Chapter 16

2.1K 143 1
                                    

Happy Reading
• • • • • • • • • • • •

Sekarang Kesya dan Adnan sudah dirumah. Tadi setelah dari rumah sakit, mereka singgah di Indomaret membeli bahan makanan.

Kesya berada dikamar nya dengan tatapan kosong menatap ke depan. Ia sangat tidak ingin kehilangan sahabatnya. Adnan melihat Kesya yang tidak baik baik saja segera menghampirinya. Ia memegang pundak Kesya.

"Jangan dipikirin terus. Pikirkan juga kesehatan kamu." ucap Adnan lembut.

Tanpa menjawab Adnan, Kesya langsung memeluk Adnan erat dengan kepala yang ia sandarkan ke dada bidang Adnan yang terbalut kaos.

"Pak, saya takut. Saya takut kehilangan sahabat saya."

"Udah. Mitha pasti baik-baik aja. Sekarang makan ya." Adnan mengusap lembut kepala istrinya.

"Maaf."

"Ngapain minta maaf?"

"Seharusnya saya yang masak, bukan Pak Adnan." ucap Kesya menunduk.

Adnan mengangkat dagu istrinya. "Hey. Tugas suami itu juga melayani istrinya dengan baik. Jadi, jangan minta maaf. Ok?" Kesya mengangguk dan berjalan kedapur sambil memeluk Adnan dari samping.

•••••

Adnan dengan telaten menyuapi Kesya makan. "Bapak nggak makan?" Tanya Kesya.

"Saya masih kenyang."

"Nggak, Bapak makan juga." Kesya mengambil sendok dari tangan Adnan dan segera menyuapi suaminya.

"Pelan-pelan makannya." Tegur Adnan melihat Kesya makan. Ia mengusap bibir Kesya yang terdapat nasi.

Kesya terdiam menatap Adnan yang juga menatapnya. "Napas, Sya."

Kesya mendengus. Ia meletakkan piring yang sudah tidak ada tersisa nasi sedikitpun. "Udah?"

"Hm."

Ting

Suara notifikasi dari hp Kesya membuat atensi mereka teralihkan. Kesya segera beranjak dari duduknya.

+62
Assalamualaikum. Apakah ini benar Kesya? Saya dokter Rian yang merawat Mitha. Silakan kalian pergi ke rumah sakit sekarang.

Kesya
Waalaikumsalam. Iya benar. Baik,
terima kasih infonya.

Setelah Kesya menerima pesan dari dokter Rian, wajahnya berubah jadi takut. Ia takut terjadi sesuatu sama Mitha. Adnan yang melihat wajah Kesya penasaran. Dari siapa pengirim pesan itu?

"Kesya, siapa yang ngirim pesan tadi?"

"I-itu dari dokter Rian yang merawat Mitha. Katanya, kerumah sakit sekarang."

"Pak, ayo kerumah sakit." Adnan mengangguk.

Kesya dan Adnan segera berangkat kerumah sakit.

•••••

Disisi lain Mitha sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya. Rasanya tidak ada lagi harapan untuk bertahan.

"Dok, a-aku minta t-tolong b-berikan surat ini k-kepada sahabat aku. K-kalo aku udah nggak a-ada, t-tolong i-informasikan ke p-papa." ucap Mitha memberikan surat kepada Rian dengan tangan bergetar.

"B-bilangin sama papa, a-aku minta maaf" Lanjut Mitha.

Dokter Rian menggeleng kepala dengan air mata yang sudah mengalir. Ia rasanya akan kehilangan adiknya. Ya, Rian sudah menganggap Mitha sebagai adiknya sendiri.

Our HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang