Kegelapan menyelimuti seorang gadis berlari diantara rerumputan dipinggiran pepohonan dijalan istana Maurin.Anak panah mengisi setiap langkah diambil,diantara rumput yang tampak membekas akibat terinjak oleh beberapa orang pengawal dengan senjatanya,siap membunuh lawan.
"Kenapa ini sangat merepotkan,"gumam Rusy.Sesekali memastikan kearah belakang jika sekelompok pengawal itu sudah tertinggal jauh olehnya,tetapi dugaannya sungguh salah para pengawal-pengawal hampir mendekati.
Brghhh..
Tubuh Rusy terbentur dengan pria yang turut terjatuh kearah berlawanan.Sempat saling menatap satu antarlain sampai Rusy lebih dulu menundukkan pandangan karena mata biru safirnya akan menarik perhatian.
"K-kau... nona Smith?"
Terdiam sesaat sebelum mengenali sosok pangeran Arlie dihadapannya.
"Apa yang terjadi kepadamu nona,tubuhmu dipenuhi darah!"
Tidak ada jawaban yang didapatkan dari gadis dihadapan yang mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Pergilah,"ucap pelan pangeran Arlie sebelum beranjak,memutuskan untuk pergi tanpa bertanya lebih jauh lagi.
"Kenapa?"tanya Rusy.Sejak tadi tidak berniat berbincang tapi sekarang ia tepis untuk menanyakan hal yang membuatnya penasaran.
Tarikan napas berat kemudian dihembuskan secara kasar dari pangeran Arlie sebuah perasaan yang tidak dapat dijelaskan,tentunya.
"Kau pasti memiliki alasan untuk melakukan ini.Aku tidak berhak mengetahui semuanya,pergilah aku akan melindungimu selagi aku bisa."
Manik mata biru safir Rusy Amelie semakin menatap tajam kearah punggung pria tersebut.Sedikit keraguan akan ketulusannya,tetapi beralih pada hal yang menurutnya lebih penting yaitu melarikan diri dari jeratan istana mengerikan itu.
Bangunan-bangunan istana sangat kokoh menjulang menembus kehampaan udara diantara ketinggian tidak terkira.Melampau'i desiran angin tertinggi diantara indahnya sinar rembulan gadis bernama Rusy Amelie mulai bisa membebaskan diri.Namun,lagi lagi sebuah harapan sirna ketika seorang pria bertubuh tinggi tegak menghalangi jalan.Bayangannya yang gagah membuat siapa saja tidak berkutik,sorot mata tajam begitu mendominasi dirinya.Raja Garvin menatap gadis itu dengan arti tatapan sedikit kebencian dan rasa kesal menjadi satu.
"Akhirnya aku menemukanmu,Rusy Amelie. "ucapnya pelan tapi masih bisa terdengar diantara celah jarak keduanya.
"Disana! "teriakan para pengawal istana.Mereka secara serentak meluncurkan beberapa buah anak panah tepat kearah Rusy dan raja Garvin berada.
Beruntung hujan anak panah berhasil ditepis dengan kerjasama yang bagus tanpa disadari.
Srrrghhhh...
Salah satu tu anak panah tertinggal berhasil menembus punggung sosok Rusy yang berdiri membelakangi para pengawal tadi berada.
"A-apa yang kalian lakukan! Kalian ingin membunuhku? "seru raja Garvin sembari memegangi dadanya yang dapat dipastikan begitu perih bercampur sakit tertusuk panah.Rasa sakit itu baru pertama kali ia rasakan setelah melakukan peperangan beberapa tahun lalu.
"Apa maksudmu? Akulah yang terkena panah mengapa... "
Belum sempat selesai ucapannya terpotong,gadis itu sudah terjatuh menimpa tanah dengan darah segar keluar disudut bibirnya.Sedangkan raja Garvin berjalan tertatih-tatih,menghampiri gadis tadi sekuat tenaga menahan rasa sakit.Bangkit berdiri dengan menempatkan Rusy Amelie kedalam dekapannya.
***
Didalam istana tepatnya terletak disayap kanan sosok raja Espen berjalan bolak-balik tanpa henti.Suara langkahnya menggema diantara ruangan besar tersebut.Menunggu hasil yang sangat ia takutkan jika saja orang misterius tadi membocorkan rahasianya kepada
pejabat-pejabat penting kerajaan sekaligus sosok yang ditakutinya,raja Garvin Maanlicht."Ayah,"Panggil pangeran Arlie saat membuka pintu mendapati ayahnya yang sedang memasang raut wajah kekhawatirannya.
"Arlie,kita harus membunuh orang itu!"
"Tenanglah ayah,semuanya baik-baik saja."ucap pangeran Arlie berniat menenangkan pikiran kacau dari ayahnya.Salah satu tangan mengusap lembut pundak pria separuh baya itu dengan sebuah senyuman hangat tergambar.
"Apa kau yakin? " tanya raja Espen.Saat ini binar matanya menatap langsung kearah mata terdalam sang anak.Sebuah harapan besar terdapat disana.
Hanya anggukan kecil yang dapat pangeran Arlie lakukan.Walaupun dirinya tidak yakin apakah raja Espen akan mempercayainya.Namun keraguan pangeran Arlie rupanya tidak benar.Sang raja begitu mempercayai anaknya sampai mengukir senyuman tipis dan membuatnya memutuskan untuk menarik kembali perintah kepada para pengawal tadi untuk berhenti melakukan pengejaran.
***
Mengerjap mata sesekali. Samar-samar untaian daun memenuhi seisi indera penglihatan.Semilir angin berhembus menerpa tubuh lunglai,tarikan napas berat dengan setitik cahaya berhasil memaksa kedua matanya menyipit karna terlalu terang menembus secara langsung.Kedua tangan meraba-raba kepala yang begitu sakit,kehangatan dari tempat ia berbaring menjadi satu-satunya hal ternyaman untuknya sekarang.
"Apa kau sudah bangun?"
Suara tersebut sontak membuat Rusy Amelie bangkit berdiri tanpa disadari ia telah memaksakan tubuhnya yang lemah untuk tetap bertahan.
"Raja Garvin? Kau... apa yang telah kau lakukan kepadaku!"
Gadis itu mengigit kuat giginya,menahan pikiran liar yang telah singgah memenuhi otak.
"Aku bahkan tidak tertarik pada tubuhmu,"ucap dingin raja Garvin,memutar bola mata malasnya lalu mengambil posisi duduk bersandar pada sebatang pohon besar dibelakang istana,taman tersembunyi.
"Tempat ini... " Rusy tidak melanjutkan perkataannya ketika mendapati pohon besar pertama kali ia temui memasuki istana beberapa waktu dulu.
"Entahlah,aku merasa ada sesuatu yang membuatku membawamu kesini,"tambah raja Garvin memperhatikan langit-langit dipenuhi daun hijau menyejukkan mata memandang.Tetesan air dari sebagian helai daun sesekali jatuh ketanah menjadi butiran bening yang berkilauan.
Sepintas manik mata Rusy menatap kearah sosok pria yang baru saja menutup kedua kelopak matanya. Ia tidak berniat bahkan sedikitpun untuk tinggal disana lebih lama,kejadian dikediaman Swart membuatnya memendam kebencian tidak terlupakan.
"Kemana kau pergi,"Raja Garvin rupanya menyadari bahwa gadis itu tengah bersiap pergi darisana tanpa memberitahu.
"Itu bukan urusanmu, "balas Rusy tanpa berbasa-basi lagi mengembalikan jubah dipakainya kepada raja Garvin yang ternyata memang miliki pria tersebut,digunakan saat ia tertidur.
"Kau harus mengembalikan darahku,"bisik raja Garvin.Berada dihadapan sosok gadis bernama Rusy itu dengan waktu singkat,sangat singkat mungkin sampai tidak terbayangkan.Sekejap mata.Hampir membuat lututnya lemas dan jatuh ketanah karna keterkejutan.Jarak antar keduanya sangat tipis,sehingga hembusan napas kasar dari raja Garvin dapat dirasakan dengan jelas oleh Rusy Amelie dan mengakibatkan detak jantungnya memompa tidak beraturan lagi.
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasiaTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...