Empat puluh

18.9K 1K 25
                                    

Aiden dengan telaten meletakkan daging di atas piring Kiara. Memotongnya hingga menjadi beberapa bagian.

Perlakuan sederhananya itu terlihat manis di mata Kiara. Apalagi ketika Aiden selalu mengukir senyum manis, sesekali mengacak rambutnya pelan. Semua perlakuan Aiden itu tidak luput dari perhatian Kiara.

"Selamat menikmati." Seru Aiden menggeser piring Kiara lebih dekat. Mempersilahkan Kiara untuk menikmati hasil masakannya.

"Bagaimana?" Tanya Aiden setelah Kiara menikmati makanan di depannya. Perasaan mendadak was-was, takut jika Kiara tidak menyukai hasil masakannya.

"Enak." Komentar Kiara hingga dibalas Aiden dengan helaan nafas lega.

"Syukurlah jika kamu suka."

Kiara hampir mengukir senyum tipis mendengar respon Aiden. Sekuat tenaga menutupi senyumnya, Kiara pun berdehem pelan, guna menyamarkan senyumannya.

Sedang asik menikmati sarapan sederhana yang telah di masak khusus oleh Aiden. Seorang wanita muda dengan pakaian khas pelayan pun datang tergopoh-gopoh dari luar, membawa sebuah kertas putih di tangannya.

"Selamat pagi, tuan, nyonya. Maaf mengganggu waktunya."

Obrolan Aiden dan Kiara pun terhenti. Mereka serempak menoleh kearah pelayan yang terlihat sedikit gelisah di tempatnya.

"Ada apa?" Tanya Aiden membuka suara lebih dulu.

"Ada titipan surat untuk anda, tuan."

Sebuah amplop putih di sodorkan oleh pelayan ke arah Aiden. Dengan tubuh sedikit gemetar lengkap dengan wajah terlihat gelisah, pelayan itu pun sama sekali tidak berani menatap kearah Aiden.

Dia hanya terus menunduk, seakan menghindari tatapan mata Aiden kearahnya. Dan keanehan itu semakin terlihat janggal ketika Aiden melirik amplop dan pelayan buru-buru berbalik, berniat pergi.

"Tunggu." Aiden berseru cepat. Berhasil menghentikan gerakan kaki pelayan.

"Siapa yang memberikannya padamu?"

"Itu--- seorang sekuriti menitipkannya pada saya, tuan. Saya di minta untuk memberikannya pada anda."

"Kamu sudah periksa isinya?"

"B-belum, tuan." Aiden hampir mendengus kesal. Kecerobohan seperti ini sangat Aiden benci, dan sejak kapan dia bisa dengan mudah menerima surat seperti itu dari pelayan rendahan?

Apalagi tanpa di periksa lebih dulu. Dan sejak kapan orang tuanya memperkerjakan orang tanpa mengetahui, mendapatkan ultimatum mutlak dari ayahnya?

Seluruh pekerja di rumah utama, atau rumah kedua orang tuanya. Juga rumah miliknya. Jika memperkerjakan pelayan bukan asal menerima orang, atau bahkan tidak mendapatkan beberapa pelajaran. Siapa pun di sekelilingnya atau pun keluarganya wajib mendapatkan arahan dari kedua orang tuanya, atau bahkan orang kepercayaan orang tuanya untuk mengikuti semua peraturan yang telah di buat.

"Sejak kapan saya bersedia menerima apapun tanpa di sortir lebih dulu?" Nada suara Aiden berubah tajam. Wajah ramahnya pun sudah luntur di gantikan dengan wajah kaku yang terlihat tersinggung.

Kiara yang melihat interaksi antara Aiden dan pelayan di depannya pun mengernyitkan kening. Jelas jika interaksi antara Aiden dan pelayan di rumah kedua orang mertuanya itu sangatlah kaku.

Apalagi rona wajah Aiden yang sudah berubah kaku, seakan siap melahap habis pelayan di depannya.

Pantas saja sedari tadi Kiara tidak melihat ada pelayan di rumah besar mertuanya. Jelas mereka takut bertemu Aiden, karena respon Aiden sangatlah berlebihan menurut Kiara jika menyangkut masalah pelayan. Ternyata bukan hanya di rumahnya saja, tapi Aiden juga bersikap sama di rumah mertuanya. Atau sikap Aiden seperti itu pada seluruh pelayan?

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang