Tiga belas

32.6K 2K 10
                                    


Hai guys.... Jangan lupa tinggalkan jejak ya... Vote and komen... Jangan lupa.. Cus. Bab ini ada 2.300 kata... Jadi aku harap kalian suka dan mau meninggalkan jejak di sini...

Jangan bosan di lapak ini ya...


Selamat membaca.....

*****


"Apa anda tau siapa dia sebenarnya?" Lanjutnya lagi.  

Kini seluruh orang ikut menatap ke arah Tomi yang terlihat tengah asik mengobrol dengan Gisella.

Lebih tepatnya Gisella yang sedari tadi mengajaknya mengobrol. Karna Tomi terlihat hanya sesekali membuka mulut. Namun sesekali dia terlihat mengangguk atau menggeleng. Itu pun ketika Gisella berusaha menyentuh pundaknya. Meminta perhatiannya.

"Apa maksudmu? Hah?" Steve yang ikut berdiri di samping Margaretha bersama istrinya pun bertanya dengan nada kesal. Terdengar tidak suka jika Aiden menjelekkan calon menantunya.

Ya sudah di pastikan bahwa Tomi akan menjadi calon menantunya. Dialah kandidat yang paling tepat untuk putrinya kali ini.

"Tenanglah, tuan Steve. Saya hanya bertanya. Anda tidak perlu marah."

"Kiara kamu lihat?! Dia berani berbicara seperti itu di depan kami. Tidakkah kamu malu karna calon suamimu yang lancang ini?!" Diana pun yang diam saja mulai kesal. Menegur Kiara dengan tatapan tajam. 

Kepalan tangan Aiden pun mengeras, menatap tajam pada Diana yang menegur Kiara padahal calon istrinya itu hanya diam saja.

Aiden sudah akan membuka mulut, namun terhenti begitu Kiara meremas lengannya. Begitu Aiden menoleh, Kiara menggeleng lemah. Memintanya untuk mengalah.

Mau tidak mau, akhirnya Aiden pun menutup mulutnya. Namun ekor matanya melirik kedua mertuanya yang terlihat enggan berhadapan dengan keluarga Wesley.

"Bilang saja kamu pasti iri kan? Karna Tomi lebih baik darimu!" Margareth tersenyum sinis.

"Jangan pernah berharap untuk bisa membuat kami merubah pandangan kami terhadapmu. Sekalinya rendahan, tetaplah rendahan." Melihat Aiden dari atas dan bawah. "Meski dibalut pakaian semahal apa pun, jika statusnya rendah tetap akan rendah. Jadi lebih baik tutup mulutmu itu!"

"Nenek." Tegur Kiara tidak suka.

"Kamu lihat, Kinanti. Putrimu bahkan sudah sangat membelanya. Apa bagusnya pria di sampingnya itu?"

"Nenek tidak berhak menghina Aiden, dia adalah tamu di sini." Kiara dengan berani menyela neneknya. Tampak tidak suka jika Aiden menjadi bulan-bulanan.

"Tidak ada yang mengundangnya, Kiara! Untuk apa kami harus menghargainya."

"Tapi Kiara yang mengundangnya, paman." Sela Kiara tak mau kalah.

"Sudah hentikan." Kinanti yang sedari tadi diam kini mulai angkat bicara. "Ma, sudah lah. Ini adalah acara pesta mama. Banyak pasang mata yang menatap kita. Apa jadinya jika mereka tau apa yang kalian ributkan disini."

"Mangkanya Kinanti, jika kamu tidak ingin malu karna pandangan orang. Ajari putrimu sopan santun!" Margareth berseru tajam pada putrinya. Sebelum menatap sinis kearah Aiden.

"Dia terlalu rendah untuk menjadi anggota keluarga Wesley. Dan kamu malah mendukung putrimu? Pantas saja dia besar kepala." Lanjut Margaretha yang diangguki setuju oleh Diana dan Steve.

"Ma, tolong. Jangan sangkut pautkan Kiara dalam kebencian mama. Lagi pula Aiden hanya bertanya kenapa mama sensitif sekali."

Margareth sudah akan membalas perkataan Kinanti, namun ucapan Diana menghentikan nya. "Ma, sudah. Lebih baik kita pergi. Acara sebentar lagi akan dimulai. Dan sebentar lagi kita akan membuka kado keluarga kan? Lebih baik mama menyimpan tenaga mama untuk itu. Mama tidak penasaran dengan kado apa yang kami siapkan untuk mama?"

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang