Chapter 36:
Ada apa dengan Arman dan Fina?
ㅤ
ㅤ
ㅤ💞
ㅤ
ㅤ
ㅤ
Di jam sepuluh pagi ini, Rael, Ayaka, Fina juga Gilan duduk satu meja di depan minimarket. Mereka makan pop mie untuk air hangatnya mereka minta pada Fina yang membawa termos kecil, mereka juga minum es boba yang sudah datang beberapa menit lalu di depan minimarket."Jadi Fin, lo kenapa mukanya gitu?" Ayaka bertanya. Wajahnya sudah berekspresi seperti reporter yang haus berita. "Lo juga denger Risma nembak Arman?"
"Denger. Gue gak kenapa-kenapa, kok."
"Kok kalian bisa ada di sini? Bukannya lagi jalan-jalan?" Rael menatap penuh selidik ke arah Gilan.
"Udah jalan-jalan, tadi Fina juga mampir ke rumah gue. Pas gue mau nganter dia pulang sekalian mampir sebentar ke sini mau beli jajan, eh denger momen krusial bagi Arman. Malah ketemu kalian sekarang." Penjelasan Gilan untung mudah dimengerti oleh otak Rael pagi ini.
Kelihatannya Fina juga sudah lebih baik saat berada di samping Gilan, cewek itu tidak jadi patung hidup atau Puteri Solo lagi, dia menjadi Fina yang biasanya. Ada faedahnya juga Fina jalan-jalan bareng Gilan sejak tadi pagi, mereka kelihatan lebih santai satu sama lain.
"Ngaku deh, Fin. Lo naksir Arman kan?" tuding Rael, lalu menyeruput kuah pop mie miliknya.
"Gak usah malu juga, lagian Arman gak akan denger, dia lagi ngurusin pembeli yang mulai ramai juga." Ayaka ikut memojokkan, dia sudah penasaran setengah mampus.
"Kelihatannya Arman cowok baik meski gue lebih sering lihat muka lempengnya." Gilan juga berkomentar. "Tapi kalau dia ngomong kayaknya langsung dari hati gitu, gak ada kebohongan."
"Emang iya, firasatnya juga sering bener. Makanya kadang gue gak suka kalau dia udah mode serius dan berpikir dalam, bisa-bisa keluar firasat baru. Hati-hati kalau mau curhat sama tuh orang," kata Rael menggebu-gebu.
Fina sendiri malah terdiam. Dia tadi sangat terkejut pas dengar pengakuan Risma untuk Arman, sesaat Fina merasa ada yang menyentil hatinya pas Arman cuma diam saja, tapi setelah Arman menolak mendadak Fina merasa sangat lega, entah apa maksudnya.
"Masa iya gue suka Arman? Pasti gara-gara lo, Rael. Lo waktu itu ledekin gue sama Arman terus kan!"
"Gue kan cuma ledek doang, yang ngerasain kan lo sama Arman, jadi kalau mendadak kalian saling suka ya emang dasarnya udah ada perasaan cuma ledekan gue yang menyadarkan kalian, begitu."
"Tapi sebelumnya gue biasa aja tuh sama Arman."
"Berarti lo nganggap serius ledekan gue begitu? Itu masalahnya berarti di lo, hati lo gampang baperan."
"Tanggung jawab lo! Gue mau biasa aja ke Arman pokoknya kayak dulu."
Ayaka menengahi keduanya yang hampir saling jambak. "Bentar deh, Fin. Setelah gue inget-inget nih, dulu pas kita awal kenal gue sering mergokin lo lirik Arman diam-diam, pas itu Kak Gilan kayaknya gak pernah kelihatan. Berarti pas kita di kelas sepuluh semester dua."
"A-Apaan, gue gak ngerasa begitu kok. Gue gak pernah ... atau pernah ya?" Fina jadi berpikir, mencoba ingat-ingat.
Tapi malah mendadak perkataan Ayaka tadi beneran kejadian. Fina ingat kalau dirinya memang sempat tertarik pada Arman gara-gara di semester dua.
Pas itu kelas 10-4 menjadi petugas upacara dan Arman jadi pemimpin, berdiri begitu tegap dan gagah di tengah lapangan.
"Tapi cuma waktu itu doang kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETHEART || A Sweet Couple ✓
Novela Juvenil[ COMPLETED ] "Rael, aku mau martabak telor." "Udah jam sebelas malem, Ay. Toko udah pada tutup, anjir. Tidur sana. Makan mulu nanti gendut." "Ngambek, nih!" "Bocah bener, sih. Ya udah serah!" Pip! "Ih, Rael! Kok teleponnya malah dimatiin sih, ngamb...