Dua puluh satu

34.6K 1.7K 9
                                    

Tubuh Kiara langsung jatuh ke atas ranjang. Bahkan tawa Kiara pecah begitu mendengar ucapan Aiden yang terdengar begitu menggelikan dan percaya diri. Kiara bahkan sampai harus memegangi perutnya guna mereda rasa kram karna tawanya.

Demi apapun, lelucon Aiden sangat-sangat lah tidak lucu. Sangat tidak lucu hingga Kiara sampai kehilangan kendali dan tertawa sekeras ini.

Kiara benar-bener tidak menyangka jika jiwa humor Aiden sangat memprihatikan. Hingga membuat lelucon segaring itu. Namun kenapa dia bisa tertawa selepas ini?

"Kamu?" Ucap Kiara di sela-sela tawanya. Menatap Aiden dengan tatapan mata geli lengkap dengan kepala menggeleng tak habis pikir.

Wajah Aiden berubah kaku begitu mendapat respon Kiara yang seolah mengejeknya.

"Aku tidak percaya jika kamu bisa sepercaya diri itu, Aiden." Seru Kiara dengan nada geli.

Tawa Kiara terhenti begitu tak mendengar balasan Aiden. Bangun dari berbaringannya, Kiara membenarkan letak duduknya. Menatap Aiden yang kini wajahnya terlihat kaku dengan rahang mengeras. Kiara meringis pelan. Merasa tidak enak karna tertawa sendiri sedang Aiden menatapnya lurus. Begitu serius dan juga dalam.

Berdehem cukup keras guna mereda suasana canggung yang mendadak menyusup dalam hati. Kiara memutar duduknya hingga menghadap ke arah Aiden.

"Apa kamu benar-benar serius soal itu?" Tanya Kiara hati-hati karna tatapan Aiden sangat mengganggunya. Begitu tajam dan tegas.

"Apa kamu kira saya sedang bercanda?" Tanya Aiden dengan nada berat yang begitu ketara. Tidak ada nada ramah atau pun bercanda di dalamnya.

Ok. Kiara tau jika saat ini Aiden tengah serius. Bahkan dia sudah mengganti kata 'aku' manjadi 'saya'

"Jadi kamu benar-benar putra Sincler?" Tidak ada jawaban dari Aiden. Namun tatapan matanya semakin terasa tajam.

Sejenak Kiara termenung. Memikirkan pertanyaan yang mungkin bisa membuat mood Aiden kembali. Apa dia tadi sudah sangat keterlaluan, hingga Aiden terlihat tersinggung?

Lalu mengingat bagaimana selama ini dia mengenal Aiden. Jika boleh jujur, memang ada banyak kejanggalan dalam setiap kali mereka bertemu. Hingga Kiara mulai paham jika Aiden benar-benar tidak bercanda.

"Ok, aku ganti pertanyaannya. Kenapa kamu tidak jujur dari awal jika kamu adalah putra keluarga Sincler? Dan malah menutupinya membiarkan semua orang berpikir jika Tomi lah putra Sincler?" Tanya Kiara dengan nada serius. Tidak ada lagi wajah geli dan tatapan mata mengejeknya. Yang ada kini wajah serius dan tatapan mata penasaran yang begitu ketara.

"Apa kamu pernah memberikanku waktu untuk menjelaskan?" Tanya Aiden dengan nada datar.

Kiara diam, nampak mengingat pertemuan pertama mereka. Yang mana saat itu Kiara mengenalkan pada keluarganya bahwa Aiden adalah seorang pengusaha toko. Tanpa bertanya lebih dulu.

Lebih parahnya, Kiara bahkan menganggap Aiden sebagai salah seorang penjaga toko. Berakhir, seluruh keluarganya mem-bully Aiden habis-habisan karna dianggap sebagai pria miskin rendahan yang tak sederajat dengan keluarga ibunya.

"Kamu bahkan tidak bertanya lebih dalam tentang diriku!" Sindir Aiden. Seakan terus menyudutkan Kiara. Tidak memberikan kesempatan pada Kiara untuk membela dirinya.

"Sekarang..., ketika aku menjelaskan semuanya kamu malah berpikir aku berbohong?" Kembali, Aiden berseru dengan nada sarkas. Hingga membuat Kiara merasa mati kutu.

Glek

Susah payah Kiara menelan ludahnya yang mendadak terasa pahit. Demi apapun, suara Aiden terdengar menyeramkan di telinganya. Bahkan bulu kuduk Kiara terasa berdiri dengan sendirinya.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang