Diantara samar-samar pencahayaan malam hari, rahang tegap milik raja Garvin begitu memikat dengan tajam sorot matanya melirik sekilas gadis tersebut disamping dirinya berdiri.
"Kenapa? "tanya Rusy. Sontak membuat sosok raja Garvin tersenyum tipis.
"Ratu Diana bukan ibu kandung dari pangeran Peter dan pangeran Arlie. Ibu mereka mati diracun oleh pelayannya sendiri, nasib pelayan itu seperti yang dibayangkan dijatuhkan hukuman sesuai peraturan serta dipermalukan di khalayak ramai."
"Kau tahu pangeran Peter sering pergi berburu sejak kecil hingga suatu hari bertemu seorang gadis yang merengek ketakutan dibawah pohon. Gadis itu berteman baik dengan pangeran Peter, keduanya saling berbagi cerita sampai beranjak dewasa pangeran berjanji untuk selalu melindungi gadis itu."
Manik mata Rusy menatap serius kearah pria yang mengisahkan suatu hal tidak diketahui selama ini tampak seperti seorang anak sedang menunggu sang ibu membacakan dongeng tidur. Tidak ada perkataan yang keluar dari mulut karena takut memotong kisah yang memacu rasa penasarannya menggebu.
"Hari dimana janji itu akan segera dilakukan dengan raut wajah gembira pangeran Peter memberitahu raja Espen. Namun, tanpa diduga ayahnya juga berniat menikahi seorang wanita yang sudah memiliki anak,ditinggal oleh suami karena kematian. Awalnya pangeran Peter bahagia akan merasakan keluarga yang utuh lagi,tetapi ketika mengetahui wanita yang dinikahi ayahnya adalah ibu dari gadis yang dicintai selama ini, pangeran Peter hancur sehancur-hancurnya dengan berat hati menerima gadis itu hanya sebagai adik tiri dan itu adalah Daisy."
Kini tatapan keduanya saling beradu, raja Garvin telah menceritakan semuanya kepada gadis tersebut.
"Apakah pertemuan raja Espen dan ratu Diana hanya sebuah kebetulan belaka?"
Sebuah pertanyaan dilontarkan. Rusy Amelie tampak sangat antusias atas kebenaran yang terkubur begitu dalam. Bahkan tuan Darby, ayah angkatnya saja tidak pernah membicarakan masalalu keluarga kerajaan yang baru, setelah kematian ayah dan ibunya dahulu."Raja Espen dan ratu Diana bertemu disebuah rumah lelang.Bukan pelelangan biasa melainkan mereka menjalankan bisnis lelang manusia."
Deg..
Gadis itu tercengang,tidak bisa berkata-kata lagi saat membayangkan nasib orang-orang yang malang dari perbuatan manusia keji.
"Tunggu, apakah raja Espen..." Rusy sengaja menggantungkan ucapannya karena tidak sanggup mengatakan hal demikian kotor,baginya.
"Yang kau pikirkan mungkin saja benar,nona Smith. " balas raja Garvin sembari tersenyum miring menambah kesan menyeramkan seketika.
"Keluarga kerajaan tidak sesederhana yang kau pikirkan,semua yang terlihat baik diluar tapi menyimpan sejuta kejahatan didalam, "lirih raja Garvin kali ini ia memandang langit-langit malam dengan sebuah tatapan sayu seperti ada beban besar dipundak.
"Kisah yang bagus.Saya terkesan Yang mulia,"ucap pelan seseorang dari arah belakang membuat Rusy dan sosok raja Garvin membalikkan tubuh bersamaan mencari sumber suara tersebut.
"Pangeran Arlie, "ucap Rusy Amelie memperhatikan setiak gerak-gerik dari pria itu.
'Apakah dia mendengar semua perbincangan kami? 'gumam batin Rusy penuh tanya yang tidak mungkin dijawab oleh dirinya sendiri.
Tidak ada perbincangan lagi disana suasana berubah menjadi hening.Begitu pula sosok raja Garvin yang bahkan tidak merasa sedikit khawatir jika saja pangeran Arlie sudah mendengar semuanya.
Waktu berlalu begitu cepat langit yang tadi gelap menyelimuti.Sekarang memancarkan segelintir cahaya mentari yang menembus sela-sela daun dipepohonan halaman istana,sinarnya lembut melengkapi pemandangan hamparan taman bungan warna-warni menabjukan didepan.Kicauan burung disarang,riang gembira ketika memberikan ulat yang merupakan makanan untuk anak-anaknya kelaparan, serta para pelayan mulai berlalu-lalang menyibukkan diri dengan kewajiban mereka masing-masing.
***
Serpihan kayu dari kereta kuda berhamburan dijalanan hutan.Bercak darah menghiasi tanah kering-berdebu.Langkah kuda berhenti tepat ditempat kejadian,masih terdapat tubuh para pelayan istana kanan dan dua kusir serta dua orang pengawal pribadi milik pangeran Peter tergeletak tidak bernyawa.
Pangeran Peter melompat gesit dari atas kudanya. Memperhatikan secara hati-hati setiap inci serpihan bukti tersebut.Salah satu tangan mengusap kasar sisa-sisa kereta kuda lalu memukulnya dengan keras sampai hancur lagi menjadi beberapa bagian,kemarahan menguasainya hingga tidak menyadari sudah melepas kendali diri.
"Yang mulia," kata penasehat istana tergesa-gesa menghampiri sosok putra mahkota.
"Jika dilihat dari bagian hancur kereta, sekelompok serigala gunung mungkin menjadi penyebabnya,Yang mulia."tutur tuan Darby sembari menuntun kudanya.
"Itu tidak mungkin! Dua pengawal pribadiku tidak akan kalah hanya dengan sekelompok serigala sialan itu! " seru pangeran Peter mengalihkan pandangannya tepat menuju dua tubuh pengawal pribadinya yang diperintahkan untuk melindungi puteri Daisy selama dalam perjalanan.
Pangeran Peter mengepal tangan kuat dan menekan gigi-giginya sebagai pengalihan dari amarah berlebihan. Ia menaiki kuda kembali memacunya masuk kedalam hutan membelah kerimbunan tanpa ketakutan sedikitpun. Dalam pikiran hanya satu hal yang terlintas yaitu menemukan Daisy dengan keadaan hidup tanpa luka,selain dari hal tersebut pangeran Peter tidak perduli sekalipun dirinya harus menghadapi kematian atau hanya sekedar melepas takhta yang tidak dikehendakinya sejak awal.
"Diasy, bertahanlah aku akan melindungimu. " gumamnya.
Sedangkan dibelakang kuda pangeran Peter berlari terdapat penasehat kerajaan mengejarnya dengan sesekali memanggil nama pangeran memintanya,ah mungkin lebih tepatnya memohon untuk berhenti karena akan membahayakan dirinya sendiri.
Semakin dalam ia memasuki hutan maka akan semakin menipis penerangan, kegelapan ada dimana-mana karena pohon-pohon besar menjulang tinggi menghalangi cahaya matahari masuk,hijaunya lumut serta lembab dari embun menutupi seluruh tanah yang dilalui.Langkah kuda semakin sulit dikendalikan sangat rentan tergelincir,dan benar saja salah satu kaki hewan tersebut tidak sengaja menginjak bebatuan ditumbuhi lumut dipermukaan yang menimbulkan teriakan keras mengakibatkan burung-burung sekitar berterbangan kesana kemari karena merasa terancam.Pangeran Peter terjatuh dari atas kuda ditungganginya kemudian terguling mendekati sebuah jurang yang langsung mengarah pada air terjun terletak ditengah-tengah hutan beruntung ia sempat memegang akar pohon menjalar dengan bertumpu sekuat tenaga naik kembali keatas.
Menyadari pangeran berada dalam bahaya penasehat istana lantas berlari."Yang mulia, bertahanlah. "ucapnya sambil mengerahkan tenaga membantu menarik pangeran agar tidak terjatuh.
Detak jantung pangeran Peter semakin berpacu cepat. Tangan kanannya mengeluarkan darah segar tampak sudah tidak kuat menahan tubuh yang kini akan segera masuk dalam air terjun meluncur bebas, menerjang ketinggian dibawahnya.
"Aku harus selamat! Daisy menungguku! " teriak pangeran Peter penuh harapan bergejolak dihati.
Tenaga yang tersisa ia gunakan dengan sekuat mungkin dan akhirnya bisa kembali kepermukaan, secara kasar merebahkan tubuh diantara rerumputan hijau-basah. Mengatur ulang pernapasan ditemani oleh penasehat istana terduduk lelah disampingnya.
Suara ranting patah samar-samar dari arah semak belukar tidak jauh dari tempat mereka berada berhasil menarik perhatian pangeran Peter. Ia bangkit berdiri berjalan mengendap-ngedap memastikan apa yang ada disana.
~~•~~
Next part yaa 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...