7

7.5K 1K 49
                                    

Ku letakan secangkir teh di atas meja dan kulihat Bryna menatap ke arah atas, lebih tepatnya dia sedang menatap tempat tidurku.

Mungkin dia sedang mengawasi Ellen yang masih tertidur pulas di tempat tidurku. Ellen terlalu antusias bermain game hingga dia berujung kelaparan lalu aku membuatkan makanan untuknya dan akhirnya dia tertidur karena kekenyangan.

Kalau si Mommynya di tawarin makan gak mau, dasar tante jual mahal.

"Silahkan diminum".

Bryna menoleh ke arahku dan aku duduk di depannya "terimakasih banyak".

Aku hanya tersenyum dan Bryna mengambil cangkir yang berisi teh itu lalu menyesapnya pelan.

Bryna melihat sekeliling rumahku "kamu tinggal sendiri atau....."

"Sendiri".

"Maaf saya dan putri saya merepotkan mu, bahkan sampai putri saya tidur di tempat tidurmu".

"Saya malah sen...."

Duh....kenapa aku malah mau keceplosan kalau aku senang jika dia dan Ellen disini?

"Ya?"

Aku menggeleng cepat "gak papa".

Bryna mengangguk-angguk dan aku menatap wajah cantiknya yang terlihat anggun.

Suaminya benar-benar beruntung memilikinya, dan mereka benar-benar menjadi keluarga yang sempurna. Apalagi mereka memiliki putri yang cantik, cerdas dan jenius seperti Ellen.

Tapi kenapa Ellen menolak ajakan omnya untuk bertemu daddynya? Apakah Bryna dan suaminya sedang bertengkar atau.....

"Apa saya boleh bertanya?", tanyaku dengan suara pelan.

Bryna mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk "tentu".

"Kenapa Ellen menolak ajakan omnya untuk ketemu daddynya? Apa anda dan suami anda sedang bertengkar?"

"Bertengkar? No....saya sudah bercerai 3 tahun yang lalu".

Deg

Bercerai?

"Ma-af, saya tidak ber....."

"Its okey".

Sejak pertama kali aku bertemu dengannya, aku pikir suaminya akan mati muda karena dirinya yang suka marah-marah dan main tangan. Tapi ternyata mereka bercerai, mungkin saja mantan suaminya sudah lelah di marahin dan di pukilin sama dia. Keputusan mantan suaminya sudah tepat sih, daripada mati muda mending bercerai.

"Apa dia kekasihmu?",tanya Bryna sambil menatap ke arah foto bingkai kecil yang ada di dekat televisi ku.

Ku tatap fotoku dan Stella yang berdampingan saat kami study tour dulu waktu SMA di Malioboro. Aku sontak menggeleng cepat "bukan, dia sahabatku".

Bryna tersenyum tipis "laki-laki memang sulit di mengerti ya. Sudah punya pacar tapi masih bisa berciuman di toilet club".

Deg

"Kamu salah paham. Yang di club itu adalah supervisor club dan yang di foto itu sahabatku. Supervisor club tempat aku bekerja sudah punya suami dan sahabat ku juga sudah punya pacar".

"Mungkin aja kan kamu jadi simpanan tante-tante dan pacar kamu itu tidak mengetahuinya. Pria jelek dan kaya aja playboy banget apalagi pria yang terlihat manis?"

Sebenarnya dia ngomongin siapa sih? Pria jelek dan kaya? Pria yang terlihat manis?

Aku menghela nafas pelan dan mencondongkan tubuhku ke arahnya. Kupegang kedua lengannya dan kurasakan tubuhnya menegang "saya tekankan lagi ya tante. Saya masih single dan bahagia".

Light In The Darkness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang