Dengan sangat hati-hati Aiden membuka pintu kamar inap Kiara. Begitu tubuhnya masuk, Aiden langsung di suguhkan dengan tatapan mata Kiara yang membola.
Kiara yang melihat Aiden masuk jelas nampak kaget. Tidak percaya jika Aiden masih punya nyali untuk menemuinya setelah apa yang telah dia lakukan padanya.
Belum sepenuhnya tubuh Aiden masuk, Kiara sudah terlihat beringsut mundur. Seakan menjaga jarak dari Aiden. Meski begitu Aiden tetap memilih masuk, menutup pintu lalu berbalik dan melangkah kearah Kiara.
Mengabaikan wajah penuh ketakutan Kiara yang melihatnya.
"Hai." Sapa Aiden ramah, namun sayang Kiara tak menunjukkan sikap ketertarikannya untuk menanggapi sapaan Aiden.
Dia malah menatap Aiden penuh peringatan. Lengkap dengan tubuh yang menjaga jarak.
Aiden hanya tersenyum maklum. Mengerti dengan perasaan Kiara. Dia pun akan melakukan hal yang serupa ketika di perlakukan seperti itu. Atau malah lebih parah?
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Aiden mengabaikan wajah keruh Kiara. Bersikap seolah tidak terjadi apapun diantara mereka.
"Sepertinya sudah membaik, ya? Terbukti kamu bahkan sudah bisa duduk." Gumam Aiden menjawab pertanyaannya sendiri. Karna Kiara sama sekali tidak tertarik untuk merespon.
Dengan santainya Aiden pun duduk di bangku yang terdapat di samping rajang. Duduk dengan tatapan mengarah pada wajah Kiara intens. Mengabaikan wajah Kiara yang terlihat tidak nyaman berada di dekatnya.
"Kiara, aku--"
"Ayo kita akhiri saja pernikanan ini, Aiden!" Potong Kiara cepat. Tidak memberikan Aiden berbicara lebih banyak. Kiara tidak mau berlama-lama berdekatan dengan Aiden. Dia takut jika pria itu akan menyakitinya.
Aiden hanya diam, tubuhnya membeku dengan wajah berubah kaku.
Aiden seolah merasakan Dejavu. Di mana dulu dia juga mendengar kalimat itu, dia ditinggalkan seorang diri.
Tanpa di minta, tubuhnya mengeluarkan keringat. Keringat dingin hingga terasa hampir membuat seluruh tubuhnya menggigil.
Ada rasa ketakutan yang luar biasa dia rasakan, disusul suara aneh yang memenuhi kepalanya.
"Tidak, Kiara!" Protes Aiden, beringsut maju lebih dekat kearah Kiara. Berdiri dengan tangan berniat menyentuh Kiara.
"Diam di tempatmu, Aiden!" Tegur Kiara beringsut mundur. Hingga punggungnya membentur kepala ranjang.
Wajahnya berubah panik ketika Aiden berniat mendekatinya. Tidak ada siapapun di ruangan itu selain mereka berdua. Kiara tidak bisa membiarkan Aiden lebih dekat padanya. Karna tidak ada jaminan Aiden tidak akan menyakitinya seperti kemarin jika pria itu terlalu dekat dengannya.
"Menjauh dariku!" Sentak Kiara berhasil menghentikan gerakan Aiden yang berniat mendekatinya.
Dengan patuh, Aiden pun bergerak menjauh. Mundur dengan tatapan mata masih menatap Kiara lurus.
"Kiara, aku mohon, kamu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan?" Tanya Aiden hati-hati. Takut semakin membuat Kiara ngamuk dan meminta berpisah darinya.
Kiara mengusir senyum sinis. "Aku yang meminta menikah denganmu kan, Aiden?! Jadi sekarang aku juga ingin mengakhiri semuanya!"
"Tidak, Kiara, kamu tidak akan pernah bisa lari dariku!"
Tanpa memperdulikan tatapan mata Kiara yang menatapnya sinis. Aiden beringsut maju, duduk dengan tangan diletakkan di pinggir ranjang.
Jika boleh memilih, Aiden akan memilih menjelaskan semuanya. Dari pada dia harus kehilangan Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI)
RomanceDicaci maki keluarga, direndahkan, digunjingkan-- Kiara sudah merasakan semua itu bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya dia pernah tak dianggap oleh keluarga mamanya lantaran dianggap sebagai cucu yang tak berkompeten. Apapun yang dia lakukan selalu...