Siang ini, cuaca terlihat lebih cerah dari biasanya. Di lengkapi dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi, sedang mentari yang bersinar terang. Juga kicauan burung di sekitar resort.
Aiden menatap ke arah Kiara yang kini duduk di teras belakang dengan pandangan terlihat begitu serius membaca sebuah buku tebal di pangkuannya.
Kiara sama sekali tidak terganggu dengan tatapan Aiden. Padahal dia sudah hampir tiga puluh menit berdiri di tempatnya. Menatap Kiara yang sama sekali tidak ada tanda-tanda akan beranjak dari tampatnya.
Mendesah lelah, pada akhirnya Aiden pun pada akhirnya membawa langkah kakinya melangkah ke arah Kiara yang tengah duduk manis di sebuah ayunan. Menghadap langsung ke arah kolam renang.
"Jadi sedari tadi kamu membaca novel romance?" Gumam Aiden berhasil menarik perhatian Kiara dari buku di pangkuannya.
Mendongakkan kepalanya. Kiara hanya menatap Aiden sekilas, lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Membaca novel yang berada di pangkuannya.
Kisah percintaan yang sangat menarik perhatiannya, bahkan Kiara sudah hanyut bermenit-menit. Membuat Kiara hampir melupakan di mana dia sekarang.
Aiden berdecak, duduk di samping Kiara dengan sedikit kesal. Karena Kiara lagi-lagi mengabaikannya.
"Apa kamu sama sekali tidak bosan? Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan?" Tawar Aiden yang sama sekali tidak di respon Kiara.
Pandanganya masih fokus, menikmati setiap kata, bait cerita yang terasa lebih menarik ketimbang tawaran Aiden.
"Kiara, bagaimana jika kita pergi mencari makan? Kamu tidak ingin keliling di sekitar sini? Aku dengar jika di sekitar sini banyak menyediakan menu makanan enak."
Kiara berusaha menulikan pendengarannya, padahal dia mulai sedikit terganggu dengan suara Aiden. Bukan tawaran yang terdengar menggiurkan. Tapi lebih ke-cerita di novelnya sayang jika harus di abaikan begitu saja. Lagi pula, apa Kiara pernah mengatakan jika dia tidak begitu hobi berjalan-jalan?
"Kiar---"
"Stop." Seru Kiara mengangkat sebelah tanganya. Aiden benar-benar mengganggu konsentrasinya. Jika di biarkan begitu saja terus-menerus, maka Kiara tidak akan bisa menikmati ketenangannya plus cerita novelnya.
"Jika kamu ingin pergi, kamu bisa pergi, Aiden. Aku sama sekali tidak tertarik untuk ikut denganmu."
"Tapi--"
Meletakkan telunjuknya di bibir. Kiara memberi isyarat kepada Aiden untuk diam. Lalu setelahnya pandangannya pun kembali fokus ke novel di pangkuannya. Mengabaikan Aiden yang mendengus di tempatnya.
Lagi-lagi di abaikan. Rutuk Aiden kesal.
Tapi meski begitu, Aiden menutup mulutnya. Menuruti keinginan Kiara untuk diam, membiarkan Kiara menikmati cerita novelnya. Aiden ingin melihat berapa lama dia akan bertahan dengan buku membosankan itu. Dan sejauh mana Kiara akan bertahan dengan kegiatannya.
Bersandar di sandaran ayunan, Aiden melipat kedua tangannya di dada. Menatap Kiara dalam diam. Meski dalam hati dongkol luar biasa. Karna Kiara yang tak kunjung menoleh ke arahnya. Jangankan menoleh, melirik ke arah Aiden pun tidak.
Aiden hampir menutup matanya ketika Kiara masih asik dengan dunianya. Entah sudah berapa lama dia hanya duduk diam di tempatnya. Padahal biasanya, Aiden memilih sibuk dengan laptop atau bahkan berkasnya ketimbang bermalas-malasan seperti saat ini.
Tapi, karna berhubung mereka sedang melakukan liburan dadakan. Aiden memilih ingin menghabiskan waktunya dengan Kiara. Setidaknya agar mereka bisa pergi jalan-jalan kemana pun, atau setidaknya menghabiskan waktu berdua dengan saling bermesraan. Tapi, semua itu hanya akan menjadi khayalan Aiden saja. Karena sedari tadi Kiara sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk mengakhiri sesi bacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI)
RomanceDicaci maki keluarga, direndahkan, digunjingkan-- Kiara sudah merasakan semua itu bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya dia pernah tak dianggap oleh keluarga mamanya lantaran dianggap sebagai cucu yang tak berkompeten. Apapun yang dia lakukan selalu...