Empat puluh satu

19.6K 1.2K 42
                                    

Aiden menekuk lututnya, menenggelamkan wajahnya diantara lipatan lututnya. Mengabaikan rasa nyeri di pundaknya. Bahkan dia pun tidak peduli jika pundaknya akan kembali berdarah.

Semua yang dia lakukan pada Kiara semalam, masih membekas di otak dan perasaannya. Dia sadar jika apa yang di lakukan semalam adalah sebuah kesalahan.

Tapi kembali lagi, Aiden kesulitan untuk mengendalikan dirinya. Tanganya juga tubuhnya bergerak sendiri. Sulit untuk dia kendalikan. Bahkan dia pun kesulitan dalam mengendalikan kinerja perasaannya.

Seakan apa yang telah dia lakukan semalam adalah sebuah kebahagiaan yang sudah lama tidak dia dapatkan. Bahkan dia pun kesulitan untuk menahan letupan kebahagiaan itu.

Jelas dia merasakan rasa sakit ketika luka di pundaknya. Namun ada rasa kepuasan yang tidak bisa dia jelaskan. Aiden merasa dia kesulitan mengendalikan dirinya.

Namun pagi ini, begitu tersadar dia merasa menyesal luar biasa. Perasaan berubah menjadi takut luar biasa. Namun dia tidak tau takut karna apa?

BRAK

Aiden langsung mendongak mendengar suara pintu di buka kasar dari luar. Mendadak lidahnya terasa Kelu begitu menemukan wajah kaku ayahnya. Lengkap dengan tatapan tak bersahabatnya. Dia tau jika saat ini pasti dia sudah membuat kesalahan besar. Terbukti dari ekspresi wajah yang di tunjukkan oleh ayahnya.

"Dad." Gumam Aiden begitu Rick melangkah lebar kearahnya. Tatapan matanya begitu fokus pada Aiden. Semakin dekat, maka tatapan matanya semakin terasa tajam dan menakutkan.

"KAU TAU APA YANG TELAH KAU LAKUKAN, HAH?" Sembur Rick keras. Mengabaikan dimana mereka kini, emosi Rick terasa sudah sampai pada puncaknya.

Dia yang biasanya tenang kini terlihat tak lagi bisa membendung emosinya. Bahkan dia berteriak murka.

"Dad---, i-tuu a---aku--"

"Kau tau, jika saat ini kau sudah membuat masalah?" Potong Rick menggeram marah. Dan Aiden hanya bisa mengangguk lemah. Tidak menepis semua yang telah di katakan oleh ayahnya, karena bagaimanapun juga dia memang bersalah.

"Mulai sekarang, Daddy tidak akan pernah menghentikanmu!"

Aiden menggeleng lemah, jika ayahnya sudah menyerah itu artinya dia dalam masalah besar. Dan Aiden tidak akan bisa berbuat apa-apa.

"Dad---"

"Daddy tidak akan memintamu menceraikan, Kiara, tapi--" nada suara Rick pun berubah lembut, namun sarat akan ancaman yang begitu ketara.

"Jika dia memintamu untuk bercerai. Ceraikan dia!" Putus Rick bagaikan ketuk palu bagi Aiden.

Aiden sadar jika dia tidak akan bisa menolak keputusan final ayahnya. Jika dia berani menolak maka Aiden harus berani menanggung resikonya.

Aiden menggeram marah, merutukki semua sikapnya yang begitu keterlaluan. Andai dia bisa menjaga emosinya. Dia tidak akan seperti ini. Dia tidak akan mendengar ultimatum ayahnya. Kini dia hanya bisa menuruti keinginan ayahnya jika tidak ingin menanggung resiko lebih parah.

"Tapi, Dad, aku tidak mungkin menceraikan Kiara begitu saja?" Tolak Aiden tegas. Tidak mau begitu saja menuruti keinginan gila ayahnya. "Dia bahkan sudah berjanji untuk--"

"Apa kamu kira setelah apa yang telah kamu lakukan padanya. Dia masih akan menepati janjinya?" Sinis Rick membungkam Aiden.

"Daddy peringatkan kamu sekali lagi, Aiden," Ucap Rick dengan nada serius. "Daddy lebih baik kehilangan putra dari pada harus mengorbankan wanita yang tidak berdosa demi menutupi penyakitnya." Lanjut Rick tegas.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang