Chapter 43:
Sisi lain dari Fina yang gak Ayaka suka
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ💞
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤSetelah makan malam, Ayaka dan Fina duduk di tepi kolam renang. Orang tua Ayaka baru saja pergi, kalau Ervin lagi menonton televisi, bukan acara yang ada di dalam tv tapi benar-benar hanya menonton televisi yang mati.
"Kakak lo gak kesambet kan, Ay? Ngeri gue lihatnya."
"Biarin aja, udah biasa. Nanti setelah lima menit baru dia nyalain tv-nya. Abaikan aja."
"Gue jadi tv-nya sih salting dipelototi gitu, eh, gak jadi salting mending gue kabur sih. Serem."
"Tv mana bisa kabur sih, Fin."
"Bisa, kalau dibawa pencuri."
"Wihhh, tumben pinter. Makin banyak momen sama Arman kelihatannya lo jadi mirip kayak dia."
Tawa Fina terdengar hambar. "Masa sih?"
Ayaka yang sadar ada yang aneh jadi memperhatikan temannya itu, Fina lagi menatap kakinya sendiri yang dia masukkan ke dalam kolam. Udara di malam ini juga tidak begitu dingin, langit juga kelihatan cerah karena banyak bintang tapi tidak ada bulan, sepertinya ketutupan awan.
"Lo belum cerita deh setelah insiden waktu itu di minimarket, terakhir kali lo cerita katanya Arman mau mikirin lagi. Udah dikasih jawaban?"
"Gue bego ya, Ay?"
"Baru sadar?"
Fina hanya tersenyum kecut, dia tidak balas meledek Ayaka seperti biasanya. Aneh, ini sih bukan Ervin yang kesambet tapi si Fina. Ayaka sudah ancang-ancang mau memukul kepala temannya itu, siapa tahu nanti sadar.
"Setelah diperhatikan emang sejelas itu tapi gue gak sadar. Kok gue bisa gak tau dari dulu, kalau gini kan udah sakit." Fina bicara sendiri, mukanya kelihatan sedih. "Arman gak suka sama gue, dia udah nolak gue. Waktu dia minta buat pikirin lagi itu dia mau memastikan aja beneran gue yang dia suka atau bukan, tapi ternyata bukan."
"Lho kok bisa? Arman masih suka si Salpi?"
Fina hanya mengangkat bahu. "Entahlah, Ay. Tuh cowok terlalu susah buat ditebak."
Ayaka jadi ikutan sedih, dia memeluk Fina dan mengusap punggung temannya, memberikan puk-puk juga, tapi malah membuat Fina menangis. Ayaka yang awalnya kaget jadi diam saja, membiarkan Fina kali ini memperlihatkan air matanya. Fina jarang sekali menangis atau terang-terangan memberi tahukan perasaannya, jadi kalau sudah seperti ini artinya Fina sangat sedih dan tidak kuat lagi.
"Lo mau gue marahin si Arman gak? Dia udah kasih lo harapan palsu, kalau mau gue bisa kasih tonjokan gratis buat dia, atau lo mau gue botakin rambutnya Arman biar gak jadi cogan lagi? Bilang aja, gue yang bakal balas dendam buat lo."
Tawa Fina hadir lagi, dia menghapus air matanya. "Gak usah, Ay. Kalau botak nanti disangka tuyul bongsor, terus jadi saingannya Pak Botak gimana? Terus nanti dia ganti bapak, bukan anaknya Pak Kepsek lagi tapi malah jadi anaknya Pak Botak."
"Gue tau lo ngeledek Arman tapi lo terlalu baik, Fin. Gak cocok lah begini. Senyum lagi, dong. Suka ke Kak Gilan aja, dia gak kalah cakep dari artis-artis di tv."
"Gak mau lah, dia kan suka sama lo."
Ah, iya. Ayaka lupa. Dia sudah menceritakan pada Fina soal Gilan yang memberitahukan perasannya saat itu, tapi nampaknya Fina juga memang benar-benar tidak ada rasa serius pada Gilan, hanya kagum saja. Fina malah jatuh hati ke Arman yang sekarang malah membuatnya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETHEART || A Sweet Couple ✓
Novela Juvenil[ COMPLETED ] "Rael, aku mau martabak telor." "Udah jam sebelas malem, Ay. Toko udah pada tutup, anjir. Tidur sana. Makan mulu nanti gendut." "Ngambek, nih!" "Bocah bener, sih. Ya udah serah!" Pip! "Ih, Rael! Kok teleponnya malah dimatiin sih, ngamb...