1

22K 1.2K 44
                                    

Ku pejamkan kedua mataku perlahan dan ku hirup nafasku dalam-dalam. Aku mulai membuka kedua mataku dan ku tatap menara Eiffel Paris dan aku tersenyum lebar melihat indahnya menara itu.

Siapa sangka kalau aku bisa datang ke kota paling romantis sedunia padahal aku hanya pegawai bar biasa, berangkat malam dan pulang pagi seperti kelelawar, lebih tepatnya aku ini titisan Batman.

Bagaimana aku bisa kemari? Tentu saja dengan memenangkan kupon yang berhadiah liburan gratis. Aku mendapatkan kupon liburan gratis ini di dalam sachet kopi yang biasa aku minum setiap malamnya.

Apakah aku orang yang paling beruntung? Tentu saja aku manusia yang paling beruntung sedunia, walaupun aku harus berhutang beberapa juta untuk uang sakuku kemari. Tapi its okey, aku pasti bisa membayarnya nanti, lagipula aku pergi jauh-jauh kemari masak gak beli oleh-oleh apapun.

Ku tatap hamparan taman Champ de Mars dan aku berlari mengelilingi taman Champ de Mars dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirku.

Ahh Tuhann.....aku tidak pernah sebahagia ini, semoga saja aku bisa menemukan jodohku disini. Lumayan kan dapat jodoh bule.

Ku lepas sepatuku dan ku lemparkan lalu aku berlari mengambil sepatu itu.

Ternyata ini adalah nyata dan bukan mimpi.

Aku segera memakai sepatuku dan kemabli berlari sekencang mungkin tanpa memperdulikan tatapan bule-bule disini. Mungkin mereka menganggapku aneh tapi inilah bukti kebahagiaan ku yang sebenarnya.

Aku berhenti berlari setelah langkahku berhenti di Taman Trocadero, lebih tepatnya aku berhenti didekat air mancur Warsawa.

Nafasku sudah benar-benar habis dan aku segera mengatur nafasku agar normal kembali seperti semula, rasanya benar-benar menyenangkan liburan gratis seperti ini.

Ah gila capek juga lari-larian selama 30 menit.

Aku menunduk dan melihat anak perempuan bule yang sangat cantik sedang memegang celana jeans yang aku pakai, mungkin anak perempuan bule ini beumur 6 tahunan.

Kenapa ada anak kecil secantik ini? Pasti produknya bukan dari sembarang orang.

Kini aku berjongkok di depannya saat anak perempuan bule iti memegang perutnya "lapar om".

Om? Tapi kok dia bisa bahasa Indonesia? Heh....bule ini beneran bisa bahasa Indonesia? Aku gak lagi di prank kan? Dan aku juga gak lagi jadi objek konten kan?

Aku menunjuk diriku sendiri "kamu memanggil ku om?"

"Kenapa om?"

Aku menggeleng cepat karena aku sendiri heran kenapa dia bisa memanggil ku 'om' padahal potongan rambut ku bergaya two block dengan poni yang menutupi dahiku.

"Kok kamu bisa bahasa Indonesia?"

"Aku bisa bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang".

Wow.... Anak sekecil dia bisa 3 bahasa? Emaknya nyidam apa dulu waktu hamil?

Ku keluarkan bingkisan roti yang ku beli di toko roti tadi dari tas ranselku lalu memberikannya pada anak itu "nih makan".

"Terimakasih om".

Aku duduk di atas rerumputan hijau dan ku lihat anak itu memakan roti sambil berdiri, ku tepuk-tepuk rumput hijau di sebelahku "sini duduk".

Anak itu menggeleng cepat "kata Mommy duduk di atas rerumputan itu kotor".

"Tapi kalau makan sambil berdiri itu juga gak bagus. Perut kamu nanti bisa kembung, terus pencernaan kamu bisa terganggu dan lebih parahnya ginjal kamu bisa rusak".

Light In The Darkness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang