END

957 43 3
                                    

Happy Reading 📝
------------------------------

Tahun demi tahun berlalu..........

Sekarang anak dari Adnan dan Kesya telah tumbuh dewasa. Hari ini merupakan hari kelulusan Zidane dan Zanara. Adnan dan Kesya menghadiri acara kelulusan itu. Mereka berdua bangga mempunyai anak seperti Zidane dan Zanara.

"Acha!!"

"Aaaaaaaa Nara!! Sumpah, lo cantik banget hari ini" Acha melihat Zanara dengan terkagum-kagum.

"MasyaAllah, Cha. Tapi beneran? Cantik banget ya?"

Acha tersenyum kikuk kemudian ia mengangguk. "Beneran dah. Gak bohong gue"

Acha melihat lihat sekitar. "Eh, Ra"

"Hmm?" Dehem Zanara yang juga melihat arah tuju mata Acha.

Acha tersenyum. "Zidane mana? Kok gue gak liat dia dari tadi, hehe"

Zanara memutar bola mata malas. "Zidane teross. Gak tau aku, tadi dia pamit mau nyamperin temennya"

Wajah Acha tiba-tiba berubah menjadi tidak semangat. Zanara yang melihatnya tertawa. Ia menyenggol tangan Acha.

"Gitu aja udah cemberut, apalagi kalo ditinggalin beneran"

"Apaan sih lo?! Emang nya Zidane mau ngelanjutin pendidikan kemana?" Tanya Acha.

"Kamu nanti juga tau. Kalo emang mau tau nya sekarang, samperin aja tuh bocah." Tunjuk Zanara kearah Zidane yang asik ngobrol sama temen cowoknya.

"Gak deh. Rada ngeri gue kalo dekat sama Zidane. Apalagi mukanya kayak tembok"

Zanara tertawa mendengar penuturan Acha. "Tapi suka" Lanjut Zanara.

"Tau aja lo!"

"Udah, yuk ikut aku kesitu"

"Yuk!!" Jawab Acha semangat.

Mereka segera menghampiri Zidane dan teman-temannya.

*****

"Bang" Panggil Zanara.

"Kenapa, hm?" Memang, kalau Zidane ke Zanara ia akan berubah menjadi lembut. Kalau dengan orang lain, ia akan berubah menjadi dingin.

"Kata temen aku, dia mau tahu abang mau lanjut sekolah dimana?" Zidane menatap datar Acha yang menunduk dengan mata yang melotot kaget. Dengan reflek nya dia mencubit lengan Zanara.

"Aww!! Sakit Cha" Karena pekikan Zanara, Zidane menatap nya tajam.

"Nggak Dan, sumpah deh. Jangan natap gue kek gitu, gue takut anjir"

"Siapa yang ajarin lo ngomong kasar?" Ucap Zidane datar. Walaupun terkesan datar, ia sangat peduli dengan perempuan didepannya itu. Yang notabetnya sahabat kembarannya.

"Gak ada" Geleng Acha takut.

"Jangan ngomong kasar lagi. Gue gak suka" Kemudian Zidane berdiri dan ingin pergi dari situ. Tapi Acha kembali bersuara.

Our HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang