Chapter 37:
Pertanda baik atau buruk?
ㅤ
ㅤ
ㅤ💞
ㅤ
ㅤ
ㅤ
Senin pagi, upacara baru selesai dilaksanakan, jam pertama akan segera dimulai.Tapi banyak juga murid yang mampir ke kantin untuk beli minum karena kehausan selama upacara tadi, ada juga yang mampir ke perpustakaan untuk numpang ngadem saja.
Hari ini Fina tidak masuk, Ayaka mengirimkan banyak pesan untuk meledeknya karena mendadak sakit gara-gara kejadian waktu itu, meledek kalau Fina lagi mode ambyar.
Jadi setelah Fina ketahuan naksir Arman, si Arman mengatakan akan memikirkannya dulu padahal Fina belum juga menyatakan perasaannya seperti Risma. Bisa disimpulkan, Fina ada kesempatan. Hal itu membuat Ayaka seharian kemarin dan sekarang tertawa jika mengingatnya.
"Ternyata si Fina yang ditaksir Arman. Bener kata Rael dong ya."
Pesan-pesan yang dikirimnya untuk Fina hanya dibaca saja, pasti sedang malu sekaligus kesal si Fina. Tak lama kemudian, guru datang, pelajaran dimulai dan sekarang malah disuruh berkelompok. Ayaka gabung kelompok Supra dan Laras, menambahkan Fina juga meski tidak masuk. Si Laras ini kembarannya Lilis, bedanya Laras kadang pakai kacamata dan rambutnya lebih pendek.
Ayaka pun jadi ingat kejadian waktu malam Minggu saat di rumah Rael, pas mereka cuma berduaan di gazebo kayu Rael hanya diam di pelukannya, minta dipuk-puk, katanya lelah. Jadi, sampai pagi mereka tidak sadar ketiduran di situ, bangun-bangun sudah bersin-bersin dan ingus meler semua.
Samila juga menginap tapi tidur di dalam, soal pertanyaan Ayaka malam itu hanya bisa Rael yang menjawab. Cowok itu bicara begini sambil mengantarkan Ayaka pulang di siang harinya.
Mungkin entah itu kapan waktu bakal jahat ke kita. Tapi, Ay. Selama kita masih ada buat satu sama lain, aku gak akan pergi kemana-mana, kok. Aku gak akan ninggalin kamu sebelum waktu itu tiba. Kalau kamu udah baca diary dan tulisanku, pasti kamu paham kan?
Ayaka menghela nafas, sebenarnya dia lupa dengan isi diary tersebut karena Ayaka mulai jarang menulis di diary-nya, dia malah nulis di buku tulis lalu akan disobek dan ditempel ke diary. Jadi, setelah ucapan Rael itu Ayaka membuka dan baca ulang diary-nya, lalu ... semangat Ayaka berkurang setelahnya.
"Fina sakit apa, Ay?" Supra bertanya ditengah-tengah tugas kelompoknya. Membuat lamunan Ayaka buyar.
"Gak tau, cacar mungkin atau bisul? Sering tuh anak kena bisul."
"Gue juga sering kena bisul kalau habis makan telor." Laras ikut serta dalam obrolan. "Sakit banget tau apalagi kalau di pantat."
Padahal Ayaka tadi hanya menjawab secara asal, tapi ditanggapi begitu serius oleh temannya. Luar biasa.
"Telinga lo gimana, Tor? Udah sembuh?" tanya Ayaka pada Supra. Biasa, dipanggil 'Motor'.
"Mendingan doang sih, bisa-bisanya gue kemasukan air. Untung gak kemasukan cacing."
"Eh, gue pernah juga lho kemasukan cacing di telinga pas tidur. Untung sadar jadi langsung periksa."
"Lo kayaknya sangat berpengalaman ya, Ras."
"Eh? Masa sih?" Laras membenarkan kacamatanya, senyum malu-malu. Padahal Ayaka tidak sedang memuji.
"Oh iya, kalian kenal Kak Samila kelas 12-1 gak?" Supra mendadak seperti ingin memulai gosip. "Dia pindahan dari jauh katanya, anaknya juga cantik kalem gitu. Deket juga sama pacar lo ya, Ay."
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETHEART || A Sweet Couple ✓
Teen Fiction[ COMPLETED ] "Rael, aku mau martabak telor." "Udah jam sebelas malem, Ay. Toko udah pada tutup, anjir. Tidur sana. Makan mulu nanti gendut." "Ngambek, nih!" "Bocah bener, sih. Ya udah serah!" Pip! "Ih, Rael! Kok teleponnya malah dimatiin sih, ngamb...