Aiden memperhatikan ekspresi seluruh orang yang kini menatapnya satu-persatu. Mulai dari Gisella, Diana, hingga Steve, papa Gisella. Mereka hanya diam menatap Aiden lurus.
Hingga Aiden tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran mereka. Tidak ada yang membuka suara.
Aiden pun sama sekali tidak berencana mendekati meja itu. Rasa penasarannya kian bertambah ketika Gisella terlihat berbisik ke arah Steve dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Dalam hati menerka-nerka apa yang tengah mereka pikirkan begitu pun yang kini mereka rasakan. Hingga ketika Steve Ballmer berjalan mendekat ke arahnya. Tatapan matanya terlihat menatapnya dengan tatapan mata menilai.
Aidan hampir mengukir senyum malas ketika menemukan wajah bahagia pria paruh baya itu.
Namun bukannya berhenti, langkah kaki Steve terlihat lurus, melewati Aiden begitu saja dan berdiri tepat di depan Tomi. Bahkan dengan sengaja Steve hanya meliriknya malas. Membuat Aiden tau jalan pikirannya kali ini.
Tidak ingin ambil pusing. Aiden dengan santainya pun berbalik badan ke arah Tomi dan Steve. Sudut bibirnya hampir terangkat begitu menemukan wajah heran Tomi dan senyum lebar Steve yang kini menyodorkan tangannya ke arah Tomi. Ada senyum geli setelahnya.
Menjabat tangan Tomi dengan semangatnya. Mengabaikan wajah bingung penuh tanda tanya Tomi yang kini menatapnya.
"Perkenalkan saya Steve Ballmer." Steve menyodorkan tangannya yang dibalas tatapan bingung oleh Tomi. Namun ketika melihat anggukan kepala Aiden. Tomi membalas jabatan tangan Steve. Dengan sedikit canggung.
Jelas, karna sedari tadi Aiden menatapnya geli.
"Tomi."
"Saya senang anda mau menyempatkan hadir di acara makan malam ini tuan Tomi Sincler."
"Maaf, saya kira---" Tomi sudah akan mengoreksi kata-kata Steve, namun di potong dengan cepat oleh Steve. Membuat Tomi kembali menutup mulutnya. Ekor matanya melirik Aiden penuh tanda tanya.
"Ini adalah sebuah kehormatan bagi keluarga saya, karna kehadiran anda disela-sela jam sibuk anda. Sungguh saya sangat senang untuk itu."
Tidak memberikan kesempatan pada Tomi untuk berbicara, Steve kembali angkat bicara.
"Mari, saya perkenalkan pada anak dan istri saya." Tanpa ragu Steve menarik Tomi mendekati meja makan. Mengabaikan Aiden yang kini terlihat menikmati pertunjukan yang di suguhkan oleh keluarga Wesley.
Wajahnya tampak begitu terhibur juga merasa lucu. Rasa-rasanya Aiden ingin terbahak jika nanti mereka mengetahui identitas aslinya.
"Mungkin anda sudah mendengar nama istri saya, Diana Wesley. Dan ini putri saya Gisella Ballmer." Tomi menjabat tangan satu persatu orang di depannya. Tanpa senyuman sedikit pun, yang ada wajahnya malah kian tampak semakin bingung.
Namun sesekali ekor matanya melirik Aiden yang kini berdiri di sampingnya. Memperhatikannya dalam diam.
Aiden sama sekali tidak terganggu dengan perlakuan mereka. Malah dia terlihat menikmati.
"Oh aku tidak percaya jika putra Sincler ternyata setampan ini. Anne sering mengatakan jika putranya sangat tampan. Tapi aku tidak percaya jika dia benar-benar setampan ini. Tidak heran jika Anne selama ini menyembunyikanmu dari kami. Dia pasti takut jika putranya ini menjadi incaran semua wanita, kan?" Diana ikut angkat bicara, memperhatikan Tomi dengan wajah berbinar-binar penuh bahagia..
"Maaf, nyonya, tuan. Sepertinya disini ada salah pahaman. Saya perlu menjelaskan sesuatu, jika--"
"Tidak perlu se-formal itu, nak. Aku sudah sering berkunjung ke rumahmu. Bahkan ibumu Anne juga sering mengajakku bertemu di luar. Anggap saja kami ini seperti orangtuamu sendiri. Yah, walaupun ini pertemuan pertama kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI)
RomansaDicaci maki keluarga, direndahkan, digunjingkan-- Kiara sudah merasakan semua itu bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya dia pernah tak dianggap oleh keluarga mamanya lantaran dianggap sebagai cucu yang tak berkompeten. Apapun yang dia lakukan selalu...