Dua puluh empat

29K 1.9K 30
                                    

Dengan dress berwarna Lilac sebatas lutut, tanpa lengan. Kiara mematut pantulan dirinya di depan cermin.

Wajahnya yang biasanya polos tanpa make up kali ini menggunakan make up tipis. Sangat tipis karna hampir tak terlihat.

Namun bibirnya tersenyum puas ketika melihat wajahnya nampak cantik dari biasanya. Dan tanpa membuang waktu Kiara langsung meraih tas tangan di atas ranjang. Membawanya keluar kamar dan siap pergi.

"Kiara, kamu datang sendiri? Di mana Aiden? Dia tidak datang bersamamu?" Kiara langsung di sambut banyak pertanyaan begitu kakinya masuk ke dalam rumah salah satu saudaranya. Untuk menghadiri acara arisan keluarga.

Inilah salah satu alasan Kiara berdandan cantik dari biasanya. Mamanya, Kinanti sudah mewanti-wantinya untuk terlihat cantik hari ini. Bukan apa-apa Kinanti ingin agar Kiara mulai detik ini di hargai, tidak lagi menjadi bahan gunjingan para keluarganya.

"Entahlah, Ma, Kiara pikir dia sedang sibuk." Jawab Kiara sekenanya.

Sudah berhari-hari Kiara tidak bertemu dengan Aiden, dan selama itu pula mereka seolah kehilangan kontak. Tidak lagi berhubungan seperti biasa.

"Jadi dia tidak akan hadir?"

Kiara hanya mengangkat bahu cuek menjawab pertanyaan mamanya.

Jangankan mamanya, Kiara sendiri saja tidak tau. Aiden tidak mengatakan apa pun, ingin menghadiri acara kali ini atau tidak. Aiden sama sekali belum mengatakan padanya.

Merasa kesal karna Kiara malah terlihat cuek, Kinanti pun memukul lengan putrinya kesal. "Kamu bagaimana sih, Kiara?" Omel Kinanti kesal.

"Seharusnya kamu tunggu Aiden, tanya, dia akan datang atau tidak. Bukan malah bersikap cuek seperti ini."

"Ma, Aiden bukan anak kecil. Yang apa-apa harus Kiara tanya apa maunya. Dia bisa mengurus dirinya sendiri."

Kinanti berdecak kesal mendengar balasan Kiara. Putrinya semakin keras kepala dari hari ke hari.

"Kiara, kamu sudah datang?"

Perdebatan antara ibu dan anak pun terhenti. Wajahnya berubah heran mendengar nada suara ramah Gisella.

Ditatap dengan tatapan mata heran, Gisella menjadi salah tingkah. Menggaruk tengkuknya canggung.

"Kamu datang sendiri?"

Mengangkat sebelah alisnya tinggi. Kiara melirik Kinanti yang sama herannya seperti dirinya mendengar nada ramah Gisella.

"Ya. Kenapa?" Tanya Kiara sekenanya. Tidak mau repot-repot menutupi nada suara tidak sukanya.

Sejak kapan dia harus beramah tamah pada sepupunya yang menjengkelkan itu? Juga, dia tidak ingat jika mereka pernah saling bersikap baik.

"Apa Aiden tidak ikut bersamamu?" Tanya Gisella menatap sekeliling, terutama belakang tubuh Kiara dengan bingung.

Kening Kiara berkerut mendengar pertanyaan Gisella. "Apa stok pria di dekatmu sudah habis, Gisella? Sampai kamu bertanya perihal suami orang?" Tanya Kinanti dengan nada sarkas.

Tertawa canggung Gisella mengibaskan tangannya ke depan. "Tante, bisa saja, tentu saja tidak. Aku hanya merasa aneh karna Kiara datang seorang diri."

Kiara maupun Kinanti tidak membalas kata-kata Gisella. Hanya matanya saja yang terlihat tidak suka yang begitu ketara.

Dan tanpa ingin berlama-lama mengobrol, Kiara langsung menarik tangan mamanya untuk masuk lebih dalam ke dalam rumah. Mengabaikan wajah kesal Gisella karna ulahnya.

"Apa dia salah makan?" Bisik Kinanti pada Kiara. Begitu sudah menjauh dari Gisella.

"Mungkin." Kiara hanya menanggapi seadanya.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang