61-The king Paul Maurin

1.5K 186 2
                                    

Ledakan besar terjadi. Menghancurkan bangunan Istana Kiri, membuat lubang besar diantara megahnya dinding. Suara gemuruh berasal dari angin disekitar tempat pertarungan, serta asap bercampur debu yang berterbangan mengakibatkan pandangan menjadi buram. Pohon-pohon milik seorang gadis bersiap menyerang tadi, seketika hancur menjadi potongan-potongan kayu berserakan tanpa arah.

Cahaya biru safir menyala-nyala  tenggelam dalam reruntuhan, secercah sinarpun tidak dapat ditangkap oleh penglihatan semua orang. Dugaan yang sama, bahwa gadis tersebut sudah terkena serangan. Kembali tuan Darby melangkahkan kaki mendekati sosok lawan bertarungnya, masih memasang raut wajah sinis. Ia berhenti dengan jarak tidak terlalu jauh dari serpihan bangunan serta tanah yang hancur lebur.

Beberapa saat berlalu, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari seorang gadis yang dicari-cari diantara reruntuhan itu. Tuan Darby menyunggingkan seringai sembari memutar seluruh tubuh, berniat beranjak pergi menjauh darisana. Selangkah mendaratkan kaki diantara jalan-retak-terkena-ledakan. Tuan Darby berhenti sejenak. Tampilan wajahnya berubah datar, kepalan tangan menguat dan tanpa menunggu waktu lama, dirinya melayangkan pukulan tepat kesamping kanan.

Ssrrgh

Jari-jari tangan pria paruh baya itu terkena tebasan belati dari gadis yang melesat tanpa diketahui oleh lawan. Darah hitam-kental keluar bercucuran dari luka tuan Darby yang dibiarkan terbuka, memaparkan tulang putih dari jari-jari tangan.

Sementara, debu diantara helai rambut hitam-ikal Rusy Amelie masih melekat. Darah segar mengalir dari sudut bibir, beruntung tidak membuatnya tumbang dengan begitu mudah.

"Kau bersembunyi dengan baik, " bisik tuan Darby. Terbang menuju Rusy Amelie yang kini berdiri tegak menunggu serangan selanjutnya.

Keduanya saling bertarung dan menghindar satu antarlain. Tinggi tuan Darby yang melampaui manusia biasa hampir membuat sosok Rusy Amelie kewalahan menyeimbangi gerakan. Sebaliknya tuan Darby hampir setiap saat selalu memukul musuh mengunakan tenaga yang sangat besar, tampak bebatuan hancur menjadi serbuk-kasar- karena tidak sengaja terkena serangan tersebut.

Membuat jarak, Rusy Amelie memasang posisi siaga sambil mengeluarkan anak panah berbentuk cahaya biru safir, menarik tali busur. Memastikan jarak mereka tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, gadis itu menarik napas dalam kemudian melepas anak panah menuju tuan Darby.

Membelah udara lepas, anak panah menembus kegelapan dengan cepat mencari mangsanya. Tuan Darby memicingkan mata, menghindar sebisa mungkin menjauh dari tempat pertarungan. Mengendalikan bongkahan bangunan Istana yang hancur untuk dijadikan perisai pelindung. Untuk sesaat ia bisa menghela napas lega, tapi setelah anak panah menyentuh permukaan bongkahan bangunan. Ketajaman anak panah rupanya mampu menembus serpihan tersebut, mendarat tepat didada tuan Darby.

Gejolak cahaya biru safir memasuki setiap lapisan tubuh tuan Darby. Sosok pria itu mematung menahan rasa panas yang terasa seperti api melahap seluruh tubuhnya sampai tidak tersisa. Kedua bola matanya tidak dapat berkedip meski hanya sekali, dengan mulut setengah terbuka tuan Darby berusaha melepas anak panah mengunakan kekuatan penyihir hitam.

Awan hitam yang tadi menutupi  langit dimana pertarungan sengit terjadi, perlahan memudar diganti dengan bulan bersinar terang. Terjatuh dalam kondisi tubuh kaku, tuan Darby tidak bisa menggerakkan lagi tangannya yang berusaha mencabut anak panah.

Tarikan napas tidak beraturan dari seorang gadis bernama Rusy Amelie, jelas dipendengaran dalam suasana hening. Dirinya menunduk lesu, mendekat kearah tubuh ayah angkatnya yang diduga akan segera menghembuskan napas terakhir.

Sorot mata tuan Darby mendapati mata biru safir yang balas menatap. Keduanya saling terpaku dalam kesunyian, tidak ada sepatah kata yang dapat keluar dari mulut mereka.

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang