Ku tatap jam dinding rumahku yang menunjukan pukul 1 siang. Aku segera berdiri dan berjalan ke arah pantry untuk mengambil minum sembari bersenandung.
Deg
Aku sontak menghentikan langkahku karena terkejut sambil memegang dadaku ketika aku melihat Stella yang berdiri sambil berpangku tangan di dekat pantry "ya Tuhan....sejak kapan kamu disitu Stella?"
"Sejak kamu senyum-senyum gak jelas".
Perasaan aku tadi gak lihat Stella, terus aku juga gak melihat mobil Stella. Jadi sejak kapan Stella masuk di rumahku dan ada disini?
"Kenapa wajahmu begitu?"
"Emang ada apa dengan wajahku?",tanyaku bingung.
"Kenapa wajahmu terlihat merona? Terus kenapa juga kamu senyum-senyum gak jelas?"
"Senyum itu ibadah", sahutku lalu mengambil sebotol air mineral di atas pantry.
Ku lirik Stella yang seperti menaruh curiga denganku, dia seperti tidak percaya dengan kata-kata ku, namun aku memilih meminum obatku.
Ku dengar Stella menghela nafas kasar "kenapa kamu bisa diare sih? Kamu makan cabe berapa ton? Kamu itu udah kena maag, jadi jangan makan pedes".
Ku lihat wajah Stella yang terlihat serius, dan aku tersenyum lebar menunjukan rentetan gigi ku "gak pedes gak nikmat".
"Dasar".
Stella kini berdiri di hadapanku "jadi gimana keadaan kamu sekarang? Perutmu masih sakit?"
Ku tatap wajah cantik Stella dengan lekat. Stella mempunyai bulu mata yang lentik, kornea mata yang indah, hidung yang mancung, dan bibir nya yang tipis. Tatapanku berhenti di bibirnya yang merah ranum dan ku alihkan pandangan ku saat Stella menggigit bibir bawahnya pelan.
"Kenapa diam? Perut kamu masih sakit gak?"
Aku menunduk dan menatap kaki jenjang Stella yang putih mulus, namun melihat sesuatu berwarna merah di kaki Stella.
Aku sontak berjongkok di depan Stella dan menyentuh kaki Stella yang lecet.
"Ken, ngapain kamu ih".
Kepalaku mendongak saat Stella sedang menunduk menatapku "kaki kamu lecet, aku obati".
"Aku gak pa...."
Ku gendong tubuh Stella yang ramping ala bridal style , ku lirik Stella yang hanya diam dan bungkam saat aku mendudukan dia di atas sofa. Aku segera mengambil sapu tangan dan es batu lalu berjongkok lagi di depan Stella.
Aku duduk di atas lantai dan meletakan kaki Stella di atas pahaku. Ku bungkus es batu menggunakan sapu tangan lalu ku kompres di area kaki Stella yang lecet.
"Nyeri gak?", tanya ku.
"Sedikit".
"Lain kali pakai heels yang sesuai sama ukuran kaki kamu supaya kaki kamu gak lecet gini Stella",ucapku dengan tatapanku yang masih fokus ke arah kaki Stella yang putih mulus namun ternoda sama luka lecet yang ada di kakinya.
Kepalaku mendongak dan ....
Deg
Aku melihat celana dalam Stella yang berwarna hitam karena Stella memakai rok pendek. Aku segera menunduk lagi dan kurasakan wajahku memanas mengingat bahwa aku melihat celana dalam Stella.
"Ken....kamu mikirin apa sih? Jangan-jangan kamu mikirin bokep ya?"
Kepalaku mendongak dan menatap Stella yang sedang serius menatapku "kenapa? Mau nobar bareng hum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Darkness (Completed)
RomanceKen tidak percaya bahwa dia jatuh cinta dengan janda anak satu. Hidupnya yang semula berantakan kini semakin berantakan setelah ia mengejar cintanya untuk perempuan janda anak satu yang terus acuh padanya. Namun Ken tidak menyerah dan terus mengejar...