41

6.9K 1K 60
                                    

Sudah sebulan kejadian ciumanku dengan Stella dan gak terasa sudah sebulan juga patah hati terhebatku masih terasa.

Sebulan aku sudah tidak bertemu dengan Ellen dan Bryna lagi, aku gak tau mereka dimana dan sedang berbuat apa. Sejujurnya aku rindu dengan manusia full protein itu tapi aku tidak bisa berbuat banyak karena aku sudah tidak tau kabar mereka. Mereka seperti di telan bumi bahkan rumah mereka pun terlihat kosong dari luar.

"Kenapa raut wajah lo seperti sedang memikirkan nasib hidup satu negara?"

Aku menoleh ke arah Om Kevin yang sedang mencolek es krim lalu memasukan ke dalam mulutnya.

Sempet heran sama om-om yang satu ini, sudah tua tapi masih suka makan es krim.

Om Kevin menaikan sebelah alisnya dan mencondongkan wajahnya ke arah wajahku "kenapa ngelihat gue kayak gitu? Lo naksir gue? Jangan-jangan lo homo?"

Aku hanya bisa menghela nafas pelan dan mendorong wajah Om Kevin lalu menyandarkan punggungku di kursi.

"Lo kenapa? Perasaan investasi lo lancar-lancar aja".

Aku mengangguk "lancar sih Om tapi...."

"Lo mikirin si janda atau si perawan?"

Aku hanya diam dan kulihat Om Kevin menyungging kan senyumnya "biar gue tebak, lo pasti mikirin si janda?"

Ku lihat Om Kevin mengangguk-angguk "Ken....kenapa lo susah banget nerima si perawan sih?"

"Bukannya susah Om, tapi aku merasa gak pantas aja. Apalagi orangtua Stella itu sangat pemilih dalam suatu hal, sudah pasti mereka juga sangat memilih untuk pasangan Stella".

"Ya lo berjuang lah tolol".

"Gak bisa, begitu syulit Om. Aku sudah paham banget karakter orangtuanya Stella, aku gak mau ada yang terluka jika aku memiliki hubungan dengan Stella".

"Terus apa mau lo? Masih mau ngegantung Stella?"

Aku menggeleng "ya aku akan menemaninya sampai dia bisa melupakan perasaan nya untukku".

"Syulit.... benar-benar syulit".

Tringg

Aku menoleh ke arah pintu masuk kafe dan bibirku terbungkam melihat seorang perempuan dewasa yang sangat cantik sedang menggendong anak perempuan cantik yang mungkin berusia 3-4 tahun.

Humm keluarga good looking.

"Woy kak Aera".

Aku sontak menoleh ke arah Om Kevin yang sedang melambaikan tangannya ke arah perempuan dewasa yang bernama Aera.

Om Kevin kenal perempuan itu?

Kulihat perempuan yang bernama Aera itu berjalan ke arah kami dan aku sontak mengalihkan pandanganku saat Tante Aera menatapku dengan tatapan yang menyelidik.

Apa aku terlihat seperti teroris?

"Ngapain lo kesini?", tanya Tante Aera ke Om Kevin.

Om Kevin tersenyum lebar "makan gratis dong".

Ku dengar Tante Aera menghela nafas pelan dan menoleh ke arahku "selama gue pindah ke Jogja terus lo sekarang jadi homo?"

"Hah?"

"Gue baru dateng kemarin tapi malah ngelihat lo kencan sama laki-laki".

"Kenapa? Temen gue ganteng? Lo naksir ya kak?"

Tante Aera memilih pergi dan Om Kevin langsung mengambil anak kecil di gendongan Tante Aera "gue mau gendong Dara".

Om Kevin duduk kembali dengan Dara yang ada di pangkuannya "Dara mau es krim?".

Light In The Darkness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang