Dengan pikiran yang semakin terasa penat, Aiden sama sekali tidak bisa menghentikan pemikiran yang terus mengganggunya. Apalagi ketika ucapan Kiara tadi, yang begitu blak-blakan akan berselingkuh.
Ditambah ingatan di mana ayahnya selalu mengingatkannya perihal 'itu' Aiden semakin sulit untuk menghentikan pemikiran buruknya.
Semua terasa semakin memusingkan dari hari ke hari. Aiden bahkan tidak menyangka jika efek kata-kata Kiara akan menjadi seperti ini pada tubuhnya.
Apa Aiden sudah melangkah terlalu jauh? Apa dia harus menghentikan semuanya sekarang? Jika benar Aiden harus memulai dari mana? Apa yang harus Aiden perbaiki, dan lakukan?
"Oh, shit." Umpat Aiden kesal. Mengusap wajahnya frustasi. Dia benar-benar merasa penat luar biasa.
Pikirannya, perasaannya, semua terasa mengganggu hingga Aiden sulit untuk bisa berpikir jernih.
Pikirannya semakin terasa penuh ketika kata-kata ayahnya juga terdengar mulai mengganggu. Aiden bahkan terus bergerak gelisah di sofa, mencari posisi senyaman mungkin agar dia tidak sulit memejamkan matanya. Dia bahkan sesekali melirik Kiara yang nampak tertidur pulas di atas ranjang.
Sama sekali tidak terganggu dengan Aiden yang berulang-ulang mengumpat atau bahkan menggeram kesal.
Hingga matahari menampakkan dirinya, Aiden sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Setiap kali memejamkan matanya, ucapan ayahnya layaknya kaset rusak yang mengganggu. Berputar-putar seakan mengingatkannya jika Aiden memiliki masalah besar kali ini. Dan Aiden pun tidak bisa menghapusnya.
Masih dengan kedua mata yang menatap Kiara yang masih nampak nyenyak tidur, Aiden hanya diam tanpa berniat membangunkannya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Matahari pun sudah mulai tinggi.
Sesekali jari-jarinya mengetuk lengannya, kepalanya nampak berpikir. Dengan tubuh bersedekab, Aiden hanya terus memperhatikan Kiara. Seakan Kiara adalah sebuah objek yang begitu menarik. Hingga dia pun sulit untuk mengalihkan pandangannya.
Sampai kedua mata Kiara nampak mengerjab, di susul lenguhan panjang. Kiara baru membuka matanya.
"Aiden?" Pekik Kiara begitu kedua matanya bertemu tabrak dengan kedua mata Aiden yang menatap ke arahnya. Secepat kilat dia pun terduduk. Membenarkan rambutnya yang tiba-tiba terasa berantakan.
"Kamu sudah bangun?" Lanjutnya bertanya. Namun tanganya masih berusaha memperbaiki ndandanannya. Sebisa mungkin agar terlihat normal di mata Aiden. Eh--?
Menemukan Aiden yang duduk di sofa dengan tatapan menatap kearahnya, di tambah pakaian pria itu yang sudah rapi membuat Kiara merasa malu.
"Bisakah kamu membersihkan diri?" Ucap Aiden mengabaikan wajah panik Kiara.
Kiara menatap Aiden bingung, tapi dia sama sekali tidak beranjak. Masih diam di tempatnya. Menunggu Aiden meneruskan ucapannya.
"Aku ingin berkeliling di sekitar sini? Kamu mau ikut?" Tawar Aiden.
Meski sedikit enggan, Kiara tetap mengangguk. Melangkah kearah toilet untuk membersihkan diri. Dia juga ingin berkeliling.
****
"Aiden, apa ada yang salah denganku?" Mendadak Kiara menghentikan langkahnya. Menatap Aiden yang sedari tadi mencuri-curi pandang kearahnya.
Setelah keluar dari resort, Aiden semakin bersikap aneh. Dia selalu mencuri-curi pandang kearah Kiara. Belum lagi wajahnya yang terlihat keruh. Seakan kini ada beban berat yang tengah dia pikirkan.
Melihat Aiden yang hanya diam tanpa merespon. Kiara pun memperhatikan penampilannya.
Perasaannya, tidak ada yang salah dengan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI)
RomanceDicaci maki keluarga, direndahkan, digunjingkan-- Kiara sudah merasakan semua itu bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya dia pernah tak dianggap oleh keluarga mamanya lantaran dianggap sebagai cucu yang tak berkompeten. Apapun yang dia lakukan selalu...