56-Ambition

1.4K 171 1
                                    

Pada saat malam hari, lorong yang biasanya dilalui banyak orang termasuk para pelayan wanita maupun pria, menjadi sangat sunyi ketika tengah malam melanda. Semua orang rupanya sudah terlelap dalam tidur nyenyak . Terkecuali seorang gadis yang  melewati setiap jalan kediaman. Ditemani lilin-lilin terpajang disepanjang dinding serta gema langkah kaki mengiring dirinya menuju tempat tujuan. Rusy Amelie mengerjap mata sesekali, membersihkan pandangan yang buram ketika tubuhnya mulai meronta ingin beristirahat.

'Nyonya Winnie memberitahuku bahwa ruangan raja Garvin berada tidak terlalu jauh dari ruanganku, tapi kenapa aku hanya berputar-putar sejak tadi? '  gumam batin gadis itu. Setetes keringat membasahi dahi melalui sehelai rambut-hitam miliknya, jatuh bebas kearah yang tidak terlihat lagi.

Kembali ia melanjutkan perjalanan sampai pada suatu pintu berukiran burung merak memiliki bulu indah berwarna-warni, mirip seperti ciri-ciri yang dikatakan oleh nyonya Winnie saat memberitahunya. Tatapan lekat pada balik pintu sembari helaan napas berhasil lolos dari seorang Rusy yang mulai dilanda perasaan ragu  untuk mengetuk pintu dihadapannya.

Tok tok tok

"Raja Garvin, apa kau didalam? "

Sesaat tidak ada jawaban yang didapat dari arah dalam ruangan. Gadis itu mulai berputus asa, raut wajahnya dipenuhi kerutan kekecewaan mendalam, membalikkan tubuh berniat lekas pergi darisana.

"Aku akan segera tidur, pergilah," ujar seseorang dari arah dalam ruangan, seketika membuat langkah Rusy Amelie  berhenti, lantas kembali memutar tubuh menghadap pintu yang masih tertutup rapat tersebut. Dengan hati berdebar tidak karuan, selangkah mendekati permukaan pintu seperti sedang berusaha mendengarkan dari balik pintu yang terkunci.

"Bukankah kau tidak memerlukan tidur? Kau mengatakannya pada saat kita berada di kerajaan Hy---"

"Pergilah! " bentak sesosok pria dengan suara yang serak dan berat tampak jelas tidak ingin diganggu oleh seorangpun.

Rusy Amelie menunduk lesu. Ia sengaja menyandarkan tubuh pada pintu yang masih tertutup sempurna. Menghela napas panjang dan berat tidak berhenti, sampai dilakukan secara berulang. Kepalan tangan menguat tanpa disadari mengakibatkan kedua telapak tangannya memerah.

"Aku hanya ingin berbicara denganmu, meminta maaf atas keegoisan yang kulakukan. Jika kau berubah pikiran... aku dihalaman kediaman," lirih Rusy Amelie sembari meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan gundah serta sakit secara bersamaan di dalam hatinya.
Semakin menjauh seiring dengan balik punggungnya dilahap habis oleh kegelapan yang seakan-akan menelan utuh gadis itu.

Sinar bulan menembus jendela kaca yang terletak disisi tempat tidur. Raja Garvin terduduk diam, beberapa kali memperhatikan kearah bawah dimana kedua kakinya berpijak pada lantai marmer yang tampak mengkilat karena pantulan cahaya lembut sang rembulan sekaligus memaparkan raut wajahnya yang suram tanpa alasan.









***

"Yang mulia, apa yang harus kita lakukan untuk menolong Arlie! " seru seorang wanita, mengigit jari kuku-kukunya dengan berjalan bolak-balik didepan dua orang pria yang turut memasang raut wajah kegelisahan.

Brghh

Suara benturan dari arah pintu dihadapan mereka semua menjadi-jadi sendari mereka memikirkan cara untuk menerobos paksa masuk kedalam.

"Peter berjagalah disekitar, aku akan berusaha membuka pintu ini."

Anggukan pelan dari pangeran Peter membuat semua orang berubah menjadi sangat serius, keheningan dalam gelapnya malam. Obor yang selalu dinyalakan oleh pelayan istana mendadak padam dalam satu hempasan tangan oleh seseorang yang datang dari arah lain. Tubuh tinggi tegap ditutupi asap dengan dilengkapi jubah hitam, melesat menuju pangeran Peter berada dan...

The Great Kingdom Of Maurin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang