidak perlu menyebut nama belakangku, itu terlalu menganggu." Pangeran Arlie tersenyum tulus, berhasil membuat kedua lesung pipinya terlihat jelas. Mungkin jika gadis biasa melihat Pangeran Arlie saat ini, mereka akan langsung jatuh cinta atas ketampanannya. Bagaimana bisa rambut lurus berwarna keemasannya selaras dengan sulaman emas dipakaian pangeran yang kenakan, sangat menampilkan kegagahan dari sosok pria tersebut.
"Aku dan keluargaku bukan berasal dari garis keturunan Kerajaan Maurin, "tutur pangeran Arlie keduanya berjalan berdampingan melalui lorong yang tadi sudah Rusy lalui saat mencari tempat pertemuan rahasia.
"Keturunan keluarga Maurin lah yang pantas menduduki Istana ta.... "
"Apa maksudmu mengatakan ini semua? " potong Rusy. Tatapan tajam itu menatap langsung kearah Pangeran Arlie yang turut menatapnya balik, bukan tatapan tajam yang dilontarkan Pangeran melainkan sebuah arti tatapan penuh tanya?
'Kenapa pria ini mengatakan semuanya padaku? Apa dia sudah merasa curiga? '
"Entahlah, aku hanya merasa ingin mengatakannya kepadamu. Nona Smith, aku sudah memperhatikanmu sejak kecil. Saat kompetisi para pejuang istana diadakan kau melemparkan sepatumu tepat mengenai wajahku,kau tahu? Kau gadis pertama yang berbeda menurutku. Kau gadis yang sangat berani, penuh aksi yang mengejutkan!" jelas Pangeran Arlie sembari tertawa lepas. Kini seluruh lorong dipenuhi gema gelak tawa sang Pangeran.
"Lemparan itu.... Ternyata itu kau."
Rusy tidak berniat membesarkan kejadian dimasalalu. Dimana dirinya mengikuti acara diistana bersama tuan Darby.
"Mengapa kau ada disini, nona Smith?. Ruangan-ruangan ini digunakan sebagai tempat istirahat para bangsawan jika ada acara dalam Istana. "
"Aku hanya tersesat saat menyusuri Istana," jawab Rusy dengan singkat tanpa berbasa-basi lagi.
"Pangeran Yang mulia menunggumu." Suara prajurit diarah belakang sontak membuat keduanya seketika menoleh bersamaan.
Mendengar hal tersebut Pangeran Arlie hanya mengangguk pelan sebagai tanda mengerti atas perintah sang Raja. Sebelum beranjak pergi, dirinya menatap wajah gadis yang mengarahkan pandangannya kearah lain, Rusy rupanya sedang mencoba menebak dimana ruangan rahasia itu berada.
"Nona Smith, aku pergi lebih dahulu."
Rusy Amelie sempat membalas tatapan mata sosok pria tersebut dengan raut wajah datar, tidak ada senyuman sebagai tanda perpisahan seperti yang diharapkan pangeran melainkan anggukan kecil setelah Rusy memutuskan untuk meninggalkannya lebih dulu dari sana.
Pangeran Arlie tersenyum tipis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berjalan kearah berlawanan untuk memenuhi perintah sang Raja tadi,agar segera menemuinya.
Rasanya Rusy hampir menyusuri setiap tempat Istana utama, tetapi belum menemukan tempat pertemuan rahasia yang dimaksud. dengan keputusan asaanya gadis itu menendang sebuah kerikil kecil menghalangi jalan,kerikil kecil memantul beberapa kali sampai tanpa disengaja mengenai sebuah tembok penghalang antara ruangan lain. Hasil suara kerikil yang menghantam bangunan tersebut terdengar ada sebuah celah didalamnya. Tanpa berpikir panjang Rusy mendekat, mengetuk-ngetuk permukaan sembari mendekatkan telinga.
Perlahan kedua telapak tangannya menambah tenaga untuk mendorong sesuatu dibalik tembok.Sebuah ruangan tersembunyi!
'Sesuatu yang sangat wajar disetiap istana' gumam batin Rusy dengan mengernyitkan dahi.
Didalam ruangan tersebut hanya diisi dengan satu lilin yang terpajang diarah belakang Rusy berdiri. Lemari buku disudut ruangan tidak tertata rapi, berserakan. Sebuah kursi kecil samping lemari buku tampak dimakan rayap warnanya pun turut memudar. Ruangan berukuran sangat kecil untuk ukuran orang dewasa ini cukup pengap tanpa adanya celah udara yang masuk. Namun di sebelah kanan, berseberangan lemari buku tadi ada sebuah lorong kecil yang hanya bisa dimasuki dengan cara berjongkok.
"Lorong ini.... " Rusy menghela napas berniat meredakan ketakutan dalam dirinya akan sesuatu yang sempit dan gelap. Rusy membayangkan ketika ia masuk kedalam lorong tersebut kemudian terjebak disana tanpa adanya udara dan cahaya,sungguh cara mati yang mengerikan,umpatnya.
Daripada memasuki jalan kematian menakutkan Rusy memilih untuk melihat-lihat lemari buku yang mungkin saja memberikannya sebuah informasi penting.
Lemari buku dihadapan menyimpan banyak sekali buku-buku dengan sampul berdebu, tulisan didalamnya sewaktu-waktu akan pudar jika tidak ada yang memperhatikan. Rusy Amelie tertarik pada salah satu buku berukuran lebih besar diantara buku lain,sampul sudah usang dengan bercak darah kering diatasnya. Perlahan, Rusy membuka selembar halaman. Deg..... Manik mata gadis itu berubah menjadi biru terang kembali setelah melihat buku yang ada digenggaman.~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
ФэнтезиTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...