Malam hari? Apa mereka yang membunuh puteri Daisy, menyiapkan jebakan' geram Rusy. Manik mata biru safirnya menjadi semakin terang dan menyala seiring waktu. Kekuatan itu! Tidak bisa ia kendalikan semakin lama.
Cahaya biru terang memenuhi seluruh tubuh mengakibatkan ledakan kecil berakhir Rusy terlempar ketanah-lembab.
"Berhati-hati lah, puteri. "
Ranting-ranting, tangan dari pohon berbicara tadi mengangkat tubuh gadis itu kembali ke dahan miliknya, semakin tinggi sampai melampau'i bagian puncak dari pohon tersebut. Pemandangan menabjubkan dengan tampilan pohon berdempetan dengan warna yang sama tepat ditengah hutan sebuah air terjun berderu setiap tetesannya jatuh bebas menuju titik terakhir pendaratan, mengalir cepat menuju sungai yang berpenghuni ikan-ikan kecil serta bebatuan didasarnya.
"Tuan puteri Maurin?" tanya seseorang dari arah bawah. Mendongakan wajahnya ketika mendapati Rusy Amelie yang tampak sedang menikmati pemandangan luar biasa tersebut. Namun kini sosok gadis itu mengalihkan pandangannya menuju seorang wanita memakai jubah penutup,menenteng sebuah keranjang terbuat dari rotan kering berbalut daun dan dipenuhi oleh beberapa bunga bawar putih-segar didalam.
Rusy Amelie sontak memerintahkan kepada pohon besar tadi untuk segera menurunkannya agar bisa menghampiri seorang wanita yang entah bagaimana bisa mengetahui identitas aslinya sebagai keturunan kerajaan Maurin.
Kedua telapak kaki Rusy kini sudah menginjak tanah kembali. Berdiri tepat dihadapan seorang wanita dengan penampilan tidak terlalu mencolok dapat diketahui bahwa ia bukan salah satu nyonya bangsawan yang menjengkelkan. Pakaian yang berwarna putih polos sedikit kusam itu menandakan dirinya hanya seorang pengemis tua dijalanan kota,tetapi mengingat lagi dimana wanita itu bisa mengetahui seorang tuan puteri yang sudah menyembunyikan diri selama ini, pastilah bukan orang biasa. Mungkin ada sesuatu tersembunyi darinya terkubur dibagian sulit dipahami sampai tidak bisa dilihat dari penampilan saja.
"Siapa kau? "tanya Rusy mempertajam pandangan kearah depan tanpa berkutik, karena takut orang didepannya pelaku pembunuhan puteri Daisy dan bisa dipastikan dirinya adalah korban selanjutnya karena berniat mengungkapkan kebenaran.
Seorang wanita yang diberikan sebuah pertanyaan tidak berniat menjawab. Ia hanya melangkah mendekat kearah lawan bicara sembari membuka tudung kepala. Senyuman simpul tergambar, seorang wanita paruh baya tetapi sebagian rambut depannya sudah berubah menjadi putih dan kerutan disekitar mata.
"Salam Yang mulia, " ucap wanita itu menunduk hormat menyapa Rusy yang berdiri selangkah darinya berada.
"Saya penyihir putih," jelas wanita itu lagi. Kali ini telapak tangan kanannya mengeluarkan sebuah kristal bening.
"Penyihir putih?" ucap Rusy penuh keheranan, karena beberapa waktu lalu dirinya pernah diserang oleh sekelompok penyihir hitam dengan kekuatan mengerikan mereka. Bangsa penyihir dikelompokkan menjadi dua penganut hitam dan putih, garis keturunan mereka tetaplah sama tapi hanya dibedakan oleh perilaku mereka saja seperti hitam identik dengan kejahatan dan putih berarti bersih-kebaikan-hati.
"Penyihir putih yang bersumpah mati akan selalu setia pada, ratu Leyna. Yang mulia."
"Ibuku? " tanya sosok gadis tersebut. Karena selama ini tidak pernah tahu bahwa ibunya mempunyai pengikut dari kalangan penyihir putih yang terkenal akan kehebatan ramalannya, tapi tidak dengan kekuatan yang sering kali dianggap tidak akan pernah bisa menyaingi golongan penyihir hitam.
"Kemana ibuku?."
Pertanyaan yang langsung membuat mulut penyihir putih bungkam seketika, menunduk penuh dengan rasa bersalah sampai berlutut dihadapan gadis yang taklain dari Rusy Amelie. "M-maafkan saya Yang mulia, Maafkan saya...saya gagal melindungi ratu, " ucapnya diiringi dengan isak tangis.
"Berdirilah semua sudah terjadi tidak ada yang bisa mengubahnya," ucap Rusy merendahkan tubuhnya sambil memegang bahu penyihir putih tersebut. Kata penenang yang hanya bisa dilakukan sekarang meskipun hatinya turut merasakan kesedihan.
"Lalu bagaiamana kau bisa mengetahui aku puteri Maurin?."
"Ramalan Yang mulia, bola kristal akan menampilkan apa yang akan terjadi."
"Yang mulia, apa anda membawa sesuatu milik seorang penyihir hitam? Aura gelap dari tubuh anda sangat nyata sampai membuat penyihir putih seperti saya merasakan tekanannya. "
"Sesuatu... Kurasa tidak, "
"Tidak mungkin Yang mulia, anda pasti membawanya. Bola kristal tidak pernah salah. "
"Jadi, maksudmu aku yang salah?" tanya Rusy dengan nada sinis. Membuat penyihir putih itu bersujud dihadapannya seranya mengucapkan permohonan ampunan karena telah menentang tuannya. "M-maafkan saya Yang mulia, saya tidak bermaksud menyudutkan anda tapi... "
"Tapi? "
"Bisakah saya mengambilnya dari anda, saya tidak akan mencelakakan anda Yang mulia. Tidak mungkin, tidak akan berani! " terang wanita penyihir putih tersebut.
"Baiklah," ucap Rusy memberikan izin penyihir putih mengambil sesuatu yang diduga milik seorang penyihir hitam.
"Liontin ini Yang mulia, semakin hitam permatanya maka semakin tinggi tingkat penyihir tersebut. Jika dilihat lagi ini memungkinkan adalah seorang tetua," jelas wanita penyihir putih itu sembari meletakkan secara hati-hati ditelapak tangannya.
'Liontin ini milik tuan Darby yang aku dapatkan secara tidak sengaja? Apa maksudnya apa dia mencoba menjebakku' batin gadis itu dipenuhi keraguan.
"Kembalikan, aku akan menanyakannya sendiri nanti. "
"Tuan Darby, apa yang sebenarnya kau sembunyikan."
Bola kristal yang tergeletak ditelapak tangan sebelah kiri wanita penyihir memunculkan warna putih terang dimana terdapat sekelompok bayangan hitam dengan kecepatan tinggi terbang secara berlomba-lomba. Raut wajah wanita penyihir seketika berubah menjadi kepanikan menggebu dan khawatir sampai-sampai kedua tangannya gemetar hebat.
"Y-yang mulia, sekelompok penyihir hitam sedang dalam perjalanan menuju kesini. Mereka memburu anda! " jelasnya dengan kening berkerut dalam, memperlihatkan garis-garis kerutan kulit-tua miliknya.
'Penyihir hitam! ' gumam batin Rusy. Tanpa berpikir panjang dirinya melangkah kaki kearah lain mencari tempat tersembunyi. Penyihir yang dulu pernah mencoba membunuhnya kini kembali!
Belum terlalu jauh gadis tersebut berlari segerombolan bayangan hitam berasap tebal memenuhi seluruh pepohonan disana sehingga menenggelamkan semua hal yang ada tanpa pengecualian. Tidak ada suara hewan yang bisa didengarkan sebagai tanda jalan pintas menuju arah lain serta tidak ada pula angin yang berhembus untuk menyapu semua asap menghalangi pandangan.Sunyi dan senyap menjadi satu-satunya teman dikala Rusy Amelie menatap tajam kesekeliling.
Peristiwa yang dulu terjadi mengingat kan kepada seorang penyihir yang kepalanya terpisah dari tubuh terekam sempurna oleh memori kepala, dan pada saat ini tengah berdiri selangkah dibelakang gadis itu berdiri.
"Nona, kita bertemu lagi,"bisiknya pelan didekat telinga hembusan napas berat menyisakan rasa panas sekaligus membuat merinding setiap orang yang pernah mengalaminya, termasuk Rusy Amelie tampak mematung.
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kingdom Of Maurin
FantasyTanah Maurin yang subur, hijau dan terkenal akan kedamaiannya. Siapa sangka menyimpan banyak kedengkian,keserakahan,bahkan pengkhianatan didalam. Raja yang terkenal agung terbunuh akibat jebakan para petinggi sendiri disebuah peperangan. Bahkan, tep...