5️⃣1️⃣

120 6 2
                                    

Chapter 51:
Mulai akan jadi kenangan



💞

Untuk sejenak, Ayaka merasa bingung, kepalanya juga pusing. Dirinya masih duduk di bawah pohon, membaca diary dengan tulisan terbaru dari Rael.

Setiap kata ditulis dengan kejujuran dan kebenaran, Ayaka bisa merasakan tak ada kebohongan sedikitpun di sana. Tapi yang membuat Ayaka membatu, karena ada satu fakta yang baru dirinya tahu. Fakta yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang dengan perasaan gelisah.

"Ini ... beneran? Rael, gak mungkin kan?" Tapi meski hanya bertanya pada angin pun Ayaka tahu kalau apa yang baru dibacanya itu sebuah kebenaran yang tak dia duga. Lagi, perasaannya jadi rumit. "Gue takut gak bisa terbiasa setelah ini. Ditambah ... rahasia yang baru gue tau ini, Rael ... gak bisa balik lagi aja ya?"

Selama membaca diary tersebut, Ayaka nyaris bosan dengan kata-kata 'masa depan' yang hampir puluhan kali Rael sebutkan. Alasan kenapa Rael melepasnya yaitu untuk masa depannya.

"Gue harap masa depan yang lo perjuangkan itu indah, Rael. Jadi tolong, terus sehat."

Kini Ayaka sudah cukup merenung, dia ingin pergi dari tempat yang penuh kenangan ini. Tempat sederhana yang memulai semuanya sekaligus mengakhiri segalanya.

💞

Tubuh itu berjalan dengan gontai, air matanya sudah kering, dadanya sudah sesak sampai kepalanya terasa sakit. Ayaka baru menempuh beberapa puluh meter jalan kaki dari sekolahnya, dia seperti orang linglung.

"Eh, Neng yang waktu itu nangis kan?"

Saat melewati tukang becak yang sedang istirahat, Ayaka sempat menoleh sejenak, dada Ayaka sakit lagi melihat tukang bentor itu, kenangannya bersama Rael meluap lagi.

"Kok sendirian, Neng? Pacarnya yang waktu itu mana?" tanya tukang becak yang belum tau keadaan.

Kaki Ayaka juga sudah lelah, setelah memantapkan hati dia langsung duduk saja di atas bentor, meraup wajahnya sendiri yang lecek lalu menatap kembali tukang becak yang kebingungan.

"Bang anterin Ayaka pulang ya? Tempatnya sama kayak waktu itu, cuma nanti berhenti di minimarket yang ada di blok B."

"Oh, perumahan yang waktu itu? Oke, Neng."

Bentor itu pun melaju dengan kecepatan sedang, Ayaka masih diam saja sambil memperhatikan kendaraan lain yang lewat, atau melihat orang-orang di pinggir jalan.

"Anu ... Neng Ayaka sendirian?"

"Iya."

Meski ragu tapi tukang becak itu penasaran, jadi dia bertanya lagi. "Pacarnya yang waktu itu mana?"

"Udah pergi."

Jawaban Ayaka ambigu sampai tukang becak itu menebak-nebak jadinya, entah 'pergi' seperti apa yang dimaksud Ayaka. Tapi melihat keadaan Ayaka yang sedikit kacau apalagi wajahnya, suaranya pun parau, membuat tukang becak itu tak menanyakan soal Rael lagi.

"Neng Ayaka gak liburan? Anak saya aja yang masih SMP ribut terus pengen liburan, tapi saya juga bingung ya, Neng. Mau liburan kemana enaknya."

"Ayaka liburan cuma kayak gini aja sih, Bang. Kalau buat anak SMP mungkin ke tempat yang bisa buat main-main, Bang. Seru tuh."

"Wah, makasih sarannya, Neng. Nanti saya cari tempat deh biar anak saya senang."

"Bang bentor gak liburan? Kok masih kerja dan tetep istirahat di deket sekolah? Pasti Bang bentor tau kan kalau anak-anak di sekolah lagi liburan?"

SWEETHEART || A Sweet Couple ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang