Dua puluh sembilan

26.1K 2K 76
                                    

Berlari sekuat yang Kiara bisa, Kiara memeluk tubuh Aiden dari belakang, begitu pria itu berniat melempar Tomi ke arah kaca.

Kiara sendiri tidak tau apa yang telah dia lakukan, namun melihat Aiden yang nampak kesetanan seperti sekarang. Kiara sadar jika Aiden tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Aiden, aku mohon lepaskan Tomi!" Seru Kiara semakin erat memeluk Aiden. Mencekram perut pria itu dengan tubuh ketakutan.

Tubuh pria yang Kiara peluk itu, terasa sangat dingin. Bahkan Kiara merasa sangat asing dengan tubuh itu.

"Minggir."

"Akh."

Kiara jatuh terduduk di atas lantai begitu Aiden menghempaskan tubuhnya kasar. Wajahnya meringis pelan begitu pantatnya menyentuh lantai dengan kasarnya, sebelum kembali mendekat ke arah Aiden.

Begitu melihat pria itu berniat menghempaskan tubuh asistennya yang nampak sangat mengenaskan.

Belum lagi wajahnya nampak pucat. Dan pakaian yang tak lagi berbentuk. Kiara yakin jika Tomi bisa mati jika saja di biarkan seperti itu terus.

"Aiden, tidak jangan, Aiden!" Teriak Kiara menarik kaki Aiden. Berusaha menghalau pergerakan pria itu yang terus melangkah.

Gerakan tangan Aiden pun terhenti. Melepaskan Tomi, Aiden berpindah pada Kiara. Menarik rambut wanita itu kuat hingga membuat Kiara meringis sakit.

Rasa kebas bercampur panas langsung Kiara rasakan begitu Aiden menarik rambutnya tanpa perasaan.

Memaksanya untuk berdiri di depannya. Hingga Aiden bisa dengan jelas melihat Kiara yang kini meringis nampak kesakitan.

"Sakit ... Aiden." Rintih Kiara memukul lengan juga dada Aiden kuat, berharap Aiden bisa melepaskan jambak-an rambutnya.

Bukannya melapaskannya, tangan Aiden yang lain malah terangkat tinggi. Hingga melayang tepat di pipi Kiara. Sangat kuat hingga menimbulkan bunyi 'Plak'

Pukulan Aiden yang begitu kuat membuat Kiara tersungkur ke lantai. Wajahnya semakin meringis. Sudut bibirnya bahkan terasa perih. Dan Kiara yakin jika pasti sudut bibirnya sobek, karna hidungnya mulai mencium bau anyir darah.

"Akh... Aiden." Jerit Kiara mendongak. Lagi-lagi Aiden menarik rambutnya kuat, memaksa Kiara untuk menatap ke arahnya.

Seolah tidak merasakan belas kasihan sedikit pun, Aiden malah mengukir senyum puas dengan kedua mata berbinar.

"Aiden, lepas, sakit..." Jerit Kiara. Setelahnya entah apa yang terjadi Kiara tidak ingat. Tapi yang pasti kepalanya terasa pusing, dengan pipinya yang terasa panas.

Tubuh Aiden tersentak hebat, begitu tubuh Kiara ambruk, tergelatak di atas lantai dengan pipi memar.

Yang awalnya Aiden merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa karena telah menyalurkan emosinya. Kini wajahnya nampak pias dengan jantung tersentak hebat.

Kiara, istri yang baru beberapa hari menjadi istrinya itu. Kini tergeletak mengenaskan di depannya. Tepat di depannya.

Tubuhnya langsung mundur ke belakang begitu menemukan ruangannya nampak kacau. Sedang Kiara benar-benar tergeletak di depannya.

Jatuh terduduk dengan wajah syok, Aiden mematung tanpa bisa berkata-kata lagi. Seakan apa yang telah dia lakukan barusan telah membunuhnya.

"Ki---ara." Bisik Aiden mendekat, berusaha menggapai tubuh Kiara yang hanya diam dengan mata terpejam.

Mendadak secuil bayangan berputar di otaknya. Membuat Aiden terasa menggigil dengan tubuh bergetar hebat.

Bayangan itu semakin terasa nyata ketika tanganya semakin mendekat kearah tubuh Kiara.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang