Sebelas

34.6K 1.9K 7
                                    

"Tomi, keruangan saya sekarang!" Aiden memanggil asisten pribadi lewat interkom. Terdengar bossy seperti biasa. Dan tak pernah ingin di bantah.

Tidak menunggu lama, hanya beberapa menit pun. Akhirnya pintunya diketuk dari luar. Tomi, sang asisten pun masuk dengan stelan jasnya. Nampak rapi dan berkarisma.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanya Tomi sopan, tubuhnya sedikit menunduk ketika berada tepat di depan meja Aiden.

Sejenak Aiden memperhatikan penampilan Tomi dari atas hingga bawah. Tidak ada yang salah dengan aistennya itu dari dulu. Tapi sekarang, ketika Aiden lebih sering menggunakan kemeja putih tanpa jas. Aiden merasa sedikit aneh. Terganggu dengan kerapian Tomi. Seolah dia lebih tampak rapi di bandingkan dirinya.

"Aku ingin kamu menyelidiki seseorang." Perintah Aiden setelah beberapa menit diam.

Tomi mengerjab beberapa kali. Menatap Aiden yang duduk dengan kursi berputar-putar. Dia memang berbicara dengan Tomi, namun pandangannya nampak ke arah langit-langit kantor. "Siapa, Tuan?"

"Namanya Derren Ricolas."

Tomi mengangguk mengerti. "Baik tuan. Ada lagi tuan?" Tambahnya.

Aiden menggeleng, lalu menggerakkan jarinya untuk menyuruh Tomi menjauh.

Setelah sepeninggalannya Tomi, Aiden terlihat merenung. Memikirkan kehidupannya akhir-akhir ini. Tidak ada yang salah, namun berbeda ketika dia dengan Kiara.

Aiden menggeleng cepat, menyingkirkan pemikiran-pemikiran berlebihan di kepalanya. Menepis apapun yang menggangu pikirannya.

****

"Tuan." Aiden menoleh kearah Tomi yang kini berdiri di depan ruangan dengan sesuatu di tangannya. Melangkah mendekat kearahnya.

Sedang dia mulai menggunakan jasnya, hari ini pekerjaan nya sudah selesai lebih cepat dari biasanya. Dia berencana pulang lebih awal. Meski jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi ini masih terasa cepat untuk Aiden.

Karna biasanya dia masih terus berkutat dengan berkas atau sekedar meeting. Hingga pulang paling cepat jam sepuluh malam. Apalagi ketika dia tidak memiliki kesibukan lain selain bekerja.

"Apa?" Tanya Aiden begitu tak mendengar ucapan Tomi lagi. Asisten nya itu hanya diam dengan tatapan kearahnya. Terlihat ragu untuk mengatakan nya.

"Anda mendapatkan undangan makan malam dari tuan Steve Ballmer." Tomi menyodorkan sebuah kertas berwarna keemasan dengan pita merah kearah Aiden.

"Siapa?" Tanya Aiden menghentikan gerakan tanganya. Fokus pada Tomi yang kini menyodorkan kertas itu kearahnya.

"Tuan Steve Ballmer menantu tertua keluarga Wesley, Tuan." Jawab Tomi dengan lugasnya.

Dengusan kesal langsung keluar dari bibir Aiden. Wajahnya terlihat enggan mendengar itu. Apalagi sekedar menerima undanganya.

"Karna undangan makan malam tempo hari gagal. Jadi beliau berharap anda bisa hadir di acara kali ini tuan." Seru Tomi menambahkan. Tangan nya masih terulur menyodorkan kertas undangan kearah Aiden.

Aiden ingat betul undangan makan malam tempo hari yang dimaksud Tomi. Tepat diimana dia bertemu Kiara dan keluarganya.

Dan bukanya menemui Steve, Aiden memilih pergi dengan Kiara bertemu dengan keluarganya. Sekaligus melamar Kiara.

Hingga karna itu, Aiden yakin jika dia akan terus mengundangnya hingga Aiden menyerah dan menemuinya.

"Kapan?" Tanya Aiden terdengar malas.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang