"Anda yakin akan menghadiri acara makan malam ini, tuan?" Pertanyaan bernada ragu dari Tomi hanya di balas anggukan kepala oleh Aiden.
"Ya, tidak ada salahnya kita menghadirinya, kan?." Balik tanya Aiden.
Untuk beberapa saat Tomi mengangguk ragu. "Tapi, tuan, perusahaan itu hampir bangkrut. Dan yang terakhir kali saya dengar, mereka juga licik." Saut Tomi setelah diam.
Aiden berhenti melangkah, menoleh ke arah Tomi yang berdiri di sampingnya yang ikut menghentikan langkah kakinya.
Mereka kini berada di sebuah restoran bintang lima. Untuk menghadiri undangan makan malam sambutan dari salah satu teman papanya.
"Kita datang kemari, hanya akan menghadiri undangan, Tomi. Bukan bekerja sama dengan perusahaan itu. Lagi pula saya tidak berniat untuk menyetujui kontrak yang mereka ajukan."
"Dan soal kabar miring itu, saya juga sudah mendengarnya, saya datang hanya untuk menggantikan papa. Kamu tau kan pria tua itu teman papa? Dan papa meminta saya untuk menghadiri undangan itu." Penjelasan panjang lebar Aiden di balas anggukan mengerti oleh Tomi.
Hampir dia berpikiran buruk tentang bosnya.
"Baiklah, tuan, saya mengerti." Balas Tomi menunduk.
Mereka masuk ke dalam lift, Tomi menekan tombol yang akan membawa mereka ke lantai tiga. Tapi belum sampai di lantai tiga, liift yang mereka naiki berhenti di lantai dua, pintu terbuka.
Seorang wanita dengan dress terusan berwarna hitam masuk ke dalam lift. Sejenak dia cukup terkejut dengan seorang yang berada di dalam lift. Seseorang yang dia kenal. Memberikan tawaran gila yang tak masuk akal.
"Kiara?" Aiden lebih dulu menyapa, sedang Kiara hanya diam. Namun pandanganya tidak lepas dari Aiden.
Tanpa menjawab sapaan Aiden, Kiara masuk. Berdiri di samping Aiden.Tubuhnya bergeser sedikit jauh. Karna di lift hanya berisi tiga orang, hingga lift masih sangat longgar.
Aiden yang mengerti Kiara tampak tak nyaman dengannya pun ikut bergeser. Memberi jarak antara dirinya dengan Kiara.
Mereka hanya diam, hingga lift yang membawa mereka ke lantai tiga. Dan mereka pun hanya diam dengan pandangan fokus ke arah dinding lift di depannya. Atau lebih tepatnya, pura-pura menganggap tidak ada orang di sampingnya.
Pintu lift terbuka, Kiara keluar begitu pun Aiden yang keluar diikuti Tomi di belakangnya.
Mereka berjalan berlawanan arah, Kiara ke kanan sedang Aiden kekiri. Mereka hanya terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
"Tomi."
"Ya, tuan?"
"Kamu bisa temui mereka dulu, saya ke toilet sebentar." Ucap Aiden beberapa saat, begitu mereka hampir sampai di ruangan kolega papanya. Entah mengapa mendadak ia ragu.
"Baik, tuan."
Setelah memberi perintah pada Tomi, Aiden berbalik melangkah berlawanan arah dengan Tomi. Membiarkan Tomi masuk lebih dulu keruangan itu dan Aiden menuju toilet.
Aiden hampir sampai di toilet pria sebelum seseorang menabrak pundaknya keras. Seorang wanita yang berjalan tergesa-gesa di belakang Aiden hingga berhasil menabrak pundaknya.
Begitu menoleh, Aiden menemukan wajah sebab Kiara. Lengkap dengan wajahnya yang menunduk.
Kiara pun sama terkejutnya dengan Aiden, hingga ia hampir membuka mulut. Tapi berhenti ketika Aiden hanya melengos. Tidak ingin bertatap muka dengan Kiara lebih lama. Mengabaikan wajah berantakan Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI)
RomanceDicaci maki keluarga, direndahkan, digunjingkan-- Kiara sudah merasakan semua itu bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya dia pernah tak dianggap oleh keluarga mamanya lantaran dianggap sebagai cucu yang tak berkompeten. Apapun yang dia lakukan selalu...