Empat puluh tiga

22K 1.2K 100
                                    

Masih dengan nafas memburu, Aiden memejamkan kedua matanya sejenak. Meresapi apa yang barusan dia rasakan.

Perasaan baru yang pertama kali dia rasakan seumur hidup. Perasaan itu layaknya sebuah kembang api yang meletup-letup dalam perutnya. Menimbulkan sebuah perasaan yang menggelitik juga damai.

Lalu ketika merasa sudah bisa mengendalikan dirinya, ekor matanya melirik ke arah Kiara yang kini menarik selimut untuk menutup tubuh polosnya. Wajahnya sama sekali tidak berani menatap ke arah Aiden.

Jangankan menatap, menoleh pun tidak. Telinganya pun terlihat memerah, sudah pasti jika saat ini Kiara pasti malu menatap kearahnya.

"Maaf." Bisik Aiden. Setelahnya Aiden pun memejamkan kedua matanya, mendadak rasa kantuk menyerangnya. Hingga dia pun tertidur dengan Kiara yang bangun dari atas ranjang dengan selimut membungkus tubuhnya. Melangkah ke arah pintu toilet tanpa menatap ke arah Aiden.

***

Aiden menggaruk tengkuknya salah tingkah, apalagi ketika menemukan wajah penuh menggoda ayah dan ibunya.

Yang menatap ke arahnya juga Kiara secara bergantian. Dengan tatapan menilai khasnya. Apalagi ketika menemukan beberapa bercak merah di sekitar leher Kiara. Kedua orang tuanya terlihat mengukir senyum geli bercampur bahagia.

Pagi ini setelah bangun tidur dengan tubuh yang terasa lebih segar dari biasanya. Aiden menemukan kedua orang tuanya sudah berada di rumahnya. Dengan pakaian santai juga tatapan mata penasaran menatap kearahnya. Padahal pagi ini masih pukul tujuh pagi.

Jangan lupa dengan kedua alis ayahnya yang nampak naik turun. Seakan menggoda dirinya 'Bagaimana rasanya? Enak?' Begitu lah kira-kira jika Aiden bisa artikan.

Ck, Aiden merutukki kecerobohannya yang membuat tanda-tanda di sekitar leher Kiara. Hingga membuat kedua orang tuanya juga beberapa pelayan menatapnya penasaran, juga malu-malu.

Sedang Kiaranya pun, yang tidak sadar jika lehernya memiliki beberapa bercak merah hanya diam. Namun wajahnya terlihat memerah karena beberapa kali ayah dan ibunya mengulum senyum geli kearahnya juga Aiden. Dan semakin membuatnya semakin salah tingkah.

Bahkan terang-terangan ayahnya pun mengerling jail kearahnya. Hingga membuat Aiden mendelik tidak suka.

"Sepertinya pagi ini kami datang mengganggu pagi kalian." Tidak perduli tatapan penuh peringatan Aiden yang di layangkan kearahnya, Rick tetap berbicara dengan santainya. Dan berhasil semakin membuat Aiden mendengus kuat lengkap dengan wajah datarnya. Menatap ayahnya kian tak suka.

Sikap jail ayahnya sudah kambuh ternyata. Lupakan Rick yang datar dan kejam. Kini di depannya itu terlihat Rick versi bucin pada ibunya. Yang terlihat sedikit menggelikan juga menjengkelkan.

"Bagaimana, Kiara, apa Aiden menyakit--"

"Dad!" Tegur Aiden penuh peringatan. Tatapannya pun kian menajam. Seakan siap menguliti Rick detik ini juga jika dia masih berani menerus ucapnya.

Rick yang melihat senyum salah tingkah Kiara, dan wajah memerah Aiden lantaran kesal pun tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa renyah dengan wajah puas.

Karena berhasil membuat Aiden dan Kiara terperangkap. Sekarang dia hanya perlu menunggu Aiden menyerahkan seluruh hidupnya pada Kiara, juga kabar baik dari cucunya.

"Berhenti menggoda mereka, Sayang. Lebih baik kita pergi sekarang. Agar kita tidak menggangu pagi mereka." Ucap Anne angkat bicara. Dan berhasil menghentikan tawa puas Rick.

Suaminya itu jika sudah kambuh sikap menyebalkannya, sudah pasti dia tidak akan membiarkan Aiden dan Kiara tenang.

Akan ada saja yang dia katakan, dan akan berhasil memancing emosi Aiden.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang