Tiga puluh sembilan

18.6K 1K 3
                                    

"Aiden, ada apa?" Samar-samar Aiden mendengar suara Kiara yang terdengar khawatir.

Namun dia masih sulit mengendalikan dirinya, tubuhnya menggigil meski kini dia sudah berada di dalam hotel. Dia pun kesulitan mengendalikan perasaannya. Kini dia mendadak merasakan ketakutan itu, rasa takut yang lebih parah dari sebelumnya. Hingga pelan-pelan kedua matanya terasa berat, dia pun kehilangan kesadarannya.

Sedang Kiara, dia yang melihat Aiden yang untuk pertama kalinya begitu ketakutan pun di landa panik.

Selesai menyebrang jalan tadi, tubuh Aiden menggigil hebat dengan keringat di keluar di tubuhnya. Pandangannya pun terlihat ketakutan dengan wajah pias. Ini bahkan lebih parah dari ketika dia tidur di ranjang.

Seakan Aiden melihat hantu yang begitu menakutkan hingga dia pun luar biasa ketakutan. Bahkan pandangannya mendadak kosong dengan tubuh semakin bergetar.

Dan kepanikan Kiara semakin menjadi-jadi ketika melihat Aiden yang menutup mata dan hilang kesadarannya.

"Aiden..." Pekik Kiara semakin khawatir. "Ya tuhan, Aiden."

****

Di tempat lain, di sebuah ruangan mewah. Di depan meja makan yang di penuhi hidangan berbagai macam, terlihat dua orang yang tengah sibuk dengan makanan juga sendoknya. Sesekali mereka pun menghela nafas panjang. Terlihat gusar juga khawatir.

"Apa kamu yakin Aiden akan baik-baik saja?" Tanya Anne menatap suaminya risau.

Dia mengkhawatirkan putra juga menantunya, namun dia juga sulit untuk diam saja. Sudah sangat lama, dan dia ingin putranya sembuh dari traumanya.

"Dia pasti akan baik-baik saja." Ucap Rick menenangkan. Dia memang khawatir namun sejauh ini masih bisa mengendalikan diri. Dia tidak ingin terlihat khawatir sama seperti istrinya. Atau mereka akan menjadi kalut.

Anne menghela nafas panjang. Hatinya sama sekali tidak bisa tenang. Selama Aiden pergi dengan Kiara, Anne tidak pernah sekali pun tidak merasa khawatir. Di mana pun dia berada, dia akan selalu teringat putranya itu. Dia takut jika Aiden akan menyakiti menantunya. Meski dokter tetapi putranya mengatakan jika Aiden berangsur bisa melupakan semua kejadian itu. Dan pelan-pelan--

"Jangan terlalu mengkhawatirkan dia, sayang. Mereka tidak pergi sendiri. Nanti jika terjadi sesuatu, mereka pasti sudah mengabari kita."

"Tetap saja, aku masih khawatir. Kamu taukan jika Aiden saat ini berada jauh, tidak ada kemungkinan kalau saat ini dia sedang dalam masalah."

"Sayang tolonglah, kita sudah sepakat untuk tidak berlebihan menanggapi semua ini. Kita perlu membiarkan mereka belajar untuk menyelesaikan masalah mereka. Lagi pula Aiden butuh sesuatu untuk merubahnya. Dia tidak bisa seperti itu terus-menerus."

Menggeser piring di depannya, Anne tidak lagi mendebat kata-kata suaminya. Namun dalam hati masih merasa khawatir dengan semuanya.

****

Aiden menggenggam tangan Kiara gelisah. Tubuhnya pun sama gelisahnya kini. Dia sama sekali tidak bisa tenang. Tidak sebelum dia tiba di rumahnya dan mengatakan semuanya pada ayahnya.

Setelah mengepak seluruh barangnya di hotel dengan cepat. Aiden tidak memberikan kesempatan pada Kiara untuk bertanya lebih jauh. Karena Aiden yang mendadak mengajaknya pulang detik itu juga.

"Aiden?" Panggil Kiara berusaha menenangkan Aiden yang terlihat gelisah di tempatnya. Wajahnya bahkan masih terlihat kaku. Sesekali matanya menatap sekeliling dengan tatapan waspada.

"Sebenarnya ada apa, Aiden?" Tanya Kiara beringsut maju. Berusaha mendekat kearah Aiden.

Berpakaian dengan wajah tertutup, di tambah pakaian yang mereka gunakan itu terkesan terlalu tertutup menimbulkan tanda tanya besar di kepalanya. Tapi Aiden sama sekali tidak terlihat ingin menjawab semua pertanyaannya. Dia terus membungkam bibirnya. Tidak mengatakan apapun. Dan semua itu semakin membuatnya bertambah penasaran.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang