Dua puluh enam

32K 1.7K 39
                                    

"Kenapa?" Dengan sebelah alis terangkat tinggi, Kiara menatap Aiden bingung.

Sejak Kiara memaafkan Aiden, pria itu lebih banyak tersenyum. Juga wajahnya lebih bersinar di bandingkan biasanya. Mau tidak mau Kiara menjadi penasaran di buatnya.
"Berhenti tersenyum seperti orang bodoh, Aiden, kamu benar-benar tidak pantas bersikap seperti itu." Sambung Kiara dengan nada sarkas, hingga Aiden berdecak kesal di tempatnya.

Menggeser piringnya yang sudah tandas, Aiden bersandar di sandaran kursi dengan tangan yang terlibat di depan dada. Menatap Kiara yang masih nampak asik menikmati makanannya
"Aku masih tidak percaya jika kamu memaafkan ku begitu saja?" Akhirnya Aiden mengatakan apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Setelah apa yang Aiden lakukan pada Kiara, bagaimana mungkin Kiara bisa dengan mudah memaafkannya?

Tanpa bertanya kenapa waktu itu Aiden melakukan semua itu, atau setidaknya bagaimana mungkin Aiden tega melakukan semua itu pada Kiara? Pikir Aiden bingung.

"Jadi, kamu ingin aku bagaimana? Bertanya semuanya padamu?" Balik tanya Kiara yang berhasil membungkam bibir Aiden.
"Setelah tadi kamu datang menyelamatkanku, aku rasa sekarang aku tidak punya alasan untuk tidak memaafkanmu."

Aiden masih bungkam, berusaha mencerna apa yang Kiara katakan padanya.

"Lagi pula, bukankah kita menikah karna alasan ini. Aku yang membutuhkan bantuanmu, sedangkan kamu membutuhkan bantuanku. Anggap saja kita tidak perlu tau urusan lain di luar kesepakatan kita." Dengan santainya Kiara mengucapkan semua itu. Seolah apa yang dia katakan bukanlah hal yang penting.

Namun entah mengapa Aiden merasa masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Hingga Aiden merasa masih ada yang salah. Tapi Aiden pun tidak tau apa itu.

"Jadi kamu benar-benar memaafkanku?" Tanya Aiden yang masih dengan nada suara pelan.

"Ya."

"Meski aku pernah tidak sengaja menyakitimu?" Tanya Aiden hati-hati. Yang di balas anggukan kepala mantap oleh Kiara.

"Walau aku masih sedikit merasa penasaran karna sikap berlebih kamu yang marah besar karna aku mengobrol dengan pelayan. Tapi aku tidak akan bertanya lebih banyak. Aku akan menyimpan rasa penasaranku ini sampai suatu saat nanti kamu sendiri yang mau menceritakan semuanya padaku."

"Bagaimana jika sampai kapan pun aku tidak siap untuk menceritakan semuanya padamu? Apa kamu masih akan tetap diam?"

Mengangkat bahunya cuek, Kiara bangun dari duduknya. Membawa piring kotor miliknya ke wastafel.

"Mungkin begitu." Jawabnya dengan enteng. "Aku akan melupakannya, asal kamu tidak akan mengulanginya lagi."

Tubuh Aiden mendadak kaku, tenggorokannya pun terasa tercekat dengan suaranya. Aiden seolah kehilangan kata-kata.

Bisakah Aiden tidak mengulangi kesalahannya? Dan tidak menyakiti Kiara, maupun dirinya di depan Kiara?

Mendadak Aiden berubah ragu untuk semua itu. Jelas Aiden bisa menahan diri jika hanya untuk masalahnya. Lalu bagaimana jika saja ada sesuatu yang mengingatkan dirinya perihal masa lalunya?

Mampukah Aiden menahan diri, dan juga mengontrol perasaan juga emosinya?

"Bagaimana jika aku mengulanginya?"

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang