Dua puluh dua

31.2K 1.7K 10
                                    

Dengan langkah gontai, wajah keruh layaknya belum di setrika Aiden pun melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Moodnya mendadak hancur begitu ayahnya Rick muncul di perusahaannya tiba-tiba. Dan menghancurkan moodnya detik itu juga. Dengan seenak hati, Rick menyuruh Aiden pulang dengan ancaman yang sampai kapan pun tidak akan bisa Aiden lawan.

Ayahnya itu jika sudah mengancam Aiden tidak akan bisa berkutik.

Dengan wajah keruh, juga hati dongkol luar biasa Aiden terus melangkah lebih dalam. Dia butuh mandi atau menyegarkan tubuhnya guna mengalihkan emosinya. Agar tidak berimbas pada orang-orang yang berada di sekitarnya.

Aiden hampir menaiki anak tangga, naik kelantai dua. Namun langkahnya pun terhenti begitu mendengar suara seseorang tengah mengobrol dan sesekali tertawa. Terdengar tidak asing juga sangat familiar.

Memutar tumit kakinya, Aiden kembali turun. Mengurungkan niatnya untuk naik kelantai dua.

Dia berusaha mencari sumber suara seseorang yang masuk ke pendengarannya itu.

Karna selama dia tinggal di rumah ini, dia tidak pernah mendengar suara obrolan seseorang. Baik pelayan yang tinggal di rumahnya atau pekerjanya yang lain.

Kecuali dirinya dan kedua orangtuanya. Itu pun ketika kedua orangtuanya datang berkunjung. Dan sekarang Aiden yakin jika kedua orangtuanya tadi mengatakan padanya jika akan melakukan perjalanan bisnis hingga beberapa hari. 

Membawa rasa penasarannya yang kian menggunung, Aiden terus melangkah memutari rumahnya mencari sumber suara, yang kini telah berubah menjadi tawa seseorang.

Hingga Aiden tiba di taman samping rumahnya. Langkah lebar Aiden pun berhenti seketika. Menatap tak percaya dengan pemandangan di depannya saat ini.

Dengan rahang mengeras, tangan terkepal Aiden melangkah cepat. Wajahnya sudah tak lagi terbaca. Emosi yang berusaha dia pendam malah terasa semakin naik ke ubun-ubun.

"Kiara." Tegurnya dengan suara berbahaya. Begitu tiba di samping Kiara. Orang yang ternyata kini tanpa sadar telah memancing amarah Aiden.

Emosi yang tadi sempat terpancing karna ayahnya kini semakin naik ke ubun-ubun begitu mendapati pemandangan yang terasa menyulut emosi Aiden.

Demi apapun saat ini Aiden terasa ingin meledak detik ini juga. Dan itu semua terjadi karena Kiara.

"Oh Aiden, kamu sudah pulang?" Tanya Kiara begitu mendengar teguran Aiden.

Dengan santainya Kiara pun berdiri dari duduknya, memutar tubuhnya kearah Aiden yang kini berdiri di sampingnya.

Mengukir senyum tipis dengan wajah nampak cerah menyambut kedatangan Aiden. Tidak sadar jika saat ini wajah Aiden sudah memerah karna emosi yang siap meledak detik ini juga karna dirinya.

"Apa yang kamu lakukan dibsini?" Tegur Aiden dengan nada suara berbahaya. Tatapannya semakin menatap Kiara tajam. Siap menguliti Kiara detik itu juga.

Di tanya dengan suara dingin dan datar Kiara pun mengernyitkan hidungnya. Menatap Aiden dengan tatapan mata menilai, setelah menemukan wajah tak bersahabat Aiden. Lengkap dengan sorot matanya yang tajam siap menelan Kiara hidup-hidup. Kiara baru sadar jika saat ini Aiden tengah menahan emosi.

Tapi kenapa? Tanyanya bingung dalam hati.

"Ada apa, Aiden? Ada masalah?" Tanya Kiara berniat mendekat, menyentuh lengan Aiden yang berdiri di depannya.

Tapi belum juga Kiara menyentuh Aiden, tangannya baru akan mengambang di udara Aiden dengan cepat langsung menepisnya kasar. Membuat Kiara tersentak kaget di buatnya.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang