Empat puluh lima

18.7K 1K 30
                                    

Semua masih terasa seperti mimpi, apalagi ketika . Rasa manis, lembut dan juga kenyal dari bibir Kiara membuat otaknya ngeblank. Dia kehilangan fokus juga dirinya yang biasa karna sesuatu yang terasa menggebu-gebu dalam diri Aiden tidak bisa ditahan. Dia seperti merasakan perasaan yang ingin meledak, namun dia tidak tau apa.

Dia merasa ingin terus mencumbu Kiara. Juga bibir Kiara seakan membuatnya candu. Dia kesulitan untuk mengendalikan dirinyaa.

"A-aiden." Gagap Kiara karena Aiden terus mendorongnya hingga tubuh mereka jatuh ke atas ranjang. Bahkan Kiara pun di buat panik ketika tangan Aiden bergerak membuka gaunnya tergesa-gesa.

Sampai suara kain di sobek masuk ke gendang telinganya, Kiara di buat panik bukan kepayang ketika Aiden lagi-lagi merobek gaunnya hingga terbelah menjadi dua. Aiden bahkan tidak mau repot-repot untuk sekedar menatap kearahnya. Memberikan waktu pada Kiara untuk membantunya, atau sekedar membiarkan Kiara melepasnya jika memang Aiden kesulitan.

Semua begitu cepat, Kiara bahkan tidak bisa protes apalagi ketika Aiden melucutinya begitu saja. Dia hanya bisa pasrah dengan apa yang Aiden lakukan. Meski dia ingin marah karena Aiden memperlakukan nya dengan sedikit kasar juga tergesa-gesa. Seakan Aiden tidak memiliki banyak waktu.

Tapi, Kiara tidak bisa apa-apa. Karena Aiden sama sekali tidak memberikannya kesempatan. Bahkan untuk sekedar mengambil nafas pun tidak. Aiden sama sekali tidak memberikan jeda di kegiatan mereka.

"Aku menginginkanmu, Kiara. Sekarang." Ucap Aiden di sela-sela nafasnya yang memburu. Menatap Kiara sayu, antara menginginkannya juga kobaran gairah yang sama sekali tidak bisa di bendung lagi. Untuk pertama kalinya dia merasakan semua itu.

Dia yakin jika saat ini pasti otaknya sedang bermasalah. Terbukti dengan apa yang barusan dia ucapkan. Bahkan pendengarannya pun masih tidak percaya dengan apa yang barusan dia katakan.

Tapi lagi-lagi rasa menggebu-gebu dalam hatinya, juga perasaan menginginkan yang begitu besar berhasil membuatnya kesulitan untuk berpikir jernih. Dia seakan butuh pelepasan detik ini juga.

Kiara melongo. Mulutnya bahkan hampir menganga tidak percaya. Masih berusaha mencerna semua yang di katakan Aiden di depan wajahnya. Dia berusaha mencerna semua yang Aiden katakan padanya.

Namun sebelum dia mencerna semaunya, Aiden sudah lebih dulu berdiri. Melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan. Hingga dia sama seperti dirinya. Bahkan Kiara dengan jelas melihat pusaka Aiden yang berdiri tegak. Membuatnya terbelalak ngeri.

"Aiden." Pekik Kiara kaget. Bibirnya tidak bisa tidak berteriak ketika menemukan Aiden tidak mengatakan apapun, selain menunduk di atasnya dengan tatapan mata yang berbeda juga nafas yang begitu memburu dan menggebu-gebu.

"Maaf, Kiara, aku menginginkanmu. Sekarang. Aku tidak bisa menahannya." Setelah mengatakan itu, Aiden membungkam bibir Kiara. Tidak mengijinkan Kiara untuk bersuara lagi.

"Tapi, Aiden, kita perlu bicara--" Kiara masih berusaha menjauhkan Aiden dari atas tubuhnya. Menghindar ketika Aiden terus mendesaknya.

"Nanti." Hanya itu yang keluar dari bibir Aiden. Tidak perduli jika Kiara terus menjauhkan dirinya dari tubuh Kiara. Dan pada akhirnya Kiara pun hanya bisa pasrah. Membiarkan Aiden melakukan apa pun yang dia inginkan. Termasuk mencumbu hampir seluruh tubuhnya.

*****

Aiden mengusap peluh yang memenuhi wajah Kiara, bibirnya menghembuskan nafas lega juga kedua matanya menatap Kiara penuh sesal. Dia melepaskan semua rasa yang berusaha dia tahan sedari tadi pada Kiara, hingga membuat Kiara kewalahan mengimbangi permainannya. Bahkan Aiden tidak bisa berhenti jika saja Kiara tidak mengatakan lelah dengan wajah memelas.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang