"Capek?"
Stella mengangguk lemah dan meletakan kepalanya di atas meja kerjanya.
Aku berdiri di belakang nya dan memijat bahunya dengan lembut "gimana? Enak gak?"
"Hum, pijatan kamu enak banget",sahut Stella
Aku tersenyum tipis dan memijat bahu Stella saat Stella menyandarkan punggungnya di kursi lalu ia memejamkan kedua matanya secara pelahan.
"Apa pijatanku enak banget?"
"Iya enak dan nikmat".
Enak dan nikmat? Apa rasa enak dan nikmat nya itu seperti brown sugar boba?
Aku mengangguk-angguk dan aku menunduk saat Stella memegang tanganku sambil mendongakkan wajahnya "Ken....".
"Apa kamu mau jadi pacarku?"
"Berat".
Dahi Stella mengernyit heran "kok jawabannya berat sih?"
"Ya berat, aku kan tau mantan-mantan kamu seperti apa. Semua mantan kamu itu good looking, kaya, berpendidikan dan terkenal".
"Terus kamu gak mau jadi pacar aku?"
"Kamu tanya aja sama diri kamu sendiri, pasti kamu akan tau jawabannya es".
"Tanya apa sih? Jangan buat aku bingung dong Ken".
Stella berdiri di depanku dan aku tersenyum tipis "ya kamu tanya aja ke kamu sendiri kalau kamu nya mau gak jadiin aku pacar kamu".
Kedua telapak tangan Stella menyentuh tengkukku dan meraba ke arah depan leherku seperti mau mencekikku "kamu gak ada niatan mencekikku sampai mati kan?"
"Ya, aku pengen nyekik kamu supaya kamu sadar sama perasaan ku".
"Btw....kamu gak ada niatan jadiin aku tumbal kamu seperti mantan-mantan kamu sebelumnya kan?"
"Apa kamu mau bukti kalau aku bener-bener serius sama kamu?"
Bahaya, bener-bener bahaya. Stella itu sahabat ku, masak iya aku pacaran sama dia? Lagian kalau aku pacaran sama dia itu berat banget, apalagi orangtunya galak banget dan aku juga perempuan. Aku gak mau di gantung Papanya kalau orangtua Stella tau aku pacaran sama Stella.
Ya kali mantan Stella orang kaya tapi malah pacaran sama perempuan yang hanya memiliki harta rumah type 36 sih? Kan turun derajat banget tuh, kasihan Stella juga kan kalau pacaran sama aku yang minusnya banyak.
Ku rangkul pinggang nya dan ku remas-remas pinggangnya lalu meraba ke kedua pantatnya "kok kamu makin bohay sih".
"Jelas lah, kamu aja ngasih makan aku terus".
Ku tepuk-tepuk kedua pantatnya dan aku mundur beberapa langkah "mau pulang ah".
Stella memegang lenganku "kok pulang sih? Sekarang baru jam 7 malam Ken".
"Terus aku ngapain? Kan kerjaan aku udah selesai".
Stella menghela nafas pelan "ya jangan pulang lah Ken, aku harus mengisi tenaga ku dulu".
Dahiku mengernyit bingung "mengisi tenaga? Kamu butuh makan dan minum? Oke, aku beliin".
"Cium".
"Cium? Apanya? Bibir?"
"Nih", sahut Stella sambil memanyunkan bibirnya dan kedua matanya benar-benar mengunci kedua mataku.
"Ayo cium aku",pinta Stella sambil mendekat kan wajahnya ke wajahku.
Ku kecup lembut dahinya dan aku sontak mengalihkan pandanganku saat wajahku terasa memanas "udah".
Stella memegang kedua pipiku lalu menggerakkan wajahku agar menatap dirinya. Jari telunjuk tangan kanannya menyentuh permukaan bibirku sedangkan tangan kirinya menyentuh pundak kananku "aku kan mau nya bibir ini ngecup bibirku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Darkness (Completed)
RomanceKen tidak percaya bahwa dia jatuh cinta dengan janda anak satu. Hidupnya yang semula berantakan kini semakin berantakan setelah ia mengejar cintanya untuk perempuan janda anak satu yang terus acuh padanya. Namun Ken tidak menyerah dan terus mengejar...