Sudah siap untuk mengakhirinya?
ㅤ
ㅤ
ㅤ💞
Masih tersimpan setiap kenangan
Semua cinta yang kau beri, kau takkan terganti
- Sisa Rasa -♡
ㅤ
ㅤ
ㅤ"Halo, Ay? Ayaka, halo? Woy!" Suara di seberang sana semakin keras terdengar. "Si anjir! Gue dicuekin dari tadi, parah lo, Ayaka! BERHENTI NGELAMUN LAGI!"
Barulah saat teriakan itu mengganggu telinganya, Ayaka mengerjap beberapa kali lalu menghela nafas. Rupanya ia melamun lagi, kebiasaan emang.
"Kayaknya lo gak bosen ya dapet wejangan dari gue, hem?"
Ayaka terkekeh, gadis berpiyama gambar kucing itu masih duduk di kursi belajarnya, kedua jemarinya juga masih mengapit pulpen. Ayaka masih mengerjakan tugas.
"Bisa gak sih lo jangan ngelamun tentang itu lagi? Apa yang lo lamunin itu udah masa lalu, Ay. Itu bertahun-tahun yang lalu, lo harus move on, kita udah kuliah, ingat itu!"
Dan wejangan seperti biasa kembali terdengar setelah ia ketahuan melamun, Ayaka memang suka sekali melamunkan saat masa remaja dulu, saat SMA. Terlalu indah untuk dilupa menurut Ayaka, terlebih kehadiran cowok itu. Cowok yang selalu membuat tawa Ayaka selalu hadir.
"Biarin Rael di sana, dia udah tenang, Ay. Lo gak boleh stuck gitu, semua cerita lo sebelumnya udah kelar, berakhir, gak akan sama lagi. Sama seperti Rael, dia udah pergi. Ikhlasin, okay?"
Tapi setiap kali membahas ini, tangis Ayaka juga selalu hadir. Ia rindu, sangat rindu dengan Rael. Ia ingin kembali dibawa ke masa SMA, itu sebabnya Ayaka selalu melamun dengan harapan ia bisa merasakan, mengingat dan terus bisa bersama seorang Rael, pacar menyebalkan yang selalu percaya diri namun sangat ia sayangi.
Seperti bagian cerita sebelum ini, semua itu hanyalah lamunan Ayaka yang ingin dibawa kembali lagi ke sana, saat masih bersama Rael, saat mereka masih berpacaran.
"Semua itu masa lalu, Ay. Udah, jangan nangis. Gue beliin martabak telor mau?"
Justru Ayaka semakin terisak, ponselnya sampai terjatuh ke atas buku yang sudah basah, Ayaka mengerang pelan sambil meremat dadanya yang sakit, sesak dan penuh akan rindu.
"Rael ...."
Dan perkataan tak asing itu, yang menyebutkan satu nama selalu hadir di setiap malam saat dia kesepian, Ayaka kesepian dan ia ingin Rael.
"Ay, keluar kamar coba."
Pip!
Tapi Ayaka tak menjawab, bahkan saat panggilan berakhir Ayaka masih terisak. Gadis itu belum siap untuk menjadi dewasa, kuliah. Ayaka ingin kembali saat remaja, SMA.
Beberapa menit, dirinya termenung dengan tatapan mata yang kosong, membiarkan air matanya tumpah ruah tanpa mau dia tahan. Ayaka membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan yang sudah-sudah.
Lalu, 17 menit kemudian.
"AYAKA! INI ADA ARMAN BAWAIN MARTABAK TELOR KESUKAAN KAMU! MAU TURUN, GAK?"
Dejavu.
Dulu Ayaka akan suka ketika mendengar teriakan sang mama yang bisa saja membangunkan tetangga sampai luar komplek, tapi kali ini berbeda, lebih sesak saat nama yang ingin ia dengar tak lagi disebutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETHEART || A Sweet Couple ✓
Teen Fiction[ COMPLETED ] "Rael, aku mau martabak telor." "Udah jam sebelas malem, Ay. Toko udah pada tutup, anjir. Tidur sana. Makan mulu nanti gendut." "Ngambek, nih!" "Bocah bener, sih. Ya udah serah!" Pip! "Ih, Rael! Kok teleponnya malah dimatiin sih, ngamb...